Mohon tunggu...
PETRUS PIT SUPARDI
PETRUS PIT SUPARDI Mohon Tunggu... Penulis - Menulis untuk Perubahan

Musafir di rumah bumi Papua

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Misteri Kematian Orang Papua

28 Mei 2021   07:27 Diperbarui: 28 Mei 2021   07:30 246
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Tanah Papua mengandung sejuta misteri

Hidup tampak singkat

Datang dan pergi hampir bersamaan

Tanpa ada yang tau 'mengapa?'

Siapa dapat menjawab misteri kematian orang Papua ini?

Aku duduk di tepi sungai Maro,

Terlintas sejuta tanya di relung jiwa,

Tentang misteri hidup dan mati yang melanda orang Papua

Siapa sebenarnya pemilik hidup?

Siapa berhak mengambil hidup ini?

Kicauan burung pada hamparan pohon di tepi sungai,

Mengantar masuk ke dalam sukma

Sedalam sungai yang tak terukur dan berarus kencang itu

Siapa mengantar seseorang memasuki dunia ini?

Datang ke dalam dunia tak dikehendaki sendiri

Menghadapi kenyataan pahit di jalan perziarahan

Lalu, seketika kembali ke rumah asalnya

Aku menatap ke hulu sungai,

Memandangi beribu-ribu onggok kayu mengapung seiring arus

Tampaklah pula manusia-manusia hitam kulit, keriting rambut

Mendayung ke dusun

Pergi mengambil makanan

Seketika batin merontah penuh tanya

Mengapa orang Papua mati silih berganti?

Pejabat gugur pada usia muda

Gembala wafat tatkala baru bertunas

Rakyat jelata mati bagaikan daun kering yang berguguran pada musim panas

Aku mengarahkan pandangan ke muara sungai

Arus sungai menyeret jiwa-jiwa pergi tak pernah kembali

Membawa pergi kaum pemilik negeri pada usia muda

Pergi tanpa meninggalkan sepatah kata bagi generasi penerusnya

Manusia Papua,

Hitam kulit, keriting rambut,

Akankah bertahan hidup dalam pusaran badai kematian tak berujung ini?

Atau akan punah oleh arus sungai kematian yang kian deras  ini?

Siapa menjamin keberlangsungan hidup manusia Papua di tanah ini?

Tak seorang pun menjawabnya,

Membisu dalam keheningan

Berharap tangan Tuhan akan terulur menolong

Hidup makmur dan umur panjang

Tak ada lagi kematian dini

Tak ada lagi ratap tangis di tanah terberkat ini

28 Mei 2021; 09. 20 WIT

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun