Asmat terkenal ke seluruh dunia. Bakat mengukir terpatri dalam diri setiap manusia Asmat. Setiap ukiran mengungkapkan relasi harmonis manusia dengan alam, sesama, leluhur dan Sang Pencipta. Keseimbangan hidup selalu dipelihara. Begitulah orang Asmat menghayati hidupnya secara holistik.
Secara geografis, Asmat juga unik. Tanahnya lumpur. Semua aktivitas berlangsung di atas papan. Rumah, jalan dan seluruh bangunan terbuat dari kayu. Sejak tahun 2011 silam, ruas jalan di Kota Agats dicor, "jalan komposit" pun hadir di Kota Agats.
Manusia Asmat adalah manusia peramu. Mereka mengambil makanan dari alam. Orang Asmat menyebutnya dusun. Di sanalah mereka mengambil sagu, ikan, ulat sagu, sayur dan lain-lain.
Kini, manusia Asmat sedang berada di persimpangan jalan. Orang Asmat sedang berjumpa dengan dunia luar yang menawarkan berbagai produk instan. Makanan pokok, sagu, pisang dan umbi-umbian berganti ke nasi dan supermi. Ikan segar dijual, lalu dibeli ikan kaleng.
Kondisi terakhir yang paling parah adalah peredaran minuman keras (miras) semakin merajalela. Sekretaris Dinas Kesehatan Kabupaten Asmat, Ayub Pakage mengatakan bahwa peredaran miras di Asmat melibatkan oknum aparat keamanan. "Beberapa waktu lalu, Satpol PP tangkap basah penjual miras. Pelakunya adalah oknum anggota Polres Asmat," ungkapnya pada Sabtu, (8/7). Ia menambahkan bahwa rantai peredaran miras di Asmat melibatkan oknum penegak hukum sehingga sangat sulit diberantas.
Peredaran miras di Asmat telah menimbulkan keresahan bagi warga masyarakat di Kota Agats. Pada saat pencairan dana desa dilakukan, dijumpai orang mabuk berkeliaran di Kota Agats. Para pemabuk yang berseliweran di jalanan di Kota Agats umumnya orang Asmat. Para pemabuk itu sebagian para pemuda, sebagian lainnya sudah berusia tua. Di Asmat, miras tidak mengenal usia.
Selain miras, HIV dan AIDS sedang mengancam orang Asmat. Data terakhir yang dihimpun oleh Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Agats, Asmat, jumlah pasien HIV dan AIDS berada di atas 120-an orang. Dari jumlah tersebut, 80-an pasien adalah orang asli Asmat.
Pada tahun 2016 saja, jumlah pasien HIV dan AIDS yang terdeteksi berjumlah 52 orang. Mereka tersebar di delapan distrik yaitu Agats 31, Akat 2, Pantai Kasuari 2, Atjs 1, Basim 2, Sawa Erma 6 dan Kolofbrasa 8 orang. Sedangkan pada triwulan pertama Januari-Maret 2017 sudah terdeteksi 18 pasien HIV dan AIDS. Para pasien ini berasal dari Distrik Agats 7, Distrik Akat 1, Distrik Atjs 3, Distrik Syuru-Syuru 5, Distrik Sawa Erma 2.
Direktur RSUD Agats, Riechard R.B. Mirino, SKM, M.Kes di ruang kerjanya, Rabu, (3/5) mengatakan bahwa HIV dan AIDS di Asmat terdeteksi pertama kali pada tahun 2012. Waktu itu, dilakukan pemeriksaan darah terhadap 201 orang di Kota Agats dan ditemukan satu orang positif terinfeksi HIV. Dalam rentan waktu 2012-2017 ini, sudah 120-an orang yang terdeteksi mengidap HIV dan AIDS. Sebagian besar penderita adalah orang asli Asmat.
Sampai saat ini belum ada Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) atau gereja yang melakukan kampanye memerangi HIV dan AIDS. Selama ini hanya Dinas Kesehatan dan KPAD Kabupaten Asmat yang melakukan kampanye pemberantasan HIV dan AIDS. Belakangan ini KPA tidak bisa berbuat banyak karena minim anggaran. Misalnya, di Kota Agats hanya ada dua baliho tua yang mengampanyekan bahaya HIV dan AIDS. Padahal HIV dan AIDS di Asmat dalam kondisi membahayakan keselamatan masyarakat.Â