Mohon tunggu...
PETRUS PIT SUPARDI
PETRUS PIT SUPARDI Mohon Tunggu... Penulis - Menulis untuk Perubahan

Musafir di rumah bumi Papua

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Kasih di Lorong Sunyi

20 Mei 2021   06:02 Diperbarui: 20 Mei 2021   06:06 187
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pada senja di tepi pantai

Jiwa bergejolak memaknai hidup di jalan perziarahan

Apakah ada bekal yang tak akan habis sampai di garis akhir?

Ada satu saja!

Kasih

Kasih

Mengitari lorong-lorong kumuh pada hamparan sampah berhias belatung dan lalat

Menyapa insan lemah pada gubuk-gubuk karton dan terpal lusuh

Menghambur senyum dalam sapa yang ramah di sepanjang lorong sunyi

Mendengarkan kisah piluh kaum terbuang di tepi jalan yang dilalui para perziarah dunia ini

Kasih

Pintu hati terbuka bagaikan mata air mengalirkan air jernih yang melegakan dahaga,

membersihkan tubuh yang kotor oleh debu zaman

menguatkan jiwa yang letih,

Tangan terulur mengangkat tubuh yang terkapar pada lorong sunyi,

Memeluk jiwa yang letih lesuh di tepi jalan perziarahan ini

Menopang tubuh dan jiwa yang rapuh pada bahu beralas kasih

Kasih

Pergi keluar,

keluar dari diri sendiri menjumpai yang paling rapuh

Memberi,

memberi dengan tulus ikhlas tanpa mengharapkan balasan

Mengampuni,

mengampuni yang melukai tubuh dan jiwa

Memeluk,

memeluk erat yang miskin dan rapuh

Kasih

Tidak menumpuk harta bagi diri sendiri,

selalu berbagi dengan yang berkekurangan

Tidak sombong, dendam dan iri hati,

selalu rendah hati, pengampun dan penuh syukur

Tidak menutup pintu hati bagi sesama yang melarat

selalu terbuka menerima kaum miskin dan terlantar

Tidak menceritakan kelemahan orang lain

selalu  memberi motivasi untuk bangkit dari keterpurukan hidup

Kasih

Berdiri tegak laksana pohon beringin yang memberi sejuk,

tempat berlindung kaum papah

Membuka pintu hati seluas samudra,

tempat kaum papah mendapatkan setetes kehangatan kasih sayang

Memeluk yang miskin dan melarat di lorong-lorong sunyi,

mencairkan kebekuan hidup tanpa cinta dan kasih sayang

Tempat berlindung bagi para gelandangan,

menimba makan dan minum tanpa merasa sungkan

Kasih kekal abadi

Kasih tak lekang oleh waktu

Kasih menerangi jiwa pada jalan perziarahan menuju keabadian

Kasih mengantar jiwa dan roh sampai di dalam istana sang Ilahi

Senja di tepi pantai berlalu

Malam menjemput kembali ke gubuk persinggahan

Merebahkan tubuh pada dipan  reot

Memeluk kasih mencairkan jiwa yang beku oleh cinta diri di jalan perziarahan ini

Nabire, 18 Mei 2021; 18.00 WIT

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun