Mohon tunggu...
PETRUS PIT SUPARDI
PETRUS PIT SUPARDI Mohon Tunggu... Penulis - Menulis untuk Perubahan

Musafir di rumah bumi Papua

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Bersatu Padu Membangun Tablanusu

27 Desember 2016   05:18 Diperbarui: 27 Desember 2016   07:24 21
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Hari ini, Rabu, 12 Oktober 2016, pukul 05.20 WIT, saya bangun pagi. Doa singkat mengawali hari baru ini. Di luar rumah, tampak langit di Tablanusu sedikit mendung. Angin sepoi bertiup pelan. Dingin menerpa tubuh, masuk ke dalam sukma. Udara bersih di perkampungan wisata ini membangkitkan gairah untuk bersemangat mendampingi masyarakat.

Saya mulai mengetik proses kegiatan Kajian Risiko Bencana (KRB). Sayangnya, batrei leptop lemah, sehingga saya matikan leptop dan mengecasnya. Saya lihat piring kotor dan lekas mencucinya. Sesudah semuanya beres, saya kembali mengetik hasil kegiatan kemarin.

Kawan Teri juga mempersiapkan materi Sistem Peringatan Dini, yang akan dipelajari bersama peserta. Ia membuat tabel SPD dan mempersiapkan bahan-bahan lainnya yang akan disampaikan kepada peserta. 

Setelah mencuci piring, saya kembali mengetik, sayangnya batrei leptop lemah. Saya matikan leptop. Kemudian, saya masak air untuk putar teh. Om Daeng, yang sedang tadah air memperlihatkan kepada saya satu kantok plastik berisi ikan kembung. Saya membersihkan dan menggorengnya. Tidak lama kemudian kawan Teri datang. Ia meneruskan untuk goreng ikan. Saya langsung mandi.

Sesudah mandi, saya dan Teri makan nasi dan ikan kembung goreng, tanpa sayur. Sesudah makan, kami ganti pakaian dan siap berangkat ke aula, tempat kegiatan yang terletak di sebelah rumah, tempat kami menginap. Pukul 80.25 WIT, kami berdua pergi ke aula kegiatan. Kami melihat belum ada orang. Masih sepi. Saya buka pintu aula. Tidak lama kemudian, datang dua bapa, yaitu bapa Absalom Soumilena dan Saul D. Wambena. Saya mempersilakan mereka mengisi daftar hadir. Tidak lama kemudian, peserta lainnya datang dan langsung mengisi daftar hadir.

Pukul 09.19 WIT, Teri membuka kegiatan. Ia minta ketua kelompok, Bapak Orgenes Yakarimilena memimpin doa pembukaan untuk mengawali seluruh proses kegiatan hari ini. Sesudah doa, peserta sepakat supaya snack terlebih dahulu, sambil menunggu peserta yang belum datang. Teri memberikan waktu lima belas menit untuk sarapan pagi.

Pagi ini peserta makan bubur kacang dan minum teh manis. Pukul 09.38 WIT, Teri melanjutkan kegiatan dengan fokus peta risiko bencana. Ia mengatakan bahwa setiap peta harus memiliki legenda. Di peta harus ada semua aset kampung. Di mana saja sebaran risiko, apabila terjadi tsunami? Tampak bahwa Tablanusu masuk dalam kategori risiko tinggi terdampak bencana alam.

Peta risiko yang disiapkan oleh Bapa Isak dibahas secara rinci. Peserta menentukan daerah rawan bencana, titik kumpul dan jalur evakuasi. Untuk lebih mendalami titik kumpul dan jalur evakuasi akan dibahas secara lebih mendalam pada materi Sistem Peringatan Dini dan Jalaur Evakuasi.

Pukul 11.00 WIT, Teri melanjutkan kegiatan diskusi, dengan tema Sistem Peringatan Dini dan Jalur Evakuasi. Ia menyampaikan bahwa informasi tentang adanya bencana bisa dikeluarkan secara resmi oleh pemerintah melalui BMKG. Misalnya, pada waktu terjadi gempa, kita akan mendapatkan SMS dari BMKG tentang waktu, tempat, kedalaman bencana serta berpotensi tsunami atau tidak. Di sisi lain, masyarakat lokal juga memiliki kearifan dalam membaca tanda-tanda alam. Misalnya, pada saat akan terjadi tsunami, air laut tertarik ke arah tengah laut (air laut tiba-tiba kering), ikan mati, anjing lari ke arah gunung dan lain-lain.

Apabila terjadi bencana alam, misalnya tsunami, masyarakat akan menyelamatkan diri ke arah mana? Siapa yang akan membantu evakuasi? Siapa yang harus terlebih dahulu dievakuasi?

Setelah uraian singkat ini, Teri membagi tiga kelompok. Setiap kelompok memiliki topik yang akan didiskusikan. Setelah diskusi di dalam kelompok dan dicatat di plano, akan dipresentasikan untuk semua peserta pelatihan. Ketiga tema yang menjadi pokok diskusi adalah `1)Tabel Sistem Peringatan Dini (SPD) di kampung Tablanusu. 2) Tabel Kesepakatan Evakusi Masyarakat Kampung Tablanusu. 3. Tabel Rencana Evakuasi Masyarakat Kampung Tablanusu.

Pukul 11.51 WIT, masing-masing kelompok mulai mempresentasikan hasil diskusinya. Kelompok tiga menjelaskan SPD di kampung Tablanusu. Pada bagian ini fokus perhatiannya adalah 1) Pemahaman terhadap karakter bahaya: menimbulkan korban jiwa, kerusakan berat, korban harta benda dan lain-lain. 2) Layanan informasi peringatan: BPBD-BMKG, pemerintah kampung/tim relawan kampung, warga yang sudah lebih dahulu dapat informasi,  3). Penyebaran informasi bahaya kepada masyarakat: lewat suara lonceng dengan irama khusus yang sudah disepakati warga kampung,  pemerintah kampung dan relawan, sms, telpon, siaran radio dan lain-lain. 4). Kemampuan masyarakat untuk merespon: mengungsi ke titik kumpul yang telah disepakati bersama, siap melakukan evakuasi untuk kelompok rentan: ibu hami, kelompok difabel, orang sakit, orang tua lanjut usia dan anak-anak.

Selanjutnya, kelompok satu mempresentasikan hasil diskusi Kesepakatan Evakuasi Masyarakat Kampung Tablanusu. Pada bagian ini kelompok menyepakati bahwa yang perlu dievakusi pertama-tama adalah warga/manusia, terutama ibu hamil, anak-anak dan orang lanjut usia. Selain itu, apabila memungkinkan mengevakuasi barang-barang berharga, seperti ijasah, sertifikat, pakaian, alat penerang, tenda dan barang-barang lain yang bisa dibawa, misalnya ternak. Tim relawan kampung diharapkan membantu proses evakuasi ke tempat yang lebih aman. Cara melakukan evakuasi adalah dengan cara memberi informasi sesuai tanda yang telah disepakati bersama. Misalnya bunyi lonceng, sirene dan lain-lain. Tempat evakuasi adalah di tempat yang aman, yang sudah disepakati yaitu gunung di samping dan belakang kampung Tablanusu.

 Kelompok dua mempresentasikan Rencana Evakuasi Masyarakat Kampung Tablanusu. Pada bagian ini kelompok sepakat bahwa 1) tempat aktivitas masyarakat yang rentan adalah sekolah, pantai dan gereja. Tempat evakuasi adalah gunung Eripa/Syakau dan Bekai Meko. Sedangkan jalur evakuasi mengikuti jalan kampung yang telah dipasang jalur evakuasi bencana. Secara khusus untuk strategi evakuasi adalah 1) mendata ibu-ibu hamil, anak-anak dan orang lanjut usia. Semua dievakuasi terlebih dahulu ke titik kumpul yang aman. 2) Setelah evakuasi manusia, apabila masih ada kesempatan bisa melakukan evakuasi barang-barang seperti kendaraan dan barang-barang berharga lainnya.

Rangkaian diskusi dan presentasi ini berakhir pada pukul 11.50 WIT. Saya meminta waktu untuk menekankan beberapa aspek yakni pentingnya pemahaman warga tentang bahaya bencana alam yang mengancam. Melalui pemahaman yang memadai, warga masyarakat akan selalu bersikap waspada. Apabila terjadi bencana alam warga sudah siap melakukan tindakan penyelamatan. Karena itu, kegiatan ini angat penting dan perlu diikuti dengan serius.

Selanjutnya, sambil menunggu waktu makan siang peserta berbagi pengalaman tentang sejarah bencana alam di kampung Tablanusu. Misalnya, gempa besar pada tahuan 1970-an yang menghancurkan rumah warga. Ada juga pengalaman gempa di Jepang pada tahun 2010 yang membuat warga Tablanusu mengungsi.

Pukul 12.15 WIT, seorang bapa memimpin doa untuk menutup rangkaian kegiatan sekaligus doa makan siang bersama. Selanjutnya peserta makan siang bersama dan kembali ke rumah masing-masing. Pukul 12.57 WIT, saya dan Teri kembali ke rumah penginapan. Saya melanjutkan aktivitas menulis catatan kegiatan hari ini. Teri tidur. Pukul 14.10 WIT, saya juga beristirahat.

Pukul 15.00 WIT, kami bangun. Selanjutnya, pukul 15.37 WIT, kami pergi mandi di pantai. Angin cukup kencang bertiup. Laut bergelora. Matahari semakin condong ke barat. Awam agak gelap. Kami mandi, sambil sesekali berbaring di batu kerikil di pantai Tablanusu yang indah ini. Pukul 16.19 WIT, kami pulang ke rumah penginapan karena hujan gerimis. Ternyata hujan tidak turun lebat. Cuaca kembali berawan, agak mendung, tetapi tidak hujan. (Tablanusu, 12 Oktober 2016; pukul 14.00 WIT)

Catatan Refleksi

Manusia selalu mendambakan hidup aman, damai dan sejahtera, tanpa gangguan. Tetapi, siapa yang dapat menjaminnya? Bencana bisa terjadi kapan saja, tanpa ada yang menduganya. Saat ini, seiring kemajuan teknologi komunikasi dan informasi, informasi terkait bencana alam dan sosial, bisa dengan mudah tersebar. BMKG sebagai salah satu pusat informasi untuk memperoleh berbagai data akan terjadinya suatu bencana melalui peralatan canggih yang dimiliki. Misalnya, perkiraan cuaca, gempa bumi, tsunami dan lain-lain.

Dalam konteks kehidupan masyarakat di kampung, yang ruang lingkup wilayahnya kecil, perlu dibangun suatu sistem yang menjadi panduan tentang adanya bahaya. Apabila ada bahaya bencana alam, maka ada tanda yang diberikan sehingga warga masyarakat bisa mengevakuasi dirinya. Ke mana mereka akan pergi? Tentu ke titik aman yang telah disepakati pula. Semua ini dilakukan supaya apabila terjadi bencana alam, tidak ada korban jiwa. Kalaupun ada, jumlahnya dapat dieliminir.

Sistem peringatan dini menjadi panduan keamanan kampung. Setiap warga kampung berhak mengetahuinya. Karena itu, suatu sistem peringatan dini dan rencana evakuasi perlu disosialisasikan kepada seluruh warga kampung.

Berbicara tentang suatu peringatan dini akan adanya bahaya, sebenarnya berbicara tentang ancaman, yang bukan hanya bencana alam, tetapi juga bencana sosial di tengah masyarakat. Setiap ancaman bahaya membutuhkan suatu peringatan dini, agar warga masyarakat terselamatkan. Tujuannya, warga masyarakat selamat.

Demikian halnya, masyarakat kampung perlu memperhatikan keselamatan warganya, bukan hanya dari bencana alam tsunami, sebagaimana yang telah dibahas bersama, tetapi juga mewaspadai bencana sosial yang kini ada di depan mata. Misalnya, maraknya peredaran narkoba jenis ganja yang sedang merajalela di kampung-kampung di Papua, termasuk di Tablanusu.

  Ancaman bencana sosial pun memiliki potensi merusak dan memporakporandakan kehidupan masyarakat kampung Tablanusu. Apabila tidak dicegah sejak dini berakibat fatal pada hilangnya adat-istiadat, budaya, bahkan generasi orang Tablanusu.

Kita tahu bersama bahwa ganja merusak kesehatan dan mental manusia. Apabila anak-anak Tablanusu terlibat aktif menggunakan ganja, apa yang bisa diharapkan ke depan? Akan menjadi seperti apakah generasi Tablanusu? Karena itu, setiap pribadi orang Tablanusu wajib melindungi kampungnya dari bahaya narkoba.

Kita bisa belajar dari kisah nyata, yang terjadi pada 28 Agustus 2016 silam.  Uang senilai dua ratus juta lebih hilang di kantor kampung. Para pelakunya belum ditemukan. Akibatnya, masyarakat yang tidak puas saling menuduh dan menyebabkan suasana dan kondisi kampung tidak kondusif.

Kasus pencurian ini merupakan bencana sosial. Akibat pencurian ini, warga kampung Tablanusu menjadi kurang aman, damai dan tenteram. Kepala kampung dan aparatnya sibuk berurusan dengan polisi. Pada sisi lain, warga kampung yang tidak puas pun melakukan pemalangan kantor kampung Tablanusu.

Situasi semacam ini mestinya menjadi peringatan dini, bahwa selain tsunami, longsor atau banjir, Tablanusu juga memiliki sejumlah ancaman bencana sosial. Hal ini perlu mendapat perhatian segenap warga kampung supaya bisa ditangani sejak dini. Apabila dibiarkan berlarut dapat berakibat fatal. Misalnya, adanya perkelahian dan pembunuhan di kampung. Oleh karena itu, orang Tablanusu perlu menjaga kampungnya supaya bebas dan bersih dari narkoba jenis ganja.

Kita berharap sistem peringatan dini bahaya tsunami yang telah disepakati bisa diterapkan oleh orang Tablanusu. Semua bisa terlaksana, apabila seluruh orang Tablanusu bersedia berpartisipasi aktif. Karena itu, demi masa depan orang Tablanusu, sudah waktunya bersatu, bergandengan tangan membangun Tablanusu, tanpa pamrih dan tanpa menuntut suatu imbalan. (Abepura, 19 Oktober 2016; pukul 08.09 WIT).

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun