Hal lain yang tidak kalah penting menurut Uskup Alo adalah Allah ikut terlibat dalam seluruh panggilan dan pelayanan kita. "Kalau kita mau mendengarkan Sabda Tuhan, apa yang Tuhan bentangkan di hadapan kita, maka kita diminta untuk berdiam diri.
Tetapi kenyataannya, kita tidak ada kegiatan hanya omong saja. Ini pesan pokok untuk calon Diakon dan Pastor kita yang baru. Ambil waktu untuk berdiam diri dan mendengarkan Sabda Tuhan supaya Sabda Tuhan yang kaya itu bisa dipetik," tegas Uskup Alo.
Ia menambahkan, "Pada waktu kamu mandi-mandi di pinggir kali, Tuhan Allah yang mendorong kamu. Pada waktu kamu keluar dari Pau atau Katew ke Agats untuk masuk SMP, Tuhan Allah juga yang menggerakkan kamu. Semua ini bisa dialami kalau kamu berdiam diri dan merenungkan bahwa Allah ikut berprakarsa dalam seluruh perjalananmu sampai kamu bersedia menjadi imam seperti sekarang ini," tutur Uskup.
"Perjumpaan dengan Tuhan Allah harus diperbarui terus-menerus setiap hari. Perjumpaan dengan Allah menjadi sebuah kunci penting untuk Imam, Diakon dan setiap orang yang mau melayani Tuhan Allah dan sesama secara utuh," tegas Mgr. Aloysius Murwito OFM.
"Inilah putra Asmat pertama yang menjadi imam. Kita semua bergembira dan bersyukur karena kerinduan kita terpenuhi. Kita merindukan seorang putra Asmat menjadi imam. Kerinduan kita harus diangkat menjadi kerinduan yang luhur karena seorang anak Asmat terpilih menjadi cahaya bagi dunia Asmat. Hidupnya menjadi tanda kemuliaan Allah di Surga. Ia menjadi cahaya dan terang bagi dunia," tambahnya.
Di akhir khotbahnya, Uskup Alo minta kepada seluruh umat yang hadir untuk mendukung Pastor Moses Amiset, Pr dan para Diakon. "Kita perlu mendukungnya, bukan sebaliknya mengganggunya. Jangan menambah beban. Kita semua memiliki imam baru, harus kita bantu dia. Ini merupakan sebuah perjuangan. Jangan menambah beratnya perjuangan Pastor baru kita. Kalau bisa kita ringankan bebannya. Apa yang kita bisa bantu? Kita harus meneguhkan perjalanan hidup imam baru kita," pinta Uskup Alo.
**
Sementara itu, Ketua Panitia Pentahbisan, Emerikus Sarkol pada akhir perayaan mengungkapkan bahwa sejarah Gereja Katolik di tanah Asmat dimulai sejak tanggal 3 Februari 1953 saat Pastor Zegward MSC membaptis salah satu perempuan dari Suwruw. Selanjutnya, pada tahun 1958, misionaris MSC menyerahkan daerah misi Asmat kepada misionaris OSC.
Imam pertama yang ditahbiskan di Katedral Agats, adalah Pastor Aloysius Setitit OSC pada tanggal 9 April 1983. "Dia memakai ritus bambu sehingga saya ambil bambu di OSC dan pakai untuk Projo. Jadi, Misa kita ini pakai ritus Gereja dan Adat. Untuk Adat, pakai ritus bambu. Imam menjadi mempelai Allah yang berpedoman pada Injil" tutur Erik Sarkol.Â
Ia menambahkan bahwa pada tahun 2003, Gereja Katolik merayakan 50 tahun Gereja Katolik di Asmat. Selang 16 tahun kemudian, 2019, lahirlah imam Asmat pertama, Pastor Moses Amiset, Pr. "Kita lihat bahwa sudah 66 tahun Gereja Katolik masuk di Asmat. Maka, besok perayaan syukur di Mbait, kita merayakan 66 tahun Gereja Katolik masuk di Asmat, yang akan dipimpin oleh imam putra asli Asmat. Ini adalah karya Roh Kudus," tegasnya.
***