Selama ini, HIV-AIDS belum dilihat sebagai daya yang mematikan orang Papua. Apabila telah ada kesamaan persepsi dari pimpinan daerah, Gubernur, Bupati/Walikota, tokoh agama, gereja, adat, pemuda, perempuan, dan seluruh rakyat Papua, bahwa HIV-AIDS merupakan penyakit, kekuatan dasyat yang menghancurkan orang Papua, maka perlu ada langkah strategis dan konkret untuk mengatasinya.
Tanpa ada kesepahaman dan kesamaan persepsi tentang HIV-AIDS dan upaya pencegahannya, kita akan menuai kematian yang lebih banyak lagi di tanah Papua.
Di tanah Papua, kita telah hidup dengan HIV-AIDS selama 28 tahun. Kita telah kehilangan keluarga, orangtua, kakak dan adik akibat HIV-AIDS. Apakah kita masih membiarkan diri kita dan keluarga kita berada dalam ancaman virus mematikan ini?
Kita perlu sadar bahwa kita berada di ambang kepunahan akibat HIV-AIDS. Kesadaran itu, seyogianya membangkitkan solidaritas kita untuk bersama-sama semua elemen masyarakat di Papua menghentikan laju perkembangan HIV-AIDS ini.
Selama 28 tahun, kita seperti gagal memerangi HIV-AIDS di tanah Papua lantaran sikap tertutup, kurang peduli dan menganggap biasa-biasa saja terhadap kematian demi kematian akibat HIV-AIDS. Kita terlelap di dalam kenyamanan diri sendiri.Â
Kita kurang memiliki komitmen mencegah kematian orang Papua akibat HIV-AIDS. Mulai saat ini dan ke depan, kita harus membangun kepedulian bersama, berkolaborasi dengan stakeholder pemerintah, tokoh agama, gereja, sdat dan semua elemen masyarakat untuk menghentikan HIV-AIDS di tanah Papua.
Di setiap kabupaten/kota di Provinsi Papua wajib menghidupkan KPA sebagai pusat koordinasi, informasi, dan perencanaan strategis penanggulangan HIV-AIDS. Sosialisasi HIV-AIDS perlu dilakukan secara sistematis dan berkelanjutan. Pemerintah, tokoh agama, gereja, adat, pemuda, dan perempuan perlu mengambil bagian penuh dalam upaya pencegahan dan penanggulangan HIV-AIDS di setiap kabupaten/kota di Provinsi Papua.
Demikian halnya, Dinas Kesehatan Provinsi Papua, kabupaten/kota perlu menggerakkan unit-unit layanan Puskesmas, Pustu, Polindes, Posyandu untuk memberikan layanan kesehatan dan informasi tentang HIV-AIDS secara berkelanjutan.Â
Setiap pelaksanaan Puskesmas Keliling (Pusling), tenaga medis wajib memberikan sosialisasi dan informasi terkait HIV-AIDS di kampung-kampung terpencil. Hanya dengan gerakkan semacam ini, kita dapat meminimalisasi perkembangan HIV-AIDS di tanah Papua.
Segala niat baik dan kerinduan untuk menghentikan HIV-AIDS di tanah Papua, perlu mendapatkan dukungan dari pimpinan daerah, Gubernur, Bupati/Walikota, DPR Papua, dan DPRD Kabupaten/Kota di tanah Papua. Kebijakan anggaran di Provinsi Papua harus memerhatikan kondisi HIV-AIDS yang saat ini bagaikan singa yang siap menerkam orang Papua.
Apabila tidak ada keseriusan dari pimpinan daerah provinsi Papua, Gubernur, Bupati/Walikota dan para wakil rakyat di DPRP dan DPRD, maka kita akan menuai badai kematian mengerikan akibat HIV-AIDS. Dan tidak menutup kemungkinan, orang Papua bisa punah karena HIV-AIDS.Â