Mohon tunggu...
Petrus Rabu
Petrus Rabu Mohon Tunggu... Buruh - Buruh

Harapan adalah mimpi dari seorang terjaga _Aristoteles

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Emosi Antara Berkat Atau Kutukan

6 Januari 2018   03:10 Diperbarui: 6 Januari 2018   06:20 933
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi foto: psikologikita.com

Jika melihat kasus-kasus ini maka sebenarnya kita perlu bijak dalam mengelola emosi atau perasaan kita. Bijak dalam artianya bahwa kita perlu memilah dan sabar dalam menghadapi setiap reaksi atau ransangan yang datang dari luar, walaupun itu menyakitkan. Bukankah ada pepatah mengatahkan,"Sabar Itu Subur?" Jika kita memiliki kemampuan seperti ini maka emosi dan perasaan itu akan membawa berkat bagi kita.  Dan bukan sebaliknya membawa kutukan dan malapetaka.

Menurut Daniel Goleman Pengertian Emosi menurutnya ialah setiap kegiatan atau pergolakan perasaa, pikiran, nafsu, setiap keadaan mental yang hebat dan meluap-luap. Daniel juga mengatakan bahwa emosi merujuk kepada suatu perasaan dan pikiran-pikiran yang khas, suatu keadaan biologis dan psikologis dari serangkaian kecenderungan untuk bertindak. Setidaknya ada ratusan emosi bersama dengan variasi, campuran, mutasi dan nuansanya sehingga makna yang dikandungnya lebih banyak, lebih kompleks dan lebih halus dari pada kata dan pengertian yang digunakan untuk menjelaskan emosi.

Dari pengertian emosi diatas dapat disimpulkan bahwa pengertian emosi ialah setiap kegiatan atau pergolakan perasaan, pikiran, nafsu, serta setiap keadaan mental yang hebat dan meluap-luap. Emosi juga merujuk kepada pikiran-pikiran yang khas dalam suatu perasaan, suatu keadaan biologis dan psikologis dan serangkaian kecenderungan untuk bertindak. Adapun perasaan "feelings" ialah pengalaman yang disadari yang diaktifkan baik oleh perangsang eksternal maupun oleh bermacam-macam keadaan jasmaniah.

Menurut beberapa ahli dalam mengatasi hal-hal seperti ini kita perlu memiliki kecerdasan emotional.  Istilah "kecerdasan emosional" ini pertama kali dilontarkan psikolog Peter Salovey dari Harvard University dan John Mayer dari University of New Hampshire pada tahun 1990. Salovey dan Mayer mendefinisikan kecerdasan emosional atau yang sering disebut EQ merupakan himpunan bagian dari kecerdasan sosial yang melibatkan kemampuan memantau perasaan sosial yang melibatkan kemampuan pada orang lain, memilah-milah semuanya dan menggunakan informasi ini untuk membimbing pikiran dan tindakan.

Lalu psikolog lain Goleman mengutip pemikiran Salovey  mencetuskan kecerdasan emosional terdri dari lima kemampuan  dasar antara lain mengenal emosi diri, mengelola emosi, memotivasi diri sendiri, mengenali emosi orang lain dan membina hubungan yang baik.

Semoga kita selalu mampu mengelola dan menata emosi atau kecedasan emosional kita dengan baik sehingga hal itu mendatangkan kebaikan dan kebahagian bagi orang lain dalam membina dan membangun kebersamaan hidup sebagai sesama makluk ciptaan Tuhan. 

Salam

Petrus Rabu-Tinggal Di Waisai, Raja Ampat

Referensi:  1 | 2| 3| 4 |

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun