Mohon tunggu...
PETRUS PIT SUPARDI
PETRUS PIT SUPARDI Mohon Tunggu... Penulis - Menulis untuk Perubahan

Musafir di rumah bumi Papua

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Semua SD di Distrik Atsj Tidak Memenuhi SPM

3 Juni 2018   20:00 Diperbarui: 3 Juni 2018   20:10 873
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Cuaca di Atsj cerah. Matahari memancarkan sinarnya. Kicauan burung sahut-menyahut dari balik pepohonan di area SD Inpres Atsj. Para guru, operator sekolah, kepala kampung dan komite sekolah berdatangan ke SD Inpres Atsj. Senyum menghiasi wajah para peserta yang akan mengikuti pelatihan Standar Pelayanan Minimal (SPM). Mereka datang dari berbagai Kampung dan SD yang berada di Distrik Atsj.

Pukul 08.45 WIT peserta sudah siap di dalam ruang pertemuan. Kegiatan berlangsung di ruang kelas V dan VI. Sekat kedua ruangan tersebut dibuka. Di dalam ruang sederhana itu, terdapat 11 kelompok meja dan kursi. Setiap sekolah menempati satu meja. Di setiap meja, kepala sekolah, operator, kepala kampung dan komite sekolah duduk bersama. Nuansa kekeluargaan sangat terasa di antara para peserta.

Acara pembukaan dimulai pukul 09.00 WIT. Ibu Wahyu Utami, guru kelas SD Inpres Atsj memandu proses pembukaan pelatihan SPM di Atsj. Pastor Freday Sihombing, OSC memimpin doa.

Selanjutnya, Koordinator LANDASAN Papua Kabupaten Asmat, mewakili pimpinan LANDASAN Papua memberikan beberapa catatan penting tentang program LANDASAN Papua. Bahwa LANDASAN Papua merupakan program pemberdayaan masyarakat yang terintegrasi: kampung, sekolah dasar, Puskesmas/Pustu dan HIV-AIDS. Pusat integrasi ada di Distrik. LANDASAN Papua masuk di Asmat sejak 20 Maret 2017 diterima oleh Bupati Asmat, Elisa Kambu dan Wakil Bupati, Thomas Eppe Safanpo.

Pada awalnya, LANDASAN Papua hanya bekerja di Distrik Agats, yang terdiri atas 12 kampung, 10 SD, 1 Puskesmas dan HIV-AIDS. Sedangkan di Distrik Atsj, LANDASAN Papua memulai kegiatannya pada 21 Maret 2018, saat kunjungan TL LANDASAN Papua, Don Marut dan tim ke SD Inpres Atsj. Selanjutnya, 13 April 2018, Koordinator Distrik Atsj, Marten Ananias Laritembun memulai pendapimpingan di Distrik Atsj, yang terdiri atas 9 kampung, 7 SD, 1 SMP dan tambahan 3 SD dari Distri Siret yaitu SD YPPK St. Anna Yaosakor, SD YPPGI Yaosakor dan SD Inpres Kaimo.

"Dalam pelaksanaannya, LANDASAN Papua bekerja sama dengan semua pihak, pemerintah kampung, tokoh adat dan Gereja untuk perbaikan tata kelola Sekolah Dasar karena yang ada di sekolah adalah anak-anak dari kampung, anak-anak adat dan anak-anak Gereja. Karena itu, semua pihak harus terlibat."

Sementara itu, Kepala UPTD Pendidikan Distrik Atsj, Marius Ribo, mewakili Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Asmat, mengatakan bahwa bahwa proses pembelajaran di sekolah mesti dimulai dari hal-hal yang paling sederhana, misalnya meletakkan bendera, gambar Garuda, Presiden dan Wakil Presiden secara benar.

Ia juga menyinggung tentang pentingnya SPM dan MBS dalam proses perbaikan tata kelola sekolah supaya ke depan sekolah-sekolah semakin maju dan berkembang. "Paling penting dari pendidikan adalah kita membiasakan anak-anak untuk berkata benar dan jujur. Sebab, kalau kita salah mengajarkan, maka anak-anak akan membawa hal-hal yang salah itu sepanjang hidup mereka," tuturnya.  

