Mohon tunggu...
Ikhwan Wahyudi
Ikhwan Wahyudi Mohon Tunggu... Administrasi - membaca menambah wawasan, menulis menuangkan pemikiran, berdiskusi mengasah gagasan

membaca menambah wawasan, menulis menuangkan pemikiran, berdiskusi mengasah gagasan

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Cerdas Menyikapi Kenaikan Elpiji 12 Kilogram

17 September 2014   07:06 Diperbarui: 18 Juni 2015   00:27 55
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption id="attachment_324313" align="aligncenter" width="600" caption="Pekerja memindahkan elpiji 12 kilogram dari truk ke gudang penyimpanan di salah satu agen di Jakarta. (Foto: Ikhwan Wahyudi)"][/caption]

Pertamina secara resmi menaikan harga elpiji 12 kilogram sejak 10 September 2014 menjadi Rp114.300 per tabung. Pasca kenaikan, sejumlah pihak mengkhawatirkan akan terjadi migrasi pengguna elpiji 12 kilogram ke elpiji tiga kilogram.

Bagi Pertamina tentu saja keputusan menaikan harga elpiji tersebut adalah hal yang sulit dan melalui proses panjang.Ini mengingat sebagai badan usaha dituntut mengelola usaha dengan efisien agar memperoleh keuntungan. Namun pada sisi lain,  selama ini harga jual elpiji 12 kilogram tersebut belum pada taraf keekonomian alias merugi.

Ternyata sejak 2009-2013 Pertamina harus menanggung rugi sebesar Rp17 triliun karena harus mensubsidi penjualan elpiji 12 kilogram. Tak pelak kerugian tersebut menjadi temuan Badan Pemeriksa Keuangan. Dilematis memang, pada satu sisi dituntut untung, pada sisi lain harus mengakomodir kepentingan hajat hidup orang banyak.

Perdebatan tentang kenaikan  harga itu adalah pembicaraan yang tak akan habis dan selalu saja akan banyak pro dan kontra. Mengutip istilah yang sedang trend sekarang saatnya masyarakat harus "move on" pasca kenaikan elpiji 12 kilogram tersebut. Lalu apa yang harus dilakukan agar bisa "move on" ?

Beralih ?

Mungkin solusi paling instan yang ada dalam pikiran masyarakat adalah beralih ke elpiji tiga kilogram. Biasanya untuk beli elpiji 12 kilogram harus merogoh kocek sekitar Rp100.000 sekarang malah nambah jadi Rp115.000. Artinya ada biaya tambahan Rp15 ribu. Sementara, kalau elpiji tiga kilogram cukup Rp15 ribu dapat satu tabung, kalau mau lebih bisa beli tiga tabung baru Rp45 ribu.

Nah, coba pikirkan lagi. Apakah demi menghemat Rp15 ribu kemudian kita yang sebenarnya secara penghasilan mampu untuk membelinya harus beralih?. Apakah itu langkah bijak. Mengingat elpiji tiga kilogram  disubsidi pemerintah serta diperuntukan bagi warga ekonomi menengah kebawah ?.

Disinilah pergulatan kepentingan terjadi. Memilih menyelamatkan keuangan rumah tangga, atau mengalah untuk sesuatu yang lebih besar yaitu kepentingan bangsa dan negara. Semuanya bergantung pada kita. Tidak akan ada larangan dan sanksi bagi yang mampu saat memutuskan beralih. Juga tidak akan ada penghargaan bagi yang tetap setia dengan elpiji 12 kilogram walau harga naik. Ambil keputusan terbaik berdasarkan hati nurani.

Selain itu ada beberapa alternatif lain yang dapat diambil menyikapi kenaikan elpiji 12 kilogram .

Pertama, bagi keluarga kecil (ayah, ibu dan satu anak) mungkin dapat mengurangi intensitas memasak dan memilih membeli lauk. Pada satu sisi ini ada kelemahan, karena sebaik-baik makanan tentu yang dimasak sendiri. Namun, jika pedagangnya kredibel dan masakannya enak serta murah why not?.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun