Bapak-ibu saudara-saudari terkasih, devosi kepada Bunda Maria merupakan salah satu praktek iman Katolik, devosi kepada bunda maria bukan terjadi pada zaman ini, tetapi sejak Konsili Efesus tahun 431. Tokoh yang pertama mempraktekkan devosi kepada St. Perawan Maria ialah Nestorius pada abad ke-4 terutama di Gereja Timur yang pada masa itu Gereja mengalami kekacauan. .
Kesaksian kesucian dan keimanan Maria terhadap Allah, bukan hanya dilukiskan dalam Kitab Suci, bahkan Maria yang di sebut Maryam dalam al'Quran juga dilukiskan persis sama sekaligus berbeda. Hanya saja, Islam tidak mengakui keilahian Isa Al-Masih Putra Maria walaupun Qur'an 3:45 mengakuinya. Sang Firman atau Sabda yang menjadi Daging atau Manusia. Gelar Maria yang diberikan oleh Gereja Katolik bukan hanya diberikan begitu saja yang tidak mempunyai makna.Â
Lalu makna apa yang bisa kita lihat dari gelar itu? Yaitu: Model iman atau teladan iman. Model iman atau teladan iman yang bagaimana? Sebab Maria percaya pada penyelenggaraan Ilahi, Dia taat kepada Allah, walaupun berat rasanya menerima itu. Sebab apa? Menurut Hukum Yahudi, bila seorang perempuan mengandung sebelum menikah, akan membunuh Maria yang dianggap melakukan jinah sebab Maria mengandung sebelum memiliki suami. Dia ikut menanggung derita bersama Yesus sampai mati di Kayu Salib.Â
Maka dengan itu saudara-saudari terkasih, Salib merupakan simbol iman bagi kita, sekaligus sebagai sarana keselamatan. Maka untuk menjadi pengikut Yesus, jangan pernah kamu memangkas salibmu supaya kamu dapat sampai pada keselamatan. Apa yang dimaksut dengan "jangan memangkas salibmu" yaitu supaya kamu jangan pernah lepas dari tanggung jawab, baik dalam keluargamu, pekerjaanmu, dan lain-lain. Jika kamu mencoba mencari cara supaya salibmu menjadi ringan, sehingga kamu berencana memotongnya, maka kamu akan jatuh ke dalam jurang yang dalam karna ukuran salib yang sudah diberikan kepadamu telah kamu potong.Â
Dengan demikian kamu tidak akan sampai ke tujuan dengan selamat. Bunda Maria tidak pernah lari dari kenyataan dan penderitaan hidup untuk menemani Yesus sampai wafat di Salib, dia turut ambil bagian dalam penderitaanNya, bahkan sampai mati di Kayu Salib. Bagaimanakah hati seorang ibu melihat anaknya dihakimi, disiksa, dibunuh tanpa ada bukti kesalahan? Terkadang kita harus terpaksa melakukan kesalahan, supaya kita tahu siapa yang datang untuk memperbaikinya. Siapa yang akan memperbaiki itu? Yaitu diri kita sendiri. Semoga Tuhan memberkati.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H