Siapa peduli pada situasi orang Asmatini? Tidak banyak yang peduli. Orang datang ke Asmat hanya untuk mengais rezekidi atas penderitaan orang Asmat. Pemerintah sekedar melakukan tugasnya. Paraguru sekedar mengajar, bahkan banyak yang tidak masuk kelas. Petugas kesehatansekedar hadir dan melakukan pelayanan seadanya. Para pedagang mencarikeuntungan berlipat ganda.Â
Pesta budaya, yang diinisiasi olehGereja Katolik Keuskupan Agats dengan dukungan dana pemerintah Kabupaten Asmathanya menjadi ajang melupakan penderitaan orang Asmat. Orang bersukacita diatas ketidakberdayaan orang Asmat. Orang menikmati ukiran orang Asmat danmelupakan manusia Asmat yang menghasilkan ukiran tersebut.Â
Dalam situasi semacam ini, segenappengagum budaya Asmat, di mana saja berada diundang untuk memberikan perhatiankepada orang Asmat. Perhatian pertama dan utama adalah peningkatan mutupendidikan dasar bagi anak-anak Asmat. Anak-anak Asmat perlu mendapatkanpendidikan dasar yang bermutu sehingga mereka dapat bersaing dengan anak-anakdi wilayah lain di negeri ini. Selain itu, anak-anak Asmat juga perlu dibekalidengan pendidikan dan keterampilan mengukir dan menganyam sehingga tidak punahditelan waktu dan kemajuan zaman ini.
(Agats, 17 April 2017;pukul 10.51 WIT).
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H