Matahari beranjak naik. Udara semakin panas. Usai minum teh, peserta kembali ke ruang pertemuan. Waktu menunjukkan pukul 10.04 WIT, Pastor Freday Sihombing, OSC memaparkan materi, "Guru yang Melayani: Melayani Dengan Rendah Hati (Matius 20:26-28). Dalam paparannya, Pastor Freday menegaskan bahwa para guru mengemban misi pelayanan. "Menjadi guru berarti menjadi hamba yang melayani."

Pukul 10.45 WIT, Narasumber SPM, John Rahail memaparkan materi, "Sinergisitas Bangun Papua Pu Pendidikan, Langkah Strategis Wujudkan  SPM, Pengalaman Praktek Berhasil." Dalam paparannya, John, aktivis pendidikan Papua ini menegaskan bahwa proses perubahan membutuhkan niat dan kemauan serta pelibatan para pihak, terutama pemerintahan kampung dan komite sekolah. Ia menjelaskan bahwa dalam penyelenggaraan pendidikan di sekolah harus bersifat terbuka.

Semua program sekolah harus diputuskan melalui rapat sekolah yang melibatkan pemerintah kampung dan komite sekolah. Selain itu, laporan pengelolaan keuangan sekolah harus bisa dipublikasikan secara terbuka sehingga diketahui oleh masyarakat.

Pukul 12.47 WIT peserta makan siang. Ibu Lin Toisuta mengkoordinir para guru masak di salah satu rumah guru yang terletak di lingkungan SD Inpres Atsj. Ada nasi, ubi, ikan, sayur dan daging ayam. Tidak ketinggalan buah semangka. Peserta menikmati makan siang sembari berbagi pengalaman di teras sekolah yang sejuk.

Pukul 14.00 WIT, Narasumber lainnya, Tuning Supriyadi melanjutkan materi Standar Pelayanan Minimal. Tuning adalah Pelatih nasional K-13. Ia menciptakan aplikasi pengisian profil sekolah, SPM, EDS, Pengaduan Masyarakat, RKS dan Laporan Keuangan berbasis Excel. Ia memandu peserta untuk mengisi form yang telah tersedia. Hasilnya, sekolah mengetahui kondisinya, apakah sudah memenuhi SPM atau belum.

Berdasarkan penghitungan yang dilakukan oleh 10 SD dan 1 SMP yang mengikuti pelatihan SPM menunjukkan bahwa semua sekolah belum memenuhi SPM. Tantangan terberat adalah setiap sekolah memiliki keterbatasan pada sarana prasarana seperti kekurangan ruang belajar, ruang guru, meja, kursi, buku pelajaran, buku guru, Perpustakaan, WC siswa dan guru, kantin, UKS, lapangan upacara dan lain-lain.

Pelatihan SPM pada hari pertama berlangsung sampai pukul 17.15  WIT. Rangkaian kegiatan pelatihan ditutup dengan doa. Usai doa, peserta makan malam bersama, kemudian kembali ke rumah masing-masing.

dokpri
dokpri
Hari kedua, Selasa, 15 Mei 2018, pukul 07.30 WIT peserta sudah berdatangan ke ruang pertemuan di SD Inpres Atsj. Pukul 08.12 WIT acara diawali dengan doa yang dipimpin oleh salah satu peserta pelatihan SPM. Usai doa, dilanjutkan dengan review materi yang disampaikan oleh Ibu Wahyu Utami dan Ibu Lin Toisuta. Kemudian, Narasumber, Tuning Supriyadi meneruskan materi SPM.

Sepanjang hari kedua, mulai pagi, siang sampai sore hari, peserta serius menyelesaikan dokumen RKS, RKAS dan SOP.  Kegiatan hari kedua berakhir pada pukul 17.08 WIT. Kegiatan hari kedua ditutup dengan doa yang dipimpin oleh Kepala SMP Negeri Atsj, Daniel Seran.

Hari ketiga, Rabu, 16 Mei 2018, pukul 08.08 WIT kegiatan pelatihan SPM diawali dengan doa yang dipimpin oleh Kepala SD YPPK Sta. Ana Yaosakor, Amatus Tokan. Sesudah doa, Tuning yadi melanjutkan materi "Komplain Layanan: Peningkatan Kapasitas Pelayanan Publik dengan Partisipasi Masyarakat Melalui Survey Pengaduan." Pengaduan masyarakat merupakan faktor penting dalam peningkatan kualitas layanan kepada peserta didik. Tuning memandu proses dan tata cara pengaduan dan komplain yang benar yaitu orang tua menuliskan pengaduannya dan meletakkannya ke dalam kotak saran yang tersedia di sekolah. Dalam proses pelatihan ini, setiap sekolah telah berhasil membuat kotak saran sederhana. Setiap sekolah membuat kotak saran, kemudian menuliskannya dalam bahasa Asmat. Misalnya, SD YPPGI Yaosakor menamakannya sebagai kotak, "Faimat Atakam."

Pada sesi terakhir pelatihan SPM, John Rahail memaparkan materi penguatan, "Mari Melakukan Perubahan, Asmat Bisa, Atsj Bisa". Melalui pemaparannya, John mengungkapkan bahwa perubahan itu sesuatu yang mungkin dilakukan. Dirinya mengajak supaya setiap sekolah berlomba-lomba melakukan perbaikan dan perubahan di sekolah masing-masing.

Di akhir sesinya, John mengutip kata-kata bijak Mahatma Gandhi untuk menghindari tujuh dosa sosial yaitu kekayaan tanpa kerja, kenikmatan tanpa nurani, ilmu tanpa kemanusiaan, pengetahuan tanpa karakter, politik tanpa prinsip, bisnis tanpa moralitas dan ibadah tanpa pengorbanan. "Saya berharap, sebagai guru, kita harus menghindarkan diri dari tujuh dosa sosial ini.

Selain itu, di dalam seluruh proses perbaikan tata kelola di sekolah, kita harus selalu mengandalkan Tuhan. Kita harus yakin bahwa Tuhan akan menolong kita dalam melakukan perubahan di sekolah kita masing-masing," tuturnya menutup presentasinya.

Seluruh proses pelatihan SPM selama tiga hari berakhir pada pukul 12.53 WIT. Peserta menyelesaikan administrasi dan makan siang, kemudian kembali ke rumah masing-masing. Pelatihan Manajemen Berbasi Sekolah (MBS) akan berlangsung pada hari Jumat, 18 Mei-Rabu, 23 Mei 2018.

Ada pun Sekolah Dasar di Distrik Atsj yang telah mengikuti pelatihan SPM yaitu 1) SD Inpres Atsj, 2) SD YPPK St. Paulus Atsj, 3) SD YPPK Sta. Rosa Amanamkai, 4) SD Inpres Ambisu, 5) SD Inpres Bipim, 6) SD Inpres Bine, 7) SD Inpres Sogoni dan SMP Negeri Atsj. Sedangkan 3 SD yang berasal dari Distrik Siret yang terlibat dalam pelatihan ini yaitu, SD YPPK Sta. Ana Yaosakor, SD YPPGI Yaosakor dan SD Inpres Kaimo serta SD Inpres Youw dari Distrik Betcbamu.

Sekedar diketahui bahwa Program LANDASAN Papua merupakan program pemberdayaan masyarakat yang didanai oleh pemerintah Australia melalui KOMPAK. Di Kabupaten Asmat, LANDASAN Papua bekerja di tiga Distrik yaitu Distrik Agats (12 kampung, 10 SD,1 Puskesmas dan penyebaran informasi tentang HIV-AIDS), Distrik Akat (11 kampung, 8 SD, 1 SMP dan 1 Puskesmas dan penyebaran informasi tentang HIV-AIDS) dan Distrik Atsj (9 kampung, 7 SD, 1 SMP, 1 Puskesmas dan penyebaran informasi tentang HIV-AIDS).

Peserta pelatihan SPM Distrik Atsj, 14-16 Mei 2018. dokpri
Peserta pelatihan SPM Distrik Atsj, 14-16 Mei 2018. dokpri
Catatan Kritis

Pendidikan dasar merupakan "tiang umpak" membangun masa depan manusia Asmat. Dalam konteks Asmat, pendidikan yang berkualitas menentukan keberadaan manusia Asmat di masa depan. Oleh karena itu, pemerintah Kabupaten Asmat, terutama Dinas Pendidikan, UPTD Pendidikan, Pengawas, Kepala Sekolah, pemerintah kampung, tokoh adat, Pastor, Pendeta, tokoh perempuan perlu membangun kerja sama dalam penyelenggaraan pendidikan dasar. 

Kerja sama. Mengapa sekolah mau berjalan sendiri? Selama proses pelatihan SPM di Distrik Atsj tampak bahwa kerja sama para pihak tersebut belum berjalan efektif. Pihak sekolah merasa bisa berjalan sendiri dan mengabaikan pemerintah kampung, tokoh adat, Pastor, Pendeta. Padahal, sekolah berada di kampung dan para siswa adalah anak-anak adat.

Mereka juga adalah domba-domba milik Gereja. Ke depan, kepala sekolah harus mengundang pemerintah kampung, tokoh adat, Pastor, Pendeta, tokoh perempuan untuk duduk bersama, merencanakan serta melaksanakan perbaikan Sekolah Dasar di kampung masing-masing.

Terbuka. Mengapa sekolah tidak mau membuka diri dan melibatkan para pihak dalam pengelolaan Sekolah Dasar? Sekolah berada di kampung, tetapi seringkali Kepala Sekolah tidak mau melibatkan pemerintah kampung, komite sekolah, tokoh adat, tokoh perempuan, Pastor dan Pendeta dalam proses pendidikan di sekolah.

Kepala Sekolah mau mengurusnya sendiri. Padahal, sebagai pimpinan Kepala Sekolah harus membagi habis tugas kepada para guru dan para pihak lain yang terlibat dalam proses pendidikan di sekolah. Karena itu, ke depan kepala sekolah harus membuka diri dan melibatkan semua pihak dalam pengelolaan sekolah supaya proses belajar mengajar bisa berjalan efektif sehingga anak-anak memperolah pendidikan berkualitas.

Inovasi. Kita semua tahu bahwa Asmat memiliki medan geografis yang unik. Semua perjalanan menggunakan speed boat, long boat atau perahu dayung. Biaya Bahan Bakar Minyak (BBM)  mahal. Bahan makanan pokok mahal. Sarana prasarana sekolah belum memadai. Perumahan guru belum mencukupi. Fasilitas di rumah guru terbatas.

Tingkat kesadaran masyarakat untuk menyekolahkan anak-anak masih rendah. Ada rupa-rupa kekurangan di sekolah. Seringkali Kepala Sekolah hanya mengeluh dan meratapi berbagai keterbatasan itu.

Dalam konteks perubahan, mengeluh adalah cara berpikir lama. Segala keterbatasan dan kekurangan yang ada di sekolah merupakan ruang dan kesempatan bagi Kepala Sekolah dan para guru untuk berinovasi. Para guru mendapatkan tantangan sekaligus peluang untuk berinovasi, menciptakan apa yang tidak mungkin menjadi mungkin untuk mendukung proses pendidikan di sekolah.

Di dalam berinovasi, pasti ada tantangan, ada kegagalan, tetapi seorang inovator tidak boleh menyerah. Ia mesti mencari cara-cara baru dalam menghadapi dan mengatasi setiap tantangan dan kegagalan berinovasi.

"Inovasi merupakan cara baru menghadapi dan "mengalahkan" diri sendiri terhadap sikap mengeluh dan menyalakan pihak lain dan alam semesta. Sedangkan mengeluh dan mencari alasan/dalih adalah cara berpikir lama yang hanya menghabiskan waktu tanpa menghasilkan apa pun untuk proses perubahan."(Petrus Pit Supardi, Agats, 29 Mei 2018; pukul 05.06 WIT)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun