Mohon tunggu...
Petrus Rabu
Petrus Rabu Mohon Tunggu... Buruh - Buruh

Harapan adalah mimpi dari seorang terjaga _Aristoteles

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup Pilihan

Cinta Tidak Menciptakan Pernikahan, tapi Pernikahan yang Menciptakan Cinta

8 Januari 2019   16:16 Diperbarui: 9 Januari 2019   08:16 1267
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi: Kompas.com

Banyak orang berpikir bahwa cinta itu dirajut saat mengenal seseorang yang dijadikan pacar atau teman kencan. 

Sebenarnya tidak, pacaran itu hanya pintu gerbang bagi kedua insan untuk mengenal dan membangun cinta yang  sesungguhnya dalam suatu ikatan pernikahan. Karena tidak semua hubungan pacaran itu berakhir dipelaminan. 

Banyak kaum muda yang stress dan frustasi karena masa pacarannya yang sekian lama toh akhirnya berpisah.

Karena itu bagi saya, benar apa yang dikatakan Harville Hendrix bahwa cinta tidak menciptakan pernikahan tetapi pernikahan yang sadar dan terencana yang menciptakan cinta. 

Tentu cinta dalam definisi ini adalah cinta dalam perkawinan suci.Lalu bagaimana dengan kalimat, "I love you" atau "Aku cinta kamu" saat-saat pacaran? 

Saya kira hal itu perlu pembuktian dan pembenaran. Pembuktiannya adalah jika kedua belah pihak sepakat untuk mengikat janji setia itu dalam suatu perkawinan suci. Jika tidak ada niat kearah itu maka itu adalah pembohongan, palsu dan hoax. 

Jangan pernah membuang waktu untuk hal yang tak pasti. Karena itu wujudkan hubungan itu dalam sebuah pernikahan suci untuk menciptakan cinta. 

Tapi pertanyaann,  bagaimanakah pernikahan yang menciptakan cinta itu? 

Jika berpijak pada apa yang dikatakan Harville Hendrix maka saya ingin menguraikan beberapa hal berikut; 

Pertama: cinta dalam pernikahan adalah sebuah tindakan nyata, perbuatan yang konkrit. 

Kalimat "aku mencintaimu" dalam pernikahan harus diwujudkan dengan karya dan perbuatan. Tidak saja sebatas kata. Tidak sebatas gombal dan rayuan. Tapi benar-benar diwujudkan dengan pengabdian dan pengorbanan bagi pasangan. 

Tujuan pokok pernikahan adalah kebahagian. Kebahagian dalam rumah tangga tidak datang dengan sendirinya tapi kebahagian itu perlu diraih melalui perjuangan dan pengabdian.

Kedua: Cinta dalam pernikahan adalah cinta yang sadar dan terencana. 

Maksudnya ketika dua insan memiliki keinginan untuk mengikat janji setianya dalam pernikahan suci maka itu dilakukan melalui perencanaan matang, entah merencanakan pekerjaan, tentang jumlah anak, tentang pengelolaan keuangan, tentang rumah dan lain sebagainya. 

 Pernikahan yang tidak melalui suatu perencanaan yang matang dan sadar hanya akan menghantar kedua insan kepada jurang kehancuran. Dan dalam perencanaan itu benar-benar melibatkan kedua belah pihak.

Ketiga, ketika dua insan memutuskan menikah karena atas dasar adanya rasa cinta maka cinta mereka sesungguhnya akan semakin kuat dan semakin dalam setalah pernikahan. 

Pernikahan adalah bukti bahwa kita saling menerima dan memiliki. Menerima kelebihan dan kekurangan pasangan. Karena itu menikah adalah tahap awal dua insan membangun cinta. Dalam pernikahan itulah kedua insan untuk saling mengisi dan saling membantu. Dan itulah cinta dalam artian pernikahan.

Dengan komitmen kuat, janji untuk saling mencintai, setia, saling menguatkan dalam segala kondisi, maka pernikahan dapat berjalan dengan harmonis. Semakin lama bersama, benih-benih cinta akan semakin tumbuh besar dan kuat.

Masa-masa usai pernikahan bukan waktunya untuk berdebat soal kekurangan dan keterbatasan, tetapi bagaimana kedua insan membangun cinta  dengan saling mengisi untuk melengkapi kekurangan pasangan.

Keempat, tugas suami dan istri setelah pernikahan adala menjaga benih cinta tersebut agar tetap tumbuh. 

Rasa cinta bisa mati jika kedua belah pihak tidak menjaganya dengan baik. 

Semoga ulasan ini menjadi bahan refleksi bagi banyak pasangan suami-istri atau siapa saja yang hendak memilih hidup untuk menikah.   

Ingatlah bahwa pernikahan adalah titik start dua insan membangun cinta. Dan dalam perjalanannya, ibarat kapal yang berlayar ditengah samudera luas pasti ada ombak dan angin, tetapi jika kedua insan memiliki kepercayaan dan keyakinan kuat satu  dengan yang lainnya maka badai itu pasti berlalu.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun