Mohon tunggu...
PETRUS PIT SUPARDI
PETRUS PIT SUPARDI Mohon Tunggu... Penulis - Menulis untuk Perubahan

Musafir di rumah bumi Papua

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Kumpulkan Harta Abadi Bukan Harta Dunia

3 Juli 2021   16:05 Diperbarui: 3 Juli 2021   16:37 174
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Hujan gerimis menyapa awal hari baru

Pelangi membusur antara samudra dan langit

Ombak berderai memecah kebisuan pagi

Burung-burung berkicau di bukit berhutan lebat

Duduk dalam hembusan angin pagi

Jiwa tenang dalam dekap sang ilahi

Bisikan lembut terdengar nyaring

"cari dan kumpulkan harta yang tak akan lenyap!"

Jadilah bebas seperti ombak di laut,

bergerak ke mana angin menuntun

Jadilah bebas seperti burung-burung,

terbang ke manapun tanpa terikat oleh sarangnya

Diam dan tenang meskipun badai bergelora,

Tawaran nikmat tak menggoyahkan jiwa ingin meraihnya

Harta dunia hendaklah tak menyeret tubuh pada kebinasaan

Berjuang dalam hening membebaskan jiwa dan tubuh dari kunkungan nikmati duniawi

Terikat pada harta duniawi, apa untungnya?

Tubuh tambun semampai, seketika tak bernafas, apa artinya?

Rumah, mobil, deposit seketika tsunami mengempasnya, apa gunanya?

Jabatan tinggi, seketika usia senja menjemput, apa maknanya?

Harta dunia, milik dunia

Janganlah terikat padanya

Tambatkan diri pada harta ilahi

Rela hidup miskin, sederhana, rendah hati,

Terbuka memberi,

Sebab, memberi itu tak pernah habis

Memberi itu harta yang membawa pada hidup

Hidup kekal abadi bersama sang pemilik hidup

Memberi apa?

Mulut menasihati kebijaksanaan

Telinga mendengarkan kerapuhan

Mata mengarahkan ke jalan terang dan lurus

Tangan terulur menolong orang miskin dan terlantar

Kaki melangkah mencari dan menemukan yang sakit dan terbuang

Bahu menjadi tempat bersandar bagi yang letih lesuh dan berbeban berat

Hati bagaikan pintu yang sedang terbuka menyambut kaum lemah

Seluruh tubuh, jiwa dan roh

Terbuka memeluk yang miskin, sakit dan tertindas

Bukan hanya dalam kata-kata penghiburan

Tapi, dalam tindakan nyata menolong segenap makhluk yang menderita

Kampung Ayombai, pulau Moor, 

23 Juni 2021; 07.50 WIT

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun