Mohon tunggu...
PETRUS PIT SUPARDI
PETRUS PIT SUPARDI Mohon Tunggu... Penulis - Menulis untuk Perubahan

Musafir di rumah bumi Papua

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Bersatu Padu Membangun Tablanusu

27 Desember 2016   05:18 Diperbarui: 27 Desember 2016   07:24 21
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pukul 11.51 WIT, masing-masing kelompok mulai mempresentasikan hasil diskusinya. Kelompok tiga menjelaskan SPD di kampung Tablanusu. Pada bagian ini fokus perhatiannya adalah 1) Pemahaman terhadap karakter bahaya: menimbulkan korban jiwa, kerusakan berat, korban harta benda dan lain-lain. 2) Layanan informasi peringatan: BPBD-BMKG, pemerintah kampung/tim relawan kampung, warga yang sudah lebih dahulu dapat informasi,  3). Penyebaran informasi bahaya kepada masyarakat: lewat suara lonceng dengan irama khusus yang sudah disepakati warga kampung,  pemerintah kampung dan relawan, sms, telpon, siaran radio dan lain-lain. 4). Kemampuan masyarakat untuk merespon: mengungsi ke titik kumpul yang telah disepakati bersama, siap melakukan evakuasi untuk kelompok rentan: ibu hami, kelompok difabel, orang sakit, orang tua lanjut usia dan anak-anak.

Selanjutnya, kelompok satu mempresentasikan hasil diskusi Kesepakatan Evakuasi Masyarakat Kampung Tablanusu. Pada bagian ini kelompok menyepakati bahwa yang perlu dievakusi pertama-tama adalah warga/manusia, terutama ibu hamil, anak-anak dan orang lanjut usia. Selain itu, apabila memungkinkan mengevakuasi barang-barang berharga, seperti ijasah, sertifikat, pakaian, alat penerang, tenda dan barang-barang lain yang bisa dibawa, misalnya ternak. Tim relawan kampung diharapkan membantu proses evakuasi ke tempat yang lebih aman. Cara melakukan evakuasi adalah dengan cara memberi informasi sesuai tanda yang telah disepakati bersama. Misalnya bunyi lonceng, sirene dan lain-lain. Tempat evakuasi adalah di tempat yang aman, yang sudah disepakati yaitu gunung di samping dan belakang kampung Tablanusu.

 Kelompok dua mempresentasikan Rencana Evakuasi Masyarakat Kampung Tablanusu. Pada bagian ini kelompok sepakat bahwa 1) tempat aktivitas masyarakat yang rentan adalah sekolah, pantai dan gereja. Tempat evakuasi adalah gunung Eripa/Syakau dan Bekai Meko. Sedangkan jalur evakuasi mengikuti jalan kampung yang telah dipasang jalur evakuasi bencana. Secara khusus untuk strategi evakuasi adalah 1) mendata ibu-ibu hamil, anak-anak dan orang lanjut usia. Semua dievakuasi terlebih dahulu ke titik kumpul yang aman. 2) Setelah evakuasi manusia, apabila masih ada kesempatan bisa melakukan evakuasi barang-barang seperti kendaraan dan barang-barang berharga lainnya.

Rangkaian diskusi dan presentasi ini berakhir pada pukul 11.50 WIT. Saya meminta waktu untuk menekankan beberapa aspek yakni pentingnya pemahaman warga tentang bahaya bencana alam yang mengancam. Melalui pemahaman yang memadai, warga masyarakat akan selalu bersikap waspada. Apabila terjadi bencana alam warga sudah siap melakukan tindakan penyelamatan. Karena itu, kegiatan ini angat penting dan perlu diikuti dengan serius.

Selanjutnya, sambil menunggu waktu makan siang peserta berbagi pengalaman tentang sejarah bencana alam di kampung Tablanusu. Misalnya, gempa besar pada tahuan 1970-an yang menghancurkan rumah warga. Ada juga pengalaman gempa di Jepang pada tahun 2010 yang membuat warga Tablanusu mengungsi.

Pukul 12.15 WIT, seorang bapa memimpin doa untuk menutup rangkaian kegiatan sekaligus doa makan siang bersama. Selanjutnya peserta makan siang bersama dan kembali ke rumah masing-masing. Pukul 12.57 WIT, saya dan Teri kembali ke rumah penginapan. Saya melanjutkan aktivitas menulis catatan kegiatan hari ini. Teri tidur. Pukul 14.10 WIT, saya juga beristirahat.

Pukul 15.00 WIT, kami bangun. Selanjutnya, pukul 15.37 WIT, kami pergi mandi di pantai. Angin cukup kencang bertiup. Laut bergelora. Matahari semakin condong ke barat. Awam agak gelap. Kami mandi, sambil sesekali berbaring di batu kerikil di pantai Tablanusu yang indah ini. Pukul 16.19 WIT, kami pulang ke rumah penginapan karena hujan gerimis. Ternyata hujan tidak turun lebat. Cuaca kembali berawan, agak mendung, tetapi tidak hujan. (Tablanusu, 12 Oktober 2016; pukul 14.00 WIT)

Catatan Refleksi

Manusia selalu mendambakan hidup aman, damai dan sejahtera, tanpa gangguan. Tetapi, siapa yang dapat menjaminnya? Bencana bisa terjadi kapan saja, tanpa ada yang menduganya. Saat ini, seiring kemajuan teknologi komunikasi dan informasi, informasi terkait bencana alam dan sosial, bisa dengan mudah tersebar. BMKG sebagai salah satu pusat informasi untuk memperoleh berbagai data akan terjadinya suatu bencana melalui peralatan canggih yang dimiliki. Misalnya, perkiraan cuaca, gempa bumi, tsunami dan lain-lain.

Dalam konteks kehidupan masyarakat di kampung, yang ruang lingkup wilayahnya kecil, perlu dibangun suatu sistem yang menjadi panduan tentang adanya bahaya. Apabila ada bahaya bencana alam, maka ada tanda yang diberikan sehingga warga masyarakat bisa mengevakuasi dirinya. Ke mana mereka akan pergi? Tentu ke titik aman yang telah disepakati pula. Semua ini dilakukan supaya apabila terjadi bencana alam, tidak ada korban jiwa. Kalaupun ada, jumlahnya dapat dieliminir.

Sistem peringatan dini menjadi panduan keamanan kampung. Setiap warga kampung berhak mengetahuinya. Karena itu, suatu sistem peringatan dini dan rencana evakuasi perlu disosialisasikan kepada seluruh warga kampung.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun