Mohon tunggu...
Petrus Punusingon
Petrus Punusingon Mohon Tunggu... Guru - Praktisi dan Trainner

Trainner - Teacher - Influencer - Public Speaker - Marketer - Designer - Photographer - IT Consultan - Early Education Certified Trainner

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Kesiapan Keluarga mendukung Masa Transisi Anak dari PAUD ke SD

13 April 2024   16:56 Diperbarui: 13 April 2024   17:25 237
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Acara Kebersamaan Guru dan Orang Tua di Sekolah Sevenbafs School Minahasa Utara, Tgl. 15/2/2024. Sumber Foto (Dok Sevenbafs School)

Minahasa Utara: Sebelumnya Saya sudah membahas tentang Kesiapan Anak dalam masa Transisi PAUD ke SD . Salah satu Kesiapan dalam masa transisi ini adalah Kesiapan Keluarga yang perlu dipahami sebagai sikap dan keterlibatan orang tua atau pengasuh utama lain dalam pembelajaran dan perkembangan awal anak agar anak siap untuk menjalani transisi ke sekolah dasar.

Di Tulisan sebelum sudah dibahas bahwa Seorang anak dikatakan siap bersekolah apabila ia sudah memiliki kemampuan untuk mengelola dirinya dalam hal pengetahuan, keterampilan, dan sosial-emosional, dan kemampuan ini merupakan hasil interaksi anak secara terus menerus dengan berbagai pengalaman di lingkungan anak tumbuh dan berkembang sehingga dapat beradaptasi dengan tantangan belajar di jenjang berikutnya.

Maksud Kesiapan keluarga disini adalah  mencakup sikap, dukungan dan stimulasi dari semua anggota keluarga, yang ditunjukkan dalam keseharian anak sehingga mendukung perkembangan anak secara maksimal.

Sikap orang tua adalah ditunjukkan lewat perilaku, ekspresi, dan pemahaman orang tua terhadap anak. Sikap yang positif orang tua terhadap anak ditunjukkan melalui kehangatan (kasih sayang) serta kepekaan orang tua terhadap kebutuhan anak. Selain itu, kita dapat melihat sikap positif orang tua terhadap anak dari cara komunikasi orang tua terhadap anak, serta cara orang tua merespons perilaku anak.

Dukungan orang tua dilakukan melalui kegiatan sehari-hari. Tujuannya agar anak berkembang secara utuh pada aspek-aspek perkembangan esensial anak, yaitu dari segi fisik motorik, kognitif, bahasa, sosial emosi, serta nilai agama dan moral yang juga menjadi landasan dalam beraktivitas.

Stimulasi dalam hal ini adalah kesediaan orang tua untuk menumbuhkan kecintaan terhadap belajar (kasmaran belajar) melalui kegiatan sehari-hari di rumah, serta menyelaraskan aktivitas yang dilakukan di sekolah dengan di rumah. Orang tua memberikan kesempatan anak untuk mengeksplorasi dan beraktivitas agar dapat mengembangkan seluruh aspek perkembangannya.

Keluarga perlu mempersiapkan anak untuk masuk jenjang berikutnya dengan cara memberikan rasa nyaman pada anak, sehingga ketika anak beralih dari keluarga ke sekolah, anak tidak merasa khawatir atau takut. Orang tua yang menerima anaknya dengan segala kelebihan dan kekurangan akan membuat anak memiliki rasa percaya diri. Orang tua yang merasa nyaman dengan pendidikan anak usia dini yang dijalani oleh anaknya akan dapat memberikan pendampingan bagi anaknya.

Lingkungan dan pengalaman belajar di rumah  yang positif akan membuat anak merasa senang dengan kegiatan yang terkait dengan belajar. Penyediaan permainan edukatif akan membangkitkan minat anak untuk mengeksplorasi dan mencoba. Buku-buku yang tersedia di rumah akan membuat anak merasa familiar dengan buku dan tidak merasa tertekan ketika beraktivitas dengan buku.

Tentu saja latar belakang orang tua sangat mempengaruhi kehidupan anak, antara lain keharmonisan keluarga, sosial ekonomi, pendidikan, minat, kesiapan untuk menjadi orang tua.

Kesiapan Keluarga yang baik mencakup kesiapan seluruh anggota keluarga dalam menunjukkan sikap, dukungan dan stimulasi yang tepat. Untuk itu perlu diperhatikan beberapahal berikut, yaitu:

* Konsistensi antar anggota keluarga dalam bertindak.

* Perhatian dan kasih sayang dalam keluarga.

* Tegas dalam tindakan.

Konsistensi antar Orang tua dan antar Anggota Keluarga dalam Bertindak

Menjadi orang tua adalah tugas yang tidak mudah karena dibutuhkan konsistensi.  Mengapa konsistensi dibutuhkan dalam pengasuhan anak? Dengan adanya konsistensi, maka anak memiliki pengendalian akan perilakunya. Apa yang dimaksud dengan konsistensi? Konsistensi adalah sikap dan perilaku orang tua yang menjalankan apa yang dikatakan, jadi antara apa yang dikatakan selalu diikuti dengan tindakan yang selaras. Sikap dan perilaku konsisten ini akan memudahkan anak berperilaku karena anak menjadi paham mengenai apa yang boleh dilakukan dan tidak boleh dilakukan.

Yang terpenting dalam bertindak konsisten adalah menjadi model bagi anak. Anak akan lebih percaya apabila kita melakukan tindakan yang sama dengan apa yang kita katakan daripada hanya sekedar berbicara dan memberikan nasehat saja.

Perhatian dan Kasih Sayang dalam Keluarga

Semua orang tua ingin anaknya bahagia dan hal ini perlu ditunjukkan melalui cinta. Keluarga ada karena cinta dan cinta perlu terus dipupuk dan dikembangkan dalam diri anak. Kurangnya kasih sayang akan membuat anak merasa tertekan. Orang tua yang menuntut anaknya untuk terus berprestasi akan membuat anak merasa kurang dicintai. Cinta dan perhatian akan membangun kepercayaan diri anak dan harga diri anak.

Rasa cinta pada anak yang masih muda perlu ditunjukkan secara fisik, misalnya dengan memeluknya, membelainya secara lembut atau menyentuhnya ketika anak merasakan emosi yang negatif. Sebagai contoh, pada saat berjalan bersama di tempat sepi dan anak merasa takut, ayah atau ibu dapat mendekatkan tubuh anak dan memeluk bahunya. Bukannya malah mengatakan, "Kamu, begitu saja takut!". Ketika anak berhasil melakukan suatu tindakan secara mandiri, kita bisa mengatakan, "Hebaaaat.... Kamu sudah bisa melakukan sendiri yaaaa... Sini, Mama peluk..". Tentu saja hal ini perlu dibiasakan semenjak anak masih kecil, sehingga orang tua maupun anak merasa nyaman.

Mengajak anak bermain bersama juga akan membuat anak merasa dicintai dan diperhatikan oleh orang tua. Melalui kegiatan bersama suasana emosi dalam keluarga akan dapat berkembang dengan baik. Canda gembira dan gelak tawa akan menambah keharmonisan keluarga dan membuat anak merasa dicintai. Percakapan antar anggota keluarga juga merupakan hal yang perlu terus dilakukan, karena hal itu merupakan satu bentuk ekspresi kasih sayang. Namun orang tua perlu menciptakan komunikasi yang sifatnya dua arah, sehingga orang tua perlu mendengarkan anak dalam setiap kesempatan. Ingatlah, kelekatan antara orang tua dan anak akan tercipta melalui cinta.

Tegas dan Bersikap Baik dalam Tindakan

Sikap baik dan positif dari orang tua penting untuk menunjukkan penghargaan pada diri anak. Namun demikian, ketegasan juga perlu ditunjukkan sebagai bentuk penghargaan terhadap diri karena kita adalah orang tua. Pola asuh yang otoriter tentu tidak sesuai bagi perkembangan anak karena akan menunjukkan kurangnya penghargaan akan diri anak dan dapat menimbulkan trauma.

Sikap tegas dan baik ini harus selalu berdampingan, karena sikap tegas saja akan dipandang sebagai sikap yang kaku dan tanpa kompromi. Sikap baik saja akan dilihat sebagai sikap yang permisif dan membolehkan. Keduanya tidak dapat dilepaskan satu sama lain untuk mendapatkan hasil yang maksimal.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun