Mohon tunggu...
petrus habeahan
petrus habeahan Mohon Tunggu... Mahasiswa - mahasiswa

Biarawan Kapusin

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Hari Raya, Maria Dikandung Tanpa Noda

27 Oktober 2022   20:10 Diperbarui: 27 Oktober 2022   20:16 485
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

HR.  Maria Dikandung Tanpa Noda

08 Desember 

Damai sejahtera bagi kita semua, Pace e Bene. Syalom, Yahowu, Horas. Bapak-ibu saudara-saudari terkasih, barang kali kita sering bertanya-tanya, kenapa ada Hari Raya Maria Dikandung Tanpa Noda? Siapakah Dia sehingga ada hari raya khusus tentang Maria? 

Saya akan memberikan penjelasan umum tentang gelar Bunda Maria dalam Gereja kita. Ketika Konsili Trente dilaksanakan pada tahun 1545-1564/65, Konsili merumuskan bahwa Maria Dikandung Tanpa Noda sebagai gelar istimewa yang diserukan oleh pihak Gereja. Gelar istimewa ini tidak lain dan tidak bukan bahwa Bunda Maria merupakan tokoh Gereja yang saleh dan taat kepada Tuhan. 

Dalam perumusan itu, bahasa Konsili berbunyi demikian: Berkat kasih karunia yang serba istimewa, seumur hidupNya, Maria bebas dari seluruh dosa. Yang berarti Maria tidak berdosa sejak Ia lahir karena kasih karunia Allah dilimpahkan kepadanya. 

Agar Putra Allah Yang Maha Kudus Itu lahir dari rahim seorang yang kudus, maka dengan daya cipta Allah, Maria mengandung bukan dari hasil persetubuhan dengan Yusuf, tetapi karena kakuatan Allah dalam mencipta. Dan oleh karena jasa-jasa Yesus Kristus penyelamat manusia, sehingga Maria dibebaskan dari semua noda dosa. Ketika Malaikat Tuhan menghampiri Maria, ia masih ragu akan kemampuan Allah, karena secara biologis, mana mungkin Maria bisa mengandung padahal Dia belum bersetubuh dengan laki-laki. Namun karena Malaikat Tuhan berkata "Engkau akan mengandung dari Roh Kudus" lalu Maria menjawab: "Terjadilah padaku menurut perkataanMu itu".

Injil lukas 1:13,30-31 dengan jelas menceriterakan hubungan kelahiran Yohanes Pembabtis dengan Yesus. Dengan sedikit perbedaan bahwa Zakaria yang sudah lanjut usianya meminta kepada Tuhan supaya diberikan seorang anak. Namun Maria tidak meminta kehadiran seorang anak baginya, sebab ia masih seorang anak gadis yang tidak memiliki suami. Namun rahmat diterimanya dengan cuma-cuma. 

Saat Maria dikunjungi oleh Malaikat, kunjungan Malaikat itu sudah kedua kalinya, sebab sebelum mengunjungi Maria, Malaikat sudah mengunjungi Zakaria suami Elisabet orang tua dari Yohanes pembabtis. Maka hubungan kelahiran Yohanes Pembabtis dengan Yesus merupakan rencana Allah. Kelahiran Yesus juga disoroti dalam Kitab Perjanjian Lama (Yes 7:14) Yesaya bernubuat demikian: Sesungguhnya seorang perempuan muda mengandung dan akan melahirkan seorang anak laki-laki, dan ia akan menamakan Dia Imanuel. 

Saudara-saudari terkasih, Gereja Katolik tidak pernah menganggap Maria lebih besar dari Yesus, tetapi karena teladan iman, ketaatan, kesuciannya, Gereja menghormati Maria sebagai model iman bagi kita. Sebab Maria sama seperti kita sebagai salah satu dari anggota Gereja kepalanya hanya satu yaitu Yesus. Hanya saja Ia lebih unggul dari kita berkat imannya dan kesucian hidupnya. Bahkan seorang Fransiskus pun tidak bisa disamakan dengan Maria. 

Paus Pius IX, pada tanggal 08 Desember 1854 memberikan dogma yang berkatian dengan Maria, yang bunyinya demikian: Sejak pertama dikandungnya perawan Maria yang amat bahagia, terlindung dari kesalahan "Preservatam" sudah ditebus. Yang artinya Maria tidak terkena dosa. Dosa diibaratkan sebuah benda yang menimpa seluruh manusia kecuali Maria, karena ditangkis oleh kasih karunia Allah. 

Sesungguhnya konsep dosa asal tidak ada, tetapi sumber dosa. Sebab konsep dosa asal diciptakan oleh Agustinus pada abad ke-3. Kita lahir ke dunia bukan karena dosa asal tapi karena kodrat kita dalam dosa. Karena kita berasal dari yang kudus maka kita juga kudus. Seluruh manusia tidak pernah bisa memilih siapa ibunya, tetapi Yesus bisa memilih ibuNya karena kuasanya sebagai Allah Putra, sehingga Maria harus dikuduskan sejak dikandung oleh ibunya. 

Bapak-ibu saudara-saudari terkasih, devosi kepada Bunda Maria merupakan salah satu praktek iman Katolik, devosi kepada bunda maria bukan terjadi pada zaman ini, tetapi sejak Konsili Efesus tahun 431. Tokoh yang pertama mempraktekkan devosi kepada St. Perawan Maria ialah Nestorius pada abad ke-4 terutama di Gereja Timur yang pada masa itu Gereja mengalami kekacauan. .

Kesaksian kesucian dan keimanan Maria terhadap Allah, bukan hanya dilukiskan dalam Kitab Suci, bahkan Maria yang di sebut Maryam dalam al'Quran juga dilukiskan persis sama sekaligus berbeda. Hanya saja, Islam tidak mengakui keilahian Isa Al-Masih Putra Maria walaupun Qur'an 3:45 mengakuinya. Sang Firman atau Sabda yang menjadi Daging atau Manusia. Gelar Maria yang diberikan oleh Gereja Katolik bukan hanya diberikan begitu saja yang tidak mempunyai makna. 

Lalu makna apa yang bisa kita lihat dari gelar itu? Yaitu: Model iman atau teladan iman. Model iman atau teladan iman yang bagaimana? Sebab Maria percaya pada penyelenggaraan Ilahi, Dia taat kepada Allah, walaupun berat rasanya menerima itu. Sebab apa? Menurut Hukum Yahudi, bila seorang perempuan mengandung sebelum menikah, akan membunuh Maria yang dianggap melakukan jinah sebab Maria mengandung sebelum memiliki suami. Dia ikut menanggung derita bersama Yesus sampai mati di Kayu Salib. 

Maka dengan itu saudara-saudari terkasih, Salib merupakan simbol iman bagi kita, sekaligus sebagai sarana keselamatan. Maka untuk menjadi pengikut Yesus, jangan pernah kamu memangkas salibmu supaya kamu dapat sampai pada keselamatan. Apa yang dimaksut dengan "jangan memangkas salibmu" yaitu supaya kamu jangan pernah lepas dari tanggung jawab, baik dalam keluargamu, pekerjaanmu, dan lain-lain. Jika kamu mencoba mencari cara supaya salibmu menjadi ringan, sehingga kamu berencana memotongnya, maka kamu akan jatuh ke dalam jurang yang dalam karna ukuran salib yang sudah diberikan kepadamu telah kamu potong. 

Dengan demikian kamu tidak akan sampai ke tujuan dengan selamat. Bunda Maria tidak pernah lari dari kenyataan dan penderitaan hidup untuk menemani Yesus sampai wafat di Salib, dia turut ambil bagian dalam penderitaanNya, bahkan sampai mati di Kayu Salib. Bagaimanakah hati seorang ibu melihat anaknya dihakimi, disiksa, dibunuh tanpa ada bukti kesalahan? Terkadang kita harus terpaksa melakukan kesalahan, supaya kita tahu siapa yang datang untuk memperbaikinya. Siapa yang akan memperbaiki itu? Yaitu diri kita sendiri. Semoga Tuhan memberkati.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun