Mohon tunggu...
PETRUS PIT SUPARDI
PETRUS PIT SUPARDI Mohon Tunggu... Penulis - Menulis untuk Perubahan

Musafir di rumah bumi Papua

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Cahaya di Lumpur Asmat

28 Februari 2018   08:38 Diperbarui: 28 Februari 2018   08:50 633
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Fransiskus Heatubun, Kepala SD YPPK Salib Suci Agats saat berada di ruang kerjanya, 11 Januari 2018 (dokumentasi pribadi)

Biasanya, Perpustakaan digunakan setiap hari oleh para siswa secara bergilir karena ruangannya kecil sehingga tidak bisa menampung banyak siswa," tutur guru muda yang menyelesaikan Kolose Pendidikan Guru (KPG) khas Papua, Merauke tahun 2009 ini.

Christ berharap ke depan SD YPPK Salib Suci memiliki Perpustakaan yang memadai, baik gedung maupun koleksi buku sehingga para siswa bisa memanfaatkannya untuk meningkatkan pengetahuan. "Saya sendiri prihatin, saat ini para siswa antusias ke Perpustakaan, tetapi tidak ada koleksi buku bacaan. Di Perpustakaan hanya ada buku pelajaran, sehingga seringkali anak-anak bosan. Saya berharap Dinas Pendidikan dan Yayasan bisa memperhatikan Perpustakaan di sekolah ini," harapnya.

Christ juga memiliki kerinduan membuat sudut baca di kelas ruang kelas V. "Saya mau buat sudut baca di belakang kelas. Saya akan cari buku-buku bergambar dan letakkan di belakang kelas. Pada saat istirahat, anak-anak bisa membacanya," tutur pria yang menyelesaikan S1 Pendidikan Guru Sekolah Dasar di Universitas Cenderawasih pada tahun 2016 ini.

Ketersediaan dana masih menjadi tantangan dalam pengelolaan SD YPPK Salib Suci, Agats. Saat ini, sekolah masih bergantung pada dana BOS. Partisipasi orang tua dalam bentuk iuran yang dikategorikan siswa yang orang tuanya memiliki pekerjaan tetap sebesar Rp 20.000 per siswa setiap bulan dan siswa yang orang tua tidak memiliki pekerjaan tetap sebesar  Rp 15.000 per siswa setiap bulan belum bisa memenuhi semua kebutuhan sekolah.

Operator SD YPPK Salib Suci, Agats, Wendy Heatubun mengungakapkan bahwa selama ini pihaknya hanya mengandalkan dana BOS untuk operasional sekolah. "Selama ini kami terkendala dana untuk membenahi sekolah ini. Yayasan kurang memberikan kontribusi. Sedangkan orang tua siswa juga tidak banyak membantu. Kami hanya mengandalkan dana BOS," tuturnya. 

Ia mengatakan bahwa dirinya berusaha membantu Kepala Sekolah membenahi perbaikan SD YPPK Salib Suci supaya menjadi sekolah dasar Penggerak. "Saya membantu kepala sekolah membuat SK Komite Sekolah, laporan pengelolaan dana BOS dan data siswa," tambahnya.

Setelah melewati proses perbaikan tata kelola, pada tanggal 5 September 2017 Bupati Asmat, Elisa Kambu melaunching SD YPPK Salib Suci Agats bersama dua sekolah lainnya, SD Inpres Syuru dan SD Darussalam menjadi sekolah dasar Penggerak di Kabupaten Asmat. Kerja keras Frans bersama para gurunya telah membuahkan perbaikan nyata di SD YPPK Salib Suci Agats. Kini, para para murid bisa belajar dengan tenang, menikmati taman kelas yang indah dan tidak lagi mengantre di depan toilet.

Cahaya perubahan telah terbit di SD YPPK Salib Suci Agats. Para guru yang dipimpin oleh Frans telah menabuh tifa perubahan ke arah perbaikan tata kelola SD YPPK Salib Suci Agats. Harapannya, ke depan SD YPPK Salib Suci Agats bisa memancarkan cahayanya ke seluruh tanah Asmat, menggerakkan sekolah dasarnya lainnya untuk berbenah. Dengan demikian, anak-anak Asmat bisa memperoleh pendidikan dasar berkualitas demi masa depan Asmat yang maju dan sejahtera. [Agats, 12 Januari 2018_Petrus Pit Supardi]

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun