Mohon tunggu...
Petrus Rabu
Petrus Rabu Mohon Tunggu... Buruh - Buruh

Harapan adalah mimpi dari seorang terjaga _Aristoteles

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Pilihan

Serunya Memberi Makan Ikan di Dermaga Kampung Wisata Arborek, Raja Ampat

21 Desember 2017   01:06 Diperbarui: 21 Desember 2017   02:51 2184
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Homestay di Arborek/Dokumentasi Pribadi

Rabu, 13 Desember 2017 lalu, saya dan keluarga melakukan kunjungan sehari ke beberapa obyek wisata di Raja Ampat. Dan sebagai lanjutan dari kisah perjalanan saya dan kelurga sebagaimana kisah sebelumnya. (disini). Ikuti serunya kunjungan kami di Kampung Wisata Arborek Raja Ampat berikut. 

*****

Siang itu puncak Piaynemo makin ramai. Daya tarik obyek Wisata Gugusan Kepulaun Piaynemo memang telah menghipotis dunia. Pesonanya menyatukan suku bangsa.

Kurang lebih sejam diatas puncak Piaynemo akhirnya saya dan keluarga pun turun. Ingin rasanya berlama-lama tetapi kondisi saat itu sangat tidak memungkinkan. Area puncak Piaynemo makin padat.

 "Kalau seperti ini bagusnya foto disini pakai waktu. Setiap rombongan cukup 10 menit saja,  lebih dari itu dikenakan tarif," cetus Bruno sambil bergegas meninggalkan Puncak Piaynemo.

Dokumentasi Pribadi
Dokumentasi Pribadi
Saat kami menuruni tangga masih banyak wisatawan yang berdatangan. Terdengar mereka menggunakan bahasa inggris. Ditangga yang lebarnya kurang lebih 1 meter itu kami harus berhimpitan. Setelah dicek, rombongan itu adalah rombongan wisatawan asal Papua Nugini yang datang dengan menggunakan KM. Marina Express 3B..

Menuruni tangga puncak Piaynemo tak membutuhkan waktu yg lama. Sesamapai di dermaga kami membeli beberapa kelapa muda pada pedagang lokal yang sehari-hari standby ditempat itu. Ada beberapa yang saya kenal. Umumnya mereka dari Kampung Pam, kampung yang dekat kawasan obyek wisata Piaynemo. Adapun harga kelapa muda tersebut sebesar Rp. 15.000/buah.

Anak-anaku begitu lahap menghabisi kelapa muda tersebut, rupanya mereka sudah lapar. Saat itu memang jarum jam telah menunjukkan pukul 13.00 WIT. 

Alam Piaynemo masih mendung, namun hasil dokumentasi dari atas Puncak Piaynemo tetap bagus dan menarik.

Melihat itu akhirnya kami pun makan siang di dermaga yang sebelumnya kami istrirahat sejenak sebelum menaiki puncak piaynemo.  Usai makan siang kami pun bergegas meninggalkan kawasan wisata Piaynemo.

"Kita tidak ke Telaga Bintang?" tanya Wenan.

Telaga Bintang merupakan salah satu obyek wisata yang ada dalam Kawasan Wisata Gugusan Kepulauan Piaynemo.  Akhir-akhir ini nama Telaga Bintang mulai booming. Dari postingan teman-teman maupun wisatawan yang sudah pernah kesana, terlihat sebuat kumpulan air laut biru tosca membentuk sebuah telaga seperti bintang bintang laut. Dari atas ketinggian telaga itu menampakkan jari-jari seperti bintang laut.

"Tidak. Kita lanjut saja ke Arborek," jawabku

Dermaga Kayu di Arborek/Dokumentasi Pribadi
Dermaga Kayu di Arborek/Dokumentasi Pribadi
Siang itu angin barat mulai menerpa pada bukit-bukit kars kawasan Piaynemo. Awan putih kehitaman merambat dari arah barat mengirimkan gerimis.

Pak Mayor, sang motoris menghidupan mesin speedboatnya. Kami pun bergegas meninggalkan kawasan obyek wisata yang juga dikenal dengan sebutan miniatur kepulauan Wayag tersebut.

Perjalanan Piaynemo-Arborek memang sedikit menenggangkan. Angin musim barat sesekali menerpa dan  membawa gulungan ombak. Percikanya hingga melewati batasan speedboat. Kami pun basah kuyuk. Pak Mayor kadang memperlambat speedboatnya untuk menghindari gelombang yang cukup tinggi.

Dokumentasi Pribadi
Dokumentasi Pribadi
Anak-anak  mulai ketakutan. Indah putri sulung saya tak berani mengangkat wajahnya. Tetapi Pak Mayor begitu lihai menahkodai speedboatnya. Ia memang memiliki pengalaman yang luar biasa di lautan. Lintasan Waisai-Ayau, Distrik Kepulauan Ayau sering ia jelajahi.

Napas mulai lega saat dermaga Kampung Arborek nampak depan mata. Saya sedikit menarik nafas. Ketegangan mulai reda. Pak Mayor meluncurkan speedboadnya dengan cepat. Tak beberapa lama kami pun sandar di Dermaga Kampung Wisata Arborek Raja Ampat.

Kampung Wisata Arborek Raja Ampat/Dokumentasi Pribadi
Kampung Wisata Arborek Raja Ampat/Dokumentasi Pribadi
Kampung Wisata Arborek menyapa kami dengan pesona yang indah di siang itu. Langit tiba-tiba cerah. Mendung selama perjalanan pun hilang. Alam seakan siap menyambut kami di siang itu. Matahari mulai condong ke arah barat. Siang itu jarum jam telah menunjukka angka 14.30.

Di Kampung Wisata Arborek ada dua dermaga kayu. Dermaga itu yang terbuat begitu rapih dan penuh estetis. Sepintas dermaga itu menambah keindahan pantai Kampung Wisata Arborek-Distrik Meonswar. Keduanya menjulur ke utara diatas karang dan laut dangkal dengan berpasir putih nan indah.

Siang itu terdapat beberapa speedboat wisatawan berlabuh. Ketika kami tiba, ada speedboat yang didalamnya penuh dengan bule meninggalