Mohon tunggu...
PETRUS PIT SUPARDI
PETRUS PIT SUPARDI Mohon Tunggu... Penulis - Menulis untuk Perubahan

Musafir di rumah bumi Papua

Selanjutnya

Tutup

Healthy Artikel Utama

Bom Waktu HIV dan AIDS sedang Meledak di Asmat

7 April 2019   08:38 Diperbarui: 7 April 2019   13:27 566
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Saat ini, angin kencang melanda Asmat. Gelombang laut Arafura sedang bergelora. Para nelayan lokal tidak bisa melaut. Masyarakat di kota Agats kesulitan mendapatkan ikan segar yang biasanya dijual oleh para nelayan.

Kondisi alam Asmat, seketika mengingatkan tentang badai HIV dan AIDS yang sedang bergelora di Asmat. Sejak ditemukannya penderita HIV dan AIDS di Asmat, sesuai data yang dicatat di RSUD Agats, per 18 September 2012, sampai saat ini penderita HIV dan AIDS terus bertambah. 

Sesuai data Dinas Kesehatan Provinsi Papua yang dikeluarkan per 30 September 2018, jumlah penderita HIV dan AIDS di Asmat berjumlah 177 kasus. Jumlah ini akan bertambah mengingat data triwulan IV, Oktober-Desember 2018, belum diterbitkan oleh Dinas Kesehatan Provinsi Papua.

Angka HIV dan AIDS di Asmat meningkat dari waktu ke waktu. Ia menyebar bagaikan jamur di musim hujan. HIV dan AIDS tidak mengenal jenis kelamin, usia, suku dan agama. Ia menggerogoti setiap pribadi yang suka berganti-ganti pasangan seks.

Sekali ia masuk ke dalam tubuh, ia akan beranak pinak melemahkan tubuh. Ketika tubuh lemah, berbagai jenis penyakit menyerang tubuh. Dan seketika, tubuh yang gagah perkasa terkapar tak berdaya.

Meskipun angka HIV dan AIDS di Asmat menunjukkan peningkatan signifikan dari waktu ke waktu, tetapi upaya prenventif masih minim. Demikian halnya, upaya pemeriksaan dan pengobatan bagi para penderita HIV dan AIDS tidak maksimal.

Komisi Penanggulangan AIDS (KPA) Kabupaten Asmat tidak berjalan efektif. Sejak tahun 2017, LANDASAN Papua telah menggelar Workshop Pencegahan dan Pengendalian HIV-AIDS di tanah Papua mengusung tema "Dengan Kepemimpinan yang Kuat, Kepedulian dan Komitmen dalam Pelayanan," pada 28-29 Agustus 2017 di Hotel Aston Jayapura. 

Pada kesempatan itu, Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Asmat, dr. Pieter Pajala, Sekretaris KPA, Sulis, Sekretaris DPMPK, Karel Fonataba, Kabid Sosbud BP4D Kabupaten Asmat, Bonifasius Jakfu hadir bersama peserta dari Kabupaten lainnya di Provinsi Papua. Para pihak berdiskusi tentang epidemi HIV-AIDS serta upaya pencegahannya.

Pada waktu bersamaan, tim asistensi KPA Provinsi Papua, John Rahail dan Dokter Ruflus datang ke Asmat. Keduanya melakukan pembicaraan dengan Kepala Sekretariat KPA Asmat, Ibu Dewi Linggasari. 

Keduanya juga melakukan pertemuan dengan Bupati Asmat, Elisa Kambu. Setelah, kembali ke Jayapura, John Rahail mengirim draf struktur KPAD sesuai Permendagri Nomor 20 Tahun 2007 tentang Pedoman Umum Pembentukan Komisi Penanggulangan AIDS dan Pemberdayaan Masyarakat dalam Rangka Penanggulangan HIV dan AIDS di Daerah.

Di pengujung tahun 2017, tepatnya 14 November 2017, bertempat di Gedung Pusat Pembinaan Pastoral Keuskupan Agats, LANDASAN menggelar "Lokakarya Tokoh Agama, Adat, OPD dan Pemangku Kepentingan Memperkuat Komitmen Penanggulangan HIV dan AIDS di Kabupaten Asmat." 

Peserta yang hadir dan mengikuti kegiatan ini berjumlah 35 orang, yang berasal dari unsur tokoh agama, tokoh adat, Dinas Kesehatan Kabupaten Asmat, KPA Asmat, RSUD Agats, Puskesmas Agats, pemerintahan Distrik Agats, perwakilan pemerintahan kampung, P3MD, Kader Kampung.

Keesokan harinya, tanggal 15-17 November 2017, LANDASAN menggelar "Pelatihan HIV dan AIDS bagi Kader Kampung di Distrik Agats". Pelatihan diikuti oleh para kader kampung dari 12 kampung di Distrik Agats. Peserta yang hadir dan mengikuti kegiatan ini berjumlah 25 orang. 

Selama tiga hari para kader kampung belajar tentang HIV dan AIDS: asal-usul, cara penularan dan upaya pencegahannya.  Para fasilitator pelatihan ini adalah Dominggus Deda dan Yohanes Reawaru.

Seluruh hasil lokakarya dan pelatihan kader kampung serta berbagai artikel tentang HIV dan AIDS di Asmat, tertuang dalam buku, "HIV-AIDS, Senyap Yang Mematikan di Asmat". HIV dan AIDS bergerak dalam senyap tetapi sangat mematikan. Karena itu, setiap pribadi yang tinggal di Asmat perlu mawas diri.

Pada tahun 2018, upaya membangun komunikasi terkait pencegahan dan penanggulangan HIV dan AIDS di Kabupaten Asmat terus dilakukan. Pada 30 Juli 2018, LANDASAN melakukan pertemuan dengan Sekretaris KPA Asmat, Ibu Sulis. 

Pada pertemuan itu, dipakati akan dilaksanakan pertemuan dengan Wakil Bupati Asmat, Thomas Eppe Safanpo, selaku Ketua KPA Asmat. Ibu Sulis akan berkoordinasi dengan Pak Wakil Bupati terkait waktu pertemuan tersebut.

Pada 20 Agustus 2018, para aktivis yang peduli pada HIV dan AIDS, yang terdiri atas LANDASAN, SKP Keuskupan Agats, PSE Keuskupan Agats, Komunitas Pastor Vince Cole di Sawa datang ke kantor Bupati Asmat. Ibu Sulis menyampaikan bahwa Pak Wakil Bupati sedang keluar daerah, sehingga pertemuan dengan Wakil Bupati Asmat dibatalkan. Meskipun demikian, pertemuan dengan Ibu Sulis tetap berlanjut di ruang kerja Ibu Sulis.

Berbagai upaya dilakukan oleh tim peduli HIV dan AIDS di Asmat. Pada 2 Oktober 2018, bertempat di Isi Cem I, Keuskupan Agats dilakukan pertemuan membahas kondisi HIV dan AIDS di Asmat. 

Hadir dalam pertemuan ini, Pastor Vince Cole, MM, Dokter Alpius Kambodji, Aji Sayekti, Yeni, Petrus Pit Supardi, Yeni, Wahyu. Para aktivis bergumul seputar penyebaran HIV dan AIDS di Asmat yang masif, tetapi upaya pencegahan dan penanggulangan tidak berjalan efektif.

Di dalam ketidakpastian akan masa depan advokasi HIV dan AIDS di Asmat, Ketua Komisi PSE Keskupan Agats, Aji Sayekti mengambil inisiatif mengundang Pembina OSIS dan Ambalan, Ketua OSIS dan Ketua Ambalan SMP dan SMA di kota Agats untuk melakukan pertemuan guna membahas situasi HIV dan AIDS di Asmat. Pertemuan tersebut dilaksanakan pada Kamis, 11 Oktober 2018 di ruang rapat PSE Keuskupan Agats.

Setelah pertemuan tersebut, keesokan harinya, tim peduli AIDS Asmat, yang berada di Agats melakukan kunjungan ke SMP dan SMA di kota Agats. Kunjungan ini bertujuan menggalangan komitmen para Kepala Sekolah untuk upaya pencegahan dan penanggulangan HIV dan AIDS di Asmat, terutama di kalangan siswa/i. Para guru merespon positif kegiatan ini. 

Para guru berkomitmen akan mengirim para siswa pada saat penyuluhan dan akan terlibat dalam aksi seribu rupiah untuk kegiatan HIV dan AIDS di Asmat.

Pada Jumat, 27 Oktober 2018, dilaksanakan penyuluhan HIV dan AIDS di SMA YPPGI Agats. Dokter Daniel dari RSUD Agats hadir menyajikan materi tentang HIV dan AIDS. Para siswa menyambut positif penyuluhan tersebut.

Selanjutnya, sosialisasi yang sama dilaksanakan di SMA YPPK Yan Smit Agats pada 9 November 2018. Seluruh siswa SMA Yan Smit hadir. Demikian halnya, hadir pula para siswa/i utusan dari SMP dan SMA di kota Agats. Kegiatan berlangsung lancar.

Di pengujung 2019, Wahyu dari Sawa Erma, membawa dua orang warga Sawa yang terindikasi positif B20. Hasil tes di Puskesmas Sawa hasilnya Reaktif. Ketika diperiksa kembali di RSUD Agats menunjukkan bahwa hasilnya positif HIV. Wahyu bersama Aji Sayekti dari PSE Keuskupan Agats memberikan perhatian serius kepada keduanya. Kini, keduanya sudah mengonsumsi obat ARV.

***

Jumat, 1 Februari 2019, saat pertemuan dengan BP4D Kabupaten Asmat, yang dihadiri Kepala BP4D, Frans Bosawer, Sekretaris BP4D, Lambertus Leu, dan para Kepala Bidang (Kabid), saya kembali mengangkat isu HIV dan AIDS di Asmat. 

Pada kesempatan itu, Kepala BP4D mengakui bahwa HIV dan AIDS di Asmat memprihatinkan. "Angka yang tercatat hanya sedikit. Banyak orang dengan gejala HIV belum tes darah," tuturnya.

Sampai dengan saat ini, upaya pencegahan dan penanggulangan HIV dan AIDS di Asmat tidak berjalan efektif. Kondisi ini disebabkan oleh KPA yang tidak berfungsi sebagaimana mestinya. KPA Asmat tidak memiliki anggaran yang memadai untuk melakukan berbagai kegiatan penyuluhan. Mengapa pemerintah daerah kabupaten Asmat tidak mengalokasikan anggaran memadai untuk KPA Asmat?

Di sisi lain, setiap mata yang memandang kantor KPA Asmat pasti prihatin. Kondisi  kantor KPA hampir roboh karena tidak terawat. Kantor KPA mestinya menjadi pusat informasi upaya pencegahan dan penanggulangan HIV dan AIDS di Asmat, tetapi tidak demikian dengan kantor KPA Asmat.

Kita berharap ke depan KPA Asmat bisa hidup kembali untuk memberikan informasi tentang HIV dan AIDS kepada masyarakat di Kabupaten Asmat. Apabila tidak ada upaya pencegahan dan penanggulangan HIV dan AIDS sejak dini, kita akan mengalami badai kematian mengerikan di Asmat akibat HIV dan AIDS.

Keuskupan Agats, melalui PSE Keuskupan Agats akan memimpin gerakan mendorong masyarakat tes darah. "Kita bergerak saja dulu ke orang-orang yang kita kenal, yang kalau terindikasi terinfeksi HIV, kita ajak mereka untuk tes darah," tutur Aji pada saat pertemuan di Kantor PSE Keuskupan Agats, Kamis, (8/2). 

"Waktu kami rapat, Bapak Uskup sudah tunjuk Florentina Bifei sebagai koordinator pencegahan dan penanggulangan HIV dan AIDS PSE Keuskupan Agats," tambah Aji. Kehadiran Flor, sapaannya, yang merupakan anak asli Asmat, dari Ewer diharapkan memberikan harapan baru bagi advokasi HIV dan AIDS di Asmat.

Aji Sayekti juga mengungkapkan bahwa saat ini, pihaknya sedang membangun satu unit bangunan untuk pemulihan penderita HIV dan AIDS. "Kami tidak bikin rumah singgah seperti di daerah lain. Kami bikin rumah produksi, tetapi ada tempat singgah bagi penderita HIV. Kami buat begini supaya para penderita tidak merasa dikucilkan," jelasnya.

Aji mengajak para aktivis untuk mendorong kenalan, sahabat dan siapa saja yang terindikasi mengindap HIV untuk periksa darah. "Kita mulai saja dari orang-orang yang kita kenal. Kita ajak mereka untuk tes darah," tuturnya saat rapat koordinasi di kantornya, Kamis, (7/2).

HIV dan AIDS benar-benar sedang mengancam manusia Asmat. Dalam survei yang dilakukan oleh staf LANDASAN, para PSK yang bekerja di warung-warung makan di Jl. Muyu mengungkapkan bahwa para pelanggan yang datang menggunakan jasa mereka tidak mau menggunakan kondom. "Bapak-bapak orang sini, kalau 'main' tidak mau pakai kondom," tutur salah satu PSK di warung Jl. Muyu.

Perilaku seks tidak aman yang sedang terjadi di Asmat tidak disertai dengan usaha pemberian informasi berkelanjutan tentang bahaya HIV dan AIDS. 

Pada peringatan hari AIDS se-duni, 1 Desember 2018, jemaat Gereja Kristen Injili (GKI) di Tanah Papua, Klasis Asmat menyelenggarakan kegiatan pawai motor dan mimbar bebas di "Tugu Tangan" Agats. Sedangkan, KPA Asmat menyelenggarakan kegiatan lomba melukis Poster HIV dan AIDS lapangan Yos Sudarso, yang hanya diikuti oleh beberapa siswa/i SMA di kota Agats.

Sepinya pemberian informasi tentang bahaya HIV dan AIDS turut menyumbang meningkatkan HIV dan AIDS di Kabupaten Asmat. Hal ini juga yang menyebabkan minim kesadaran warga masyarakat Asmat memeriksakan diri untuk deteksi dini HIV. 

Hampir semua kasus yang ditemukan saat ini, terjadi lantaran ibu mau melahirkan atau pasien dalam kondisi sakit berat yang dirujuk ke RSUD Agats. Para pasien tersebut, ketika diperiksa darahnya (termasuk tes HIV) barulah ditemukan positif mengidap HIV dan AIDS.  

***

Sampai dengan Februari 2019, kebutuhan ARV untuk pasien HIV di Asmat masih harus tergantung pada Timika. Dokter Rindang mengungkapkan, "Tahun ini, kami fokus ke mandiri ARV di Asmat sehingga Puskesmas pun bisa memberikan ARV karena sudah dilatih."

Kesungguhan Dinas Kesehatan Provinsi Papua dalam upaya pencegahan dan penanggulangah HIV dan AIDS di Asmat tidak sepenuhnya berjalan mulus. Senin, (11/2), saat Korkab LANDASAN Asmat berkoordinasi dengan PLH Kepala Puskesmas Agats, Suster Berta, beliau mengatakan bahwa sampai dengan saat ini, Puskesmas Agats tidak memiliki alat tes HIV.

"Sampai dengan sekarang ini, tidak ada alat tes HIV sehingga ibu yang melahirkan juga kami tidak bisa tes HIV. Padahal, kalau ada alat, saat ibu hamil mulai datang ke Posyandu atau Puskesmas, kami sudah bisa tes HIV," tuturnya.

Pada Lokakarya Penggalangan Komitmen Pencegahan HIV dan AIDS di Asmat, yang diselenggarakan oleh KOMPAK LANDASAN dan Dinas Kesehatan Kabupaten Asmat, 14 November 2017 di Gedung Pusat Pembinaan Pastoral Keuskupan Agats, Kepala Dinas Kesehatan saat itu, dr. Pieter Pajala mengatakan bahwa pihaknya sudah mengalokasikan anggaran untuk pembelian peralatan tes HIV dan AIDS untuk 11 Puskesmas di Kabupaten Asmat. 

Tetapi, sampai saat ini, peralatan tersebut tidak kunjung tiba di Puskesmas. Bahkan Puskesmas Agats yang terletak di pusat ibu kota Kabupaten Asmat tidak memiliki fasilitas untuk tes HIV.

Pada 23 Januari 2019 silam, Wahyu dari Komunitas Pastor Vince Cole, MM di Sawa Erma membawa salah satu pasien ke Puskesmas Sawa Erma untuk diperiksa darahnya. Pada saat tiba di Puskesmas, dokter malah bertanya, "Mau periksa apa lagi? Saya sudah pernah periksa ini orang." Dengan penuh sabar, Wahyu minta tes HIV. Tes dilakukan, tetapi hanya satu kali karena dua rapid test lainnya yang ada sudah kadaluarga. "Harusnya tiga kali tes, tetapi cuma ada satu rapid test, dua lainnya sudah kadaluwarsa," tulis Wahyu di WAG Komunitas Peduli AIDS.

Demikian halnya, Puskesmas Atsj, yang memiliki gedung Puskesmas dan juga pelayanan yang sangat baik, termasuk memiliki rapid tes untuk HIV sampai dengan saat ini tidak bisa memberikan ARV kepada para pasien yang terdeteksi HIV. "Kalau ada pasien, kami lapor ke rumah sakit, baru kami bisa dapat obat," tulis kepala Puskesmas Atsj, Ambrosius Oktan di WAG Komunitas Peduli AIDS.

Pelayanan HIV dan AIDS di Asmat, baik upaya pencegahan melalui sosialisasi maupun penanganan pasien yang sudah terinfeksi HIV masih sangat minim. Dinas Kesehatan Kabupaten Asmat, Puskesmas dan RSUD Agats, telah berupaya memberikan pelayanan, baik sosialisasi maupun pemeriksaan HIV dan AIDS kepada warga masyarakat meskipun masih sangat terbatas karena minim anggaran untuk HIV dan AIDS.

Demikian halnya, tua-tua Adat dan pimpinan Gereja-Gereja di Asmat yang memiliki peran strategis dalam upaya-upaya pencegahan HIV dan AIDS belum duduk bersama guna mengambil langkah-langkah pencegahan penyeberan HIV dan AIDS di Asmat. 

Apabila kondisi ini masih berlanjut, maka dapat dipastikan bahwa beberapa tahun ke depan, Asmat akan mengalami Kejadian Luar Biasa (KLB) HIV dan AIDS. Apakah kita menunggu sampai ada KLB HIV dan AIDS di Asmat?

***

Saat ini, kita sadari atau tidak, yang pasti, bom waktu HIV dan AIDS sedang meledak di Asmat. Penderita HIV dan AIDS di Asmat per 30 September 2018, berjumlah 177 orang sebagaimana data yang dikeluarkan Dinas Kesehatan Provinsi Papua hanyalah fenomena gunung es. Masih ada ratusan orang lainnya, yang meninggal tanpa tes darah. Sedangkan ratusan lainnya, masih hidup dengan HIV dan AIDS, tanpa mereka sadari.

Di masa depan, semua stakeholder di Asmat, baik Pemda Asmat, Gereja maupun Adat harus bersinergi dalam memerangi HIV dan AIDS. Tidak efektifnya advokasi HIV dan AIDS saat ini memperlihatkan dengan jelas bahwa belum ada kesamaan persepsi dari para pihak tentang HIV dan AIDS serta upaya pencegahan dan penanggulangannya. 

Karena itu, demi menyelamatkan generasi Asmat dari ancaman kepunahan akibat HIV dan AIDS, para pihak harus duduk bersama guna mencari cara-cara efektif dan efisien yang bisa dilakukan bersama untuk mencegah meluasnya virus HIV dan AIDS di Asmat. 

[Agats, 11 Februari 2019; pukul 20.39 WIT]

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun