Mohon tunggu...
PETRUS PIT SUPARDI
PETRUS PIT SUPARDI Mohon Tunggu... Penulis - Menulis untuk Perubahan

Musafir di rumah bumi Papua

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Ke Mana Arah Gereja Papua?

5 Februari 2022   18:35 Diperbarui: 5 Februari 2022   18:39 901
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Monumen Injil Masuk di Moor. Dokpri.

Kita melihat bahwa pelayanan Pastor dan Pendeta saat ini tidak menyentuh kebutuhan dasar warga jemaat. Pastor dan Pendeta membaptis orang Papua. Kemudian, mereka memimpin ibadah pada hari Minggu atau hari raya atau pada saat duka dan perayaan syukur! Selebihnya, umat berjalan sendiri!

Pastor dan Pendeta membaptis orang Papua kemudian menelantarkannya. Padahal, pembaptisan memiliki konsekuensi merawat! "Anda harus merawat pertumbuhan iman, tetapi juga kehidupan jasmani orang-orang Papua yang telah dibaptis itu!" Sebab, bagaimana mungkin Pastor dan Pendeta membaptis orang Papua, kemudian menelantarkannya? Apa artinya orang Papua menerima pembaptisan dan menjadi anak-anak Allah, tetapi tetap hidup melarat bahkan tidak sekolah dan mati karena gizi buruk?

Kita mengalami bahwa kematian terlalu dekat pada orang Papua. Orang tua, anak-anak muda, anak-anak balita mati sia-sia. Kemudian, Pastor dan Pendeta datang memimpin ibadah. Mereka mulai mengutip kitab Ayub 1:21 "Tuhan yang memberi, Tuhan yang mengambil, terpujilah nama Tuhan!" 

Padahal, orang Papua mati karena buruknya pelayanan pendidikan, kesehatan dan ekonomi! Tetapi, Pastor dan Pendeta selalu bilang, "Tuhan punya rencana atas hidup dan mati kita!" Bagaimana mungkin Tuhan menciptakan anak-anak-Nya dan membiarkan mereka mati muda? Bukankah Pemazmur bilang, "Masa hidup kami tujuh puluh tahun dan jika kami kuat, delapan puluh tahun?" (Mazmur 90:10a).

 

Gembala dan Domba Masih Sebatas Relasi Fungsional

Idealnya, Gembala dan domba tinggal di dalam satu "rumah Gereja."  Antara Gembala dan kawanan domba tidak ada jarak yang memisahkan. Tetapi, di Papua jauh berbeda. Di kota-kota, Gembala tinggal di rumah pastoran bagus sekali. Kawanan domba, yang hidup sederhana dan miskin, tetap tinggal di dalam ketidak berdayaan mereka.

Demikian halnya, di kampung-kampung, Pastor dan Pendeta hanya melayani pada hari minggu. Kemudian, mereka pulang ke rumah pastoran, yang terletak di pusat distrik. Ada juga rumah pastori di kampung dan pos pelayanan. Pendeta tinggal di sana.

"Tinggal bersama" antara Gembala  dan kawanan domba tampak mahal. Sebab, kita menjumpai Gembala lebih banyak mengurus urusan fisik: bangun gedung gereja, bangun pastoran, bangun pagar gereja dan lain-lain. Manusia orang Papua yang telah dibaptis kurang mendapatkan perhatian serius. Dampaknya, kita melihat kawanan domba tercerai-berai dan terjerumus ke dalam perbuatan yang merusak diri mereka sendiri seperti mengonsumsi minuman alkohol, seks bebas, isap lem aibon dan lain-lain.

Kita ingat kisah di jalan ke Emaus. Dua murid bilang, "tinggallah bersama kami!" (bdk. Lukas 24:29). Seruan serupa ada di dalam lubuk hati orang Papua. Pastor dan Pendeta tidak cukup membaptis orang Papua. Mereka perlu tinggal bersama kawanan domba orang Papua yang telah dibaptis itu. Dengan tinggal bersama, Gembala dan domba saling mengenal satu sama lain sehingga pelayanan rohani dan jasmani bisa tepat sasaran dan kena konteks pergumulan dan kebutuhan kawanan domba.

Selama ini, kita mengalami relasi Gembala dan kawanan domba sebatas relasi fungsional. "Saya Pastor dan Pendeta. Anda umat/jemaat!"   Ada jarak di antara Gembala dan kawanan domba. Keduanya, tidak saling mengenal sehingga tindakan pastoral tidak menyentuh pergumulan dan kebutuhan kawanan domba!

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun