Mohon tunggu...
Ikhwan Wahyudi
Ikhwan Wahyudi Mohon Tunggu... Administrasi - membaca menambah wawasan, menulis menuangkan pemikiran, berdiskusi mengasah gagasan

membaca menambah wawasan, menulis menuangkan pemikiran, berdiskusi mengasah gagasan

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Bekerja Itu Pasti Jadi PNS Itu Pilihan

21 September 2013   12:32 Diperbarui: 24 Juni 2015   07:35 1034
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia


Realitas menunjukan PNS terlalu disakralkan dan dikultuskan sehingga itulah yang terbaik, dan itulah segala-galanya. Kalau jadi PNS dunia sudah ditangan. Orang akan lebih dihormati dan dihargai, status sosialnya jadi melejit ditengah masyarakat.


Menurut Max Weber seorang sosiolog, realitas sosial dikonstruksi secara bersama-sama oleh masyarakat. Makanya jangan heran kalau paradigma umum yang berkembang tentang PNS adalah the best job. Hal ini sudah dibentuk sejak zaman kolonial. Dimana Belanda sudah mulai menanamkan dimasyarakat bahwa PNS adalah profesi yang terhormat dan itu dikonstruksi oleh masyarakat hingga hari ini.


Kalau kita lihat sebenarnya banyak juga pekerjaan lain yang tidak kalah menjanjikan ketimbang PNS. Mari kita cermati jajaran orang-orang terkaya didunia. Kalau memang terlalu jauh lihat saja orang-orang terkaya di Indonesia. Pertanyaannya apakah ada diantara mereka yang berasal dari kalangan PNS ? jawabnya tidak. Mereka semua adalah para pengusaha. Bahkan ada diantara mereka yang sudah terlanjur jadi PNS memilih keluar.


Mari kita renungkan, kenapa amat jarang rasanya muncul dalam pikiran orang tua kita ketika mendidik anak kalau sudah besar kamu harus jadi pengusaha. Yang terbayang oleh kita selama ini tak lain adalah job security dari sebuah pekerjaan. Bahkan ada yang berujar walau gaji kecil kita aman, tidak masuk karena sakit pun tetap terima gaji. Dan yang paling diimpikan adalah saat berseragam. Ketika seragam PNS terpasang kaki melangkah terasa ringan kemana-mana. Seolah-olah dengan berseragam tersebut berjalan dititian emas karena masyarakat akan sangat menghargai dan menghormati.


Berbeda mungkin halnya dengan pedagang. Penghasilannya tidap pasti. Tentunya tergantung pada bagaimana kegigihannya dalam berdagang. Resiko rugi pun besar, tapi jangan salah resiko untung pun tidak kalah besar dibandingkan gaji tetap tiap bulan yang diterima PNS. Dalam hal ini terlihat antara peluang dan tantangan berimbang. Tinggal bagaimana kita menyikapinya. Kalau PNS ”gaji terjamin namun rezeki dibatasi”.


Dari paparan diatas setidaknya ada beberapa hal yang perlu untuk dicermati. Pertama, PNS bukanlah segala-galanya. Penghormatan yang berlebihan terhadap status PNS telah menyebabkan anak bangsa ini lebih banyak yang memilih untuk menjadi pegawai. Tidak salah memang, namun lapangan pekerjaan kan tidak hanya itu saja. Idealnya adalah kita harus memberikan porsi yang seimbang terhadap sebuah profesi.


Dalam ilmu sosial ada teori struktural fungsional. Dimana setiap komponen dan setiap elemen yang ada di masyarakat fungsional terhadap yang lainnya. Jadi sewajarnya saja dalam memandang sebuah profesi. Coba kalau seandainya petugas kebersihan di negeri ini mogok maka akan seperti apa kotornya daerah kita. Atau seandainya tukang pangkas rambut berhenti bekerja maka kita akan gondrong semua jadinya. Dan bangsa ini butuh orang-orang kreatif yang suka akan tantangan jika ingin berkembang.


Kedua, bekerja merupakan sebuah hal yang pasti guna memenuhi penghidupan. Namun menjadi PNS adalah pilihan. Janggal rasanya jika semua orang dinegeri ini bercita-cita jadi PNS. Lantas siapa lagi yang harus dilayani. Namun sah-sah saja jika seorang memilih menjadi PNS dengan segala konsekuensinya, karena itu adalah hak. Namun perlu kita cermati adalah ketika seseorang memilih tidak menjadi PNS ia tetap adalah seorang manusia dan hal tersebut jangan sampai mengurangi nilai penghormatan dan penghargaan terhadap profesinya ditengah masyarakat.


Ketiga, kepada generasi muda yang akan membangun bangsa ini juga harus ditanamkan dari sekarang bahwa yang menyebabkan seseorang sukses atau tidak ukurannya bukanlah menjadi PNS atau tidak. Yang menentukan adalah kapasitas dan kapabilitas yang dimiliki. Kalau kita ambil contoh dijepang. Perusahaan- perusahan besar dalam mencari karyawan tidak berorientasi pada Ijazah tapi berorientasi pada skil yang dimiliki. Jadi yang menentukan kesuksesan adalah keseriusan kita dalam menuntut ilmu sehingga kita memiliki bekal skill yang memadai untuk memasuki dunia kerja.


Keempat, kepada para orang tua dan masyarakat, berilah kami generasi muda peluang untuk berkreasi dan mengembangkan potensi diri tanpa harus menjadi PNS. Bisa jadi sebenarnya setiap orang punya potensi dan kapasitas masing-masing. Maka berikan ruang agar setiap bakat dan potensi tersebut bisa berkembang. Jika sejak awal yang selalu ditanamkan bahwa pekerjaan terbaik adalah pegawai, maka secara tidak langsung itu merupakan sebuah upaya tidak langsung untuk mematikan kreatifitas dan potensi anak negeri ini untuk berkembang sejajar dengan bangsa lain.


Mari kita buka mata, sebenarnya banyak peluang bagi seseorang untuk sukses tanpa harus menjadi PNS. Bukankah ketika setiap orang berduyun-duyun menjadi PNS hanya akan menjadi beban negara. Hari ini saja untuk APBD dimana -mana 70 persen dialokasikan untuk belanja pegawai. Lalu kapan APBD atau APBN kita dialokasikan sebesar-besarnya untuk hal yang berhubungan langsung dengan kepentingan masyarakat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun