Mohon tunggu...
PETRUS PIT SUPARDI
PETRUS PIT SUPARDI Mohon Tunggu... Penulis - Menulis untuk Perubahan

Musafir di rumah bumi Papua

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Pastor Vesto Maing dan Perjuangannya Untuk Orang Asmat

6 Oktober 2018   12:03 Diperbarui: 6 Oktober 2018   12:30 860
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Berita tentang KLB campak dan gizi buruk semakin meluas. Tim KOMPAK LANDASAN, Heracles Lang dan George Corputty terbang ke Asmat, 14 Februari 2018. Hari itu, setelah tiba di Agats, keduanya berjumpa dengan Wakil Bupati Asmat, Thomas Eppe Safanpo. Dalam pembicaraan itu, Implementing Manager LANDASAN Papua, George Corputty menyampaikan kepada Wakil Bupati bahwa tentang rencana kegiatan terkait penanganan pasca KLB campak dan gizi buruk. Ia juga menjelaskan tentang rencana LANDASAN Papua masuk ke Distrik Akat dan Atsj. 

"Kalau lanasan ke distrik Atsj bagus karena di sana sudah lebih maju. Masyarakat sudah jauh lebih terbuka. Tetapi, kalau LANDASAN ke Distrik Akat agak susah karena di sana pembangunan tidak berjalan efektif dan masyarakatnya terkesan tertutup," tutur Wakil Bupati.

Pada 16 Februari 2018, tim kompak lamdasan , Heracles Lang, George Corputty, Petrus Pit Supardi menuju distrik akat.  Sedangkan dari Keuskupan Agats, Diakon Farini A. Rangga OFM, Br. Andre Wey OFM. Pastor Vesto sudah siap menyambut tim di Pastoran St. Martinus de Pores Ayam, Distrik Akat. Dari rumah pastoran, Pastor Vesto mengantar tim landasan ke Puskesmas Ayam, Kantor Distrik Akat dan SD YPPK St. Martinus de Pores Ayam. 

"Pak George dan tim sudah ke Akat. Harapan saya hampir terwujud. Saya yakin landasan pasti masuk ke Distrik Akat," tutur Pastor yang ditasbihkan menjadi imam di gereja Katedral Salib Suci Agats pada 14 Agustus 2011 ini. 

Hari itu, 16 Maret 2018, raut wajah Pastor Vesto tersenyum lebar. George Corputty dan Julia Sagala, spesialis kesehatan landasan Papua mengunjungi Puskesmas Ayam, SD YPPK St. Martinus de Pores Ayam dan kebun milik Bapak Patris. Pastor Vesto setia menemani tim landasan. 

"Pit, saya harus siap karena Pak George sudah kasih tau saya tanggal 19 Maret 2018, Ibu Duta Besar Australia akan ke Ayam," tuturnya. 

Penantian panjang Pastor Vesto terjawab. Hari itu, Selasa, 20 Maret 2018, Ibu Astrid Kartika dari kedutaan besar Australia dan tim KOMPAK LANDASAN Papua tiba di Ayam, Distrik Akat. Suasana gembira dan haru membaur, menyatu bersama alam semesta dan leluhur orang Asmat di Akat. "Saya gembira, tetapi juga terharu, setelah sekian lama tidak dapat perhatian, saat ini landasan Papua sudah datang ke Distrik Akat. Masyarakat di Ayam sambut luar biasa," tutur Pastor Vesto. 

Kunjungan pihak Kedutaan Besar Australia dan kompak landasan diikuti pula dengan kehadiran Kordis Akat, Arita Adelheid M. Orinbao pada pertengahan April 2018. Proses pendampingan di unit layanan kampung, sekolah dasar, Puskesmas dan HIV-Aids mulai berjalan sejak kehadiran Arita di sana. "Saya minta Arita tinggal di pastoran. Dia mendampingi kampung, sekolah dasar, Puskesmas dan HIV-Aids . Dia kerja tekun," tutur Pastor Vesto. 

Pastor Vesto selalu menunjukkan komitmen berjalan bersama landasan. Setiap kegiatan  landasan baik yang dilaksanakan di Ayam maupun di Akat, dirinya akan selalu hadir. "Saya bilang ke teman-teman Pastor, landasan datang untuk bantu para Pastor. Program yang dilaksanakan landasan di kampung, sekolah dasar, Puskesmas, HIV-Aids semua itu erat kaitannya dengan pelayanan pastoral. Karena itu, para Pastor harus mendukung," tuturnya bersemangat. 

Pada tanggal 17-23 Mei 2018,  landasan Papua menggelar pelatihan Standar Pelayanan Minimal (SPM) dan Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) di aula Kantor Distrik Akat. Peserta yang hadir berasal dari kepala sekolah dasar, guru operator, komite sekolah dan kepala kampung. Peserta berasal dari 8 SD dan 1 SMP. 

Pastor Vesto mengurus segala persiapan. Dirinya bersama Kordis Akat, Aritas Adelheid M. Orinbao mengantar undangan ke kampung-kampung di luar pusat Distrik Akat. Keduanya membutuhkan waktu dua hari untuk menjangkau enam kampung di luar Distrik Akat. "Saya pergi ke semua kampung. Macam Beco, Yuni, Buetkwar bukan umat Katolik. Mereka Protestan, tapi saya pergi menyapa mereka semua," tuturnya. "Waktu saya antar undangan pelatihan SPM dan MBS di Buetkwar, kampung Protestan. Kepala Kampung peluk saya dan menangis. Dia menceritakan penderitaan dan penindasan yang mereka alami. Mereka tahu saya Pastor. Saya terharu sekali," tuturnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun