Mohon tunggu...
Petrus Rabu
Petrus Rabu Mohon Tunggu... Buruh - Buruh

Harapan adalah mimpi dari seorang terjaga _Aristoteles

Selanjutnya

Tutup

Cerita Pemilih Pilihan

Mungkinkah Tim Pemeriksa Kesehatan Calon Kepala Daerah Kena Cipratan "Mahar Politik"?

15 Januari 2018   23:05 Diperbarui: 15 Januari 2018   23:27 1138
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi: nasional.tempo.co

Karena AW Nofiadi lolos bersama tiga calon bupati lain dan wakil bupati  lain untuk meramaikan pesta demokrasi di kabupaten OI kala itu. Bahkan  AW Nofiadi sukses meraih suara terbanyak dan berhak memimpin Kabupaten  OI bersama wakilnya H.M Ilyas Panji Alam, SH, SE, MM.

Sayangnya  satu bulan usai pelantikan oleh Gubernur Sulsel tepatnya tanggal 15  Maret 2016, AW Nofiadi tertangkap BNN karena sedang menggelar pesta  sabu. Akhirnya pun ditahan. 

Lain lagi dengan nasib Wakil  Bupati terpilih Grobongan, Edy Maryono yang berpasangan dengan Bupati,  Sri Sumarni terpilih untuk memimpin Grobongan pada pemilukada 2015. Sayangnya  Edy Maryono tak sempat merasakan indahnya saat dilantik menjadi wakil  bupati Grobongan karena tiga hari sebelum pelantikan tepatnya  tanggal  11 Maret 2016, Edy menghembuskan nafas terakhir lataran sakit jatung.  (Baca)

Dari  data-data ini tak salah jika saya memiliki praduga tak bersalah:   Pertama, bahwa fenoma mahar politik yang mewarnai perjalanan demokrasi  di tanah air, bukan tak mungkin merembes juga pada semua tahapan  pemilukada termasuk tahapan pemeriksaan kesehatan paslon.  

Kedua,praduga saya sangat kuat ketika menyimak kasus Mantan Bupati AW  Nofiafi. Mungkinkah tim medis lalai saat itu? Masih mungkinkah tim medis  yang punya berbagai latarbelakang ilmu baik dokter, ahli narkotika dan  psikologi memberikan rekomendasi kepada calon yang terlibat narkoba?  Ataukah ada pengaruh "mahar" politik disana?  Saya tidak tahu. Tapi  faktanya sebelum sebelum pelantikan AW Nofiadi ditangkap. 

Ketiga, untuk kasus ini dugaan saya sangat kecil karena Edy Maryono meninggal  karena sakit jantung. Tapi sekali lagi akal sehat saya bertanya. Kenapa  tim medis yang dilengkapi sarana yang memadai tak bisa mendeteksi gejala  awal soal penyakit jatung tersebut.  Jika saja mereka tidak lalai  mungkin saja mereka akan terus mendampingi paslon atau setidaknya  rekomendasi untuk perawatan rutin. Ataukah ada juga "mahar politik"  terpercik disana? 

Berkaca pada pilkada 2015 sebagai uraian  diatas, mungkinkah Tim Medis Pemeriksaan Kesehatan para Calon Kepala  Daerah yang berkompetisi pada Pemilukada 2018 kena cipratan "Mahar Politik"   juga? Yang kini lagi marak diberitakan media masa baik cetak maupun  elektronik. Semoga saja dugaan saya salah. Tapi benar atau salahnya nanti waktu yang membicarakan.

#Salam Demokrasi

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerita Pemilih Selengkapnya
Lihat Cerita Pemilih Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun