"Kita perlu mendukung imam baru kita. Jangan menambah beban. Kita harus membantunya. Menjadi imam merupakan sebuah perjuangan. Jangan menambah beratnya perjuangan Pastor baru kita. Kalau bisa kita ringankan bebannya. Kita harus meneguhkan perjalanan hidup imam baru kita," tutur Uskup Keuskupan Agats, Mgr. Aloysius Murwito OFM dalam khotbahnya pada perayaan tahbisan Imam dan Diakon di Gereja Katedral Salib Suci Agats, Sabtu, (2/2).
Dini hari hujan lebat membasahi tanah lumpur Asmat. Guntur sabung-menyambung. Sesekali angin kencang menerpa hamparan pohon mangrove. Sunyi mencekam di Agats.
Tatkala pagi tiba, cuaca perlahan cerah. Alam dan leluhur Asmat turut bergembira bersama ribuan umat Katolik yang berasal dari berbagai stasi (kampung) di Asmat yang berkumpul di lapangan Yos Sudarso Agats. Mereka menggunakan busana adat Asmat.
Pekik suara sahut-menyahut diikuti gerak tubuh. Mereka menari. Suasana gembira menyelimuti setiap wajah yang hadir di lapangan Yos Sudarso.
Di tengah kerumunan umat yang bergembira, tampak sosok Diakon Moses Amiset. Dia adalah putra terbaik Asmat yang akan ditahbiskan menjadi imam dalam Gereja Katolik Keuskupan Agats. Moses berdiri di antara para penari yang akan mengaraknya menuju Gereja Katedral Keuskupan Agats. Sesekali, ia melempar senyum kepada setiap orang yang memandang dirinya.
Di tengah lapangan tersebut, tampak pula tiga orang calon Diakon yang akan ditahbiskan menjadi Diakon. Mereka adalah Fr. Innocentius Nurmalay, Fr. Cornelis Laritembun, Fr. Laurensius Kupea. Mereka didampingi oleh keluarga dan kelompok penari yang berasal dari Tanimbar. Ketiganya, tampak bahagia menyambut tahbisan Diakon.
Pukul 07.45 WIT, kelompok penari dari Asmat, yang dipimpin oleh tua adat, Niko Ndepi, diikuti arak-arakan calon Imam, Diakon Moses Amiset dan para calon Diakon berarak ke Gereja Katedral. Dari lapangan Yos Sudarso, arak-arakan melintasi Jalan Yos Sudaro dan Jalan Kartini. Kemudian, masuk ke halaman Gereja Katedral Salib Suci Agats.
Di depan Gereja Katedral, Uskup Keuskupan Agats, Mgr. Aloysius Murwito OFM telah menunggu. Ia ditemani tua adat dari Syuru, Soter Syuru yang memegang bambu berisi kapur putih yang akan ditaburkan sebagai tanda penerimaan calon Imam, Diakon Moses Amiset dalam Gereja Katolik.
Pukul 08.15 WIT, rombongan arak-arakan tiba di depan Gereja Katedral. Nikolaus Ndepa, tua adat Asmat yang memimpin rombongan yang berarak dari lapangan Yos Sudarso berdiri berhadapan dengan Uskup Alo. Ia berbicara dalam bahasa Asmat. Ia menyerahkan Moses Amiset kepada Bunda Gereja melalui hamba-Nya, Mgr. Aloysius Murwito OFM.
Di hadapan Uskup Alo, tua-tua adat rumpun Simai, tempat asal Diakon Moses Amiset berdiri berjejer. Mereka meletakkan sebilah papan. Di atas papan itu, mereka menaburkan kapur dan menancapkan empat buah anak panah.
Sesaat kemudian, Diakon Moses Amiset berjalan di atas papan itu sambil menginjak setiap anak panah hingga patah. Akhirnya, ia tiba di hadapan Uskup Alo, yang akan menahbiskannya.