Mohon tunggu...
Ikhwan Wahyudi
Ikhwan Wahyudi Mohon Tunggu... Administrasi - membaca menambah wawasan, menulis menuangkan pemikiran, berdiskusi mengasah gagasan

membaca menambah wawasan, menulis menuangkan pemikiran, berdiskusi mengasah gagasan

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Bekerja Itu Pasti Jadi PNS Itu Pilihan

21 September 2013   12:32 Diperbarui: 24 Juni 2015   07:35 1034
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Tahun ini pemerintah kembali membuka harapan baru bagi para pencari kerja. Sejumlah instansi mulai dari pusat hingga daerah membuka peluang kepada anak bangsa untuk bergabung menjadi aparatur pemerintah. Tentunya ini adalah peluang yang selalu dinanti oleh segenap pencaker, untuk mewujudkan cita-cita menjadi abdi negara dan pelayan masyarakat.


Jika ditinjau dari aspek politik, sebenarnya pembukaan lowongan PNS adalah strategi pemerintah berkuasa untuk mewujudkan salah janji kampanye saat pemilihan presiden dulu. Janji yang sering dan akan selalu terucap saat kampanye adalah membuka sekian ribu lapangan kerja.


Bagaimana cara mewujudkannya ? Gampang tidak perlu repot. Ketika seorang presiden menjanjikan akan membuka 50 ribu lapangan kerja selama lima tahun kedepan cukup buka 10 ribu lowongan PNS setiap tahun. Tuntas kan langsung tunai janjinya, walau beban negara akan terus bertambah untuk membiayai gaji dan pensiun, kendati pada beberapa daerah sudah berlebih pegawainya.


Demikian juga kepala daerah, ketika menjanjikan akan membuka 10 ribu lapangan kerja, cara paling gampang buka saja lowongan PNS di Pemda setiap tahun, selain janji lunas juga sarana "balas budi" baginya kepada orang-orang yang dianggap berjasa saat kampanye.


Pada bagian lain, ketika penulis bertemu dengan banyak orang mereka bertanya ”kerja dimana sekarang adinda ?”. Spontan saya menyebut, saat ini tengah merintis sebuah usaha. Beliau menyahut ”kenapa tidak jadi pegawai saja”. Kalau pekerjaan yang sekarang kan tidak ada SK. Kesimpulan umum dimata masyarakat usaha yang saya rintis dianggap bukan sebuah pekerjaan dan dipandang sebelah mata.


Itu hanya sedikit gambaran realitas masyarakat kita hari ini. Yang namanya pekerjaan itu ya jadi pegawai negeri. Kalau bukan pegawai kendati penghasilannya jauh lebih besar tetap saja masih dianggap belum menjanjikan. Hal tersebut tentu sangat membebani para kaum muda pencari kerja hari ini. Kenapa tidak, mereka baru dianggap sukses dengan status PNSnya.


Padahal kita tahu begitu banyak orang yang harus berjuang mencari kerja. Sedangkan daya tampung untuk menjadi PNS tidak sebanding. Logikanya tidak mungkin semua orang menjadi PNS. Namun wacana yang terlanjur berkembang adalah kesuksesan seseorang diukur dari SK dan seragam.


Demikian juga dengan orang tua yang mencari calon menantu. Jika sang mantu adalah seorang PNS maka jalan pun terbuka lebar untuk menjadi pendamping anaknya. Tidak hanya itu para lelaki pun sering berujar, ”kalau bisa cari istri yang PNS” . Atau seorang ibu yang menasehati anaknya, ikut lah tes PNS hari tua lebih terjamin apalagi ada pensiun.


Ketika dibuka peluang untuk menjadi PNS. Tak ayal lagi ribuan orang akan berbondong-bondong rela antri. Bahkan ada datang jauh-jauh dari luar daerah hanya untuk ikut tes. Semua pun sadar dan mengetahui dari ribuan pendaftar, yang diterima paling ratusan bahkan cuma puluhan. Tetapi itu semua tetap tidak mengurangi minat untuk menjadi PNS.


Ada lagi yang lebih ekstrem. Kalau tidak jadi pegawai bukan kerjanya namanya. Seolah-olah yang kerja itu hanya pegawai saja.


Disini penulis hanya ingin sedikit menyorot realitas sosial yang tengah berkembang ditengah masyarakat kita hari ini. Menjadi PNS bukanlah sebuah kesalahan. Bukankah itu sebuah pekerjaan yang mulia. Seorang abdi negara yang bekerja melayani masyarakat. Namun yang perlu kita perbaiki adalah cara pandang kita terhadap status PNS.


Realitas menunjukan PNS terlalu disakralkan dan dikultuskan sehingga itulah yang terbaik, dan itulah segala-galanya. Kalau jadi PNS dunia sudah ditangan. Orang akan lebih dihormati dan dihargai, status sosialnya jadi melejit ditengah masyarakat.


Menurut Max Weber seorang sosiolog, realitas sosial dikonstruksi secara bersama-sama oleh masyarakat. Makanya jangan heran kalau paradigma umum yang berkembang tentang PNS adalah the best job. Hal ini sudah dibentuk sejak zaman kolonial. Dimana Belanda sudah mulai menanamkan dimasyarakat bahwa PNS adalah profesi yang terhormat dan itu dikonstruksi oleh masyarakat hingga hari ini.


Kalau kita lihat sebenarnya banyak juga pekerjaan lain yang tidak kalah menjanjikan ketimbang PNS. Mari kita cermati jajaran orang-orang terkaya didunia. Kalau memang terlalu jauh lihat saja orang-orang terkaya di Indonesia. Pertanyaannya apakah ada diantara mereka yang berasal dari kalangan PNS ? jawabnya tidak. Mereka semua adalah para pengusaha. Bahkan ada diantara mereka yang sudah terlanjur jadi PNS memilih keluar.


Mari kita renungkan, kenapa amat jarang rasanya muncul dalam pikiran orang tua kita ketika mendidik anak kalau sudah besar kamu harus jadi pengusaha. Yang terbayang oleh kita selama ini tak lain adalah job security dari sebuah pekerjaan. Bahkan ada yang berujar walau gaji kecil kita aman, tidak masuk karena sakit pun tetap terima gaji. Dan yang paling diimpikan adalah saat berseragam. Ketika seragam PNS terpasang kaki melangkah terasa ringan kemana-mana. Seolah-olah dengan berseragam tersebut berjalan dititian emas karena masyarakat akan sangat menghargai dan menghormati.


Berbeda mungkin halnya dengan pedagang. Penghasilannya tidap pasti. Tentunya tergantung pada bagaimana kegigihannya dalam berdagang. Resiko rugi pun besar, tapi jangan salah resiko untung pun tidak kalah besar dibandingkan gaji tetap tiap bulan yang diterima PNS. Dalam hal ini terlihat antara peluang dan tantangan berimbang. Tinggal bagaimana kita menyikapinya. Kalau PNS ”gaji terjamin namun rezeki dibatasi”.


Dari paparan diatas setidaknya ada beberapa hal yang perlu untuk dicermati. Pertama, PNS bukanlah segala-galanya. Penghormatan yang berlebihan terhadap status PNS telah menyebabkan anak bangsa ini lebih banyak yang memilih untuk menjadi pegawai. Tidak salah memang, namun lapangan pekerjaan kan tidak hanya itu saja. Idealnya adalah kita harus memberikan porsi yang seimbang terhadap sebuah profesi.


Dalam ilmu sosial ada teori struktural fungsional. Dimana setiap komponen dan setiap elemen yang ada di masyarakat fungsional terhadap yang lainnya. Jadi sewajarnya saja dalam memandang sebuah profesi. Coba kalau seandainya petugas kebersihan di negeri ini mogok maka akan seperti apa kotornya daerah kita. Atau seandainya tukang pangkas rambut berhenti bekerja maka kita akan gondrong semua jadinya. Dan bangsa ini butuh orang-orang kreatif yang suka akan tantangan jika ingin berkembang.


Kedua, bekerja merupakan sebuah hal yang pasti guna memenuhi penghidupan. Namun menjadi PNS adalah pilihan. Janggal rasanya jika semua orang dinegeri ini bercita-cita jadi PNS. Lantas siapa lagi yang harus dilayani. Namun sah-sah saja jika seorang memilih menjadi PNS dengan segala konsekuensinya, karena itu adalah hak. Namun perlu kita cermati adalah ketika seseorang memilih tidak menjadi PNS ia tetap adalah seorang manusia dan hal tersebut jangan sampai mengurangi nilai penghormatan dan penghargaan terhadap profesinya ditengah masyarakat.


Ketiga, kepada generasi muda yang akan membangun bangsa ini juga harus ditanamkan dari sekarang bahwa yang menyebabkan seseorang sukses atau tidak ukurannya bukanlah menjadi PNS atau tidak. Yang menentukan adalah kapasitas dan kapabilitas yang dimiliki. Kalau kita ambil contoh dijepang. Perusahaan- perusahan besar dalam mencari karyawan tidak berorientasi pada Ijazah tapi berorientasi pada skil yang dimiliki. Jadi yang menentukan kesuksesan adalah keseriusan kita dalam menuntut ilmu sehingga kita memiliki bekal skill yang memadai untuk memasuki dunia kerja.


Keempat, kepada para orang tua dan masyarakat, berilah kami generasi muda peluang untuk berkreasi dan mengembangkan potensi diri tanpa harus menjadi PNS. Bisa jadi sebenarnya setiap orang punya potensi dan kapasitas masing-masing. Maka berikan ruang agar setiap bakat dan potensi tersebut bisa berkembang. Jika sejak awal yang selalu ditanamkan bahwa pekerjaan terbaik adalah pegawai, maka secara tidak langsung itu merupakan sebuah upaya tidak langsung untuk mematikan kreatifitas dan potensi anak negeri ini untuk berkembang sejajar dengan bangsa lain.


Mari kita buka mata, sebenarnya banyak peluang bagi seseorang untuk sukses tanpa harus menjadi PNS. Bukankah ketika setiap orang berduyun-duyun menjadi PNS hanya akan menjadi beban negara. Hari ini saja untuk APBD dimana -mana 70 persen dialokasikan untuk belanja pegawai. Lalu kapan APBD atau APBN kita dialokasikan sebesar-besarnya untuk hal yang berhubungan langsung dengan kepentingan masyarakat.


Tapi kita juga tidak boleh menyalahkan PNS di negeri ini. Bukankah peran mereka cukup signifikan dalam melayani masyarakat di negeri ini. Kalau kita dalami sebenarnya keberadaan Bupati atau Walikota tak lebih sebagai pengambil kebijakan yang sifatnya politis. Tanpa ada Bupati atau Wali Kota roda pemerintahan disuatu daerah tetap bisa berjalan karena telah ada strukturnya atau kita kenal dengan SKPD. Siapa yang menjalankannya. Tentu saja para birokrat yang nota bene adalah PNS mulai dari jajaran atas sampai jajaran bawah. Yang terpenting hari ini adalah bagaimana kita memandang profesi PNS secara proporsional.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun