para ksatria berdiri gagah memamerkan daya  intelektualnya di mimbar-mimbar publik
para ksatria bersiaga di tepi taman bunga yang akan mekar,
menanti waktunya tiba dan memetiknya tanpa peduli kaumnya,
sebab, kaum proletar telah terbius oleh syair janji kesejahteraan semu yang dilantunkan para ksatria dari tepi taman-taman itu
pada tepi pantai
memandang ke laut lepas hanya melihat janji kosong  para ksatria di mimbar publik
"mekar, banyak uang, perpendek rentang kendali pelayanan!"
"Sekolah buka, puskemas buka, jalan bagus, rumah bagus, rakyat sejahtera!"
para ksatria membius kaum proletar dengan ilusi sejahtera
tanpa pikir bunga yang mekar akan terempas badai kepentingan politik sesaat
seketika jiwa mengembara ke Asmat, Boven Digoel dan Mappi