Pukul 08.38 WIT Misa pentahbisan dimulai. Uskup Keuskupan Agats, Mgr. Aloysius Murwito OFM bersama para imam berarak menuju altar. Tarian Asmat mengantar Uskup, para imam dan calon Diakon serta calon Imam, Diakon Moses Amiset ke altar Tuhan.
Umat berdiri dan menyaksikan peristiwa bersejarah ini. Setiap mata memandang Moses Amiset. Sebagian Mama-Mama meneteskan air mata. Ada rasa bahagia dan haru mewarnai proses tahbisan suci ini.
Tidak lama kemudian, dari mimbar yang terletak di sebelah kiri panti imam, Uskup Alo mengajak seluruh umat untuk bersyukur atas peristiwa berahmat ini. "Hari ini, kita merayakan empat puluh hari setelah Yesus lahir.
Dalam hukum Taurat, dalam usia empat puluh hari, seorang anak dipersembahkan kepada Allah. Maria dan Yosep membawa Yesus untuk dipersembahkan kepada Allah. Maka, pada hari ini kita merayakan Tuhan Yesus yang dipersembahkan kepada Allah," tutur Uskup Alo.
Ia menambahkan, "Pada hari yang bahagia ini kita mengantar Diakon Moses Amiset, melalui keluarganya mau mempersembahkannya kepada Allah. Kita semua, kerabat dan keluarga ikut mendukungnya. Kita juga mendukung ketiga calon Diakon, Ino, Anis dan Lorens, yang pada waktunya juga akan ditahbiskan menjadi imam," tegas Uskup kaum papa ini.Â
Lantunan lagu Asmat yang dibawakan oleh kelompok tua-tua adat dari Simai membahana memenuhi ruangan Katedral mengawali pembacaan Firman Tuhan. Segenap umat yang hadir mendengarkan Firman yang dibacakan dengan suara lantang dari mimbar.
Sesudahnya, ketiga calon Diakon dan calon Imam, Diakon Moses Amiset dipanggil. Mereka menghadap Uskup. Di hadapan Uskup, para imam dan segenap umat yang hadir memenuhi Gereja Katedral Agats, keempatnya menyatakan kesetiaan mereka kepada Bunda Gereja, melalui hamba-Nya, Mgr. Aloysius Murwito OFM. Ia menerima kesediaan keempat pelayan umat Allah ini dengan gembira.
Dalam khotbahnya, Uskup Alo menguraikan kembali moto tahbisan Diakon Moses Amiset. "Frater Moses mengambil tema: Jangan Takut Aku Menyertaimu. Ini dipilih Frater Moses sebagai visi perjalanannya ke depan. Dengan Sabda Tuhan, diharapkan dia terus bersuara dan tidak takut karena Allah menyertai dia."
Uskup mengatakan bahwa moto tersebut memiliki dua aspek, yaitu "jangan takut" dan "penyertaan Allah".
"Siapa yang tidak takut menjalan panggilan hidup sebagai seorang imam? Panggilan ini tidak gampang untuk dihayati dengan setia. Karena cara hidup imam itu khusus dibandingkan dengan cara hidup kebanyakan orang yaitu tidak menikah, tidak melekat pada materi, taat kepada Uskup dan Gereja serta keputusan otoritas Gereja. Artinya, harus ada kerelaan untuk melepaskan kebebasan diri sendiri dan tidak menjadi orang yang semaunya saja," tegas Uskup Alo.
Ia menjelaskan bahwa seorang imam tidak menikah supaya fokus mengabdi kepada Allah. Sedangkan tidak melekat kepada materi supaya bebas melayani umat Allah.