Mohon tunggu...
Petrus Rabu
Petrus Rabu Mohon Tunggu... Buruh - Buruh

Harapan adalah mimpi dari seorang terjaga _Aristoteles

Selanjutnya

Tutup

Politik Artikel Utama

Fenomena "Mahar Politik" dan Rusaknya Tatanan Demokrasi Bangsa

13 Januari 2018   16:23 Diperbarui: 14 Januari 2018   09:58 3417
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto: Tribunnews.com

Dampaknya kepala daerah dan wakil kepala daerah dan seluruh jajarannya terjebak secara emosional di bawah kendali parpol pengusung dan sangat sulit mengontrol jalannya roda pemerintahan dan pembangunan. Hadirnya pemerintahan tak memberi dampak berarti bagi masyarakat. Yang ada muncul elit-elit baru di daerah yang berkuasa secara ekonomi maupun sosial.

Politik Jalan Tengah

Sebenarnya hadirnya sistem pencalonan dari unsur independen merupakan politik jalan tengah untuk menghindari dan meminimalisasi fenomena "mahar politik" dalam tatanan demokrasi kita. Karena melalui sistem ini calon bersangkutan tidak memiliki beban politik apapun terhadap partai politik.

Hanya saja minat masyarakat melalui jalur independen sangat berkurang. Entah karena ketatnya persyaratan ataukah sudah muak dengan dinamika politik tanah air yang bukannya makin hari makin baik tetapi malah menarik garis mundur yang menimbulkan sikap pesimis dan apatisme. Karena itu bagi saya pembangunan demokrasi di tanah air sangat bergantung pada integritas pribadi dari calon yang bersangkutan.  

Mahar politik hanyalah harga yang harus dibayar untuk mempertegas perjuangan dan komitmen pribadi dalam memberikan pelayanan yang terbaik bagi masyatakat. Karena toh masih banyak kepala daerah yang berhasil membangun bangsa ini walaupun melewati badai mahar politik tadi. 

Dan lebih bagusnya semua parpol di tanah air tidak menetapkan harga politik tertentu saat rekrut calon pemimpin tetapi benar-benar berdasarkan pada keutamaan pokok seorang pemimpin. 

#Salam Demokrasi

#Penulis: Petrus Rabu-Tinggal di Waisai, Raja Amp

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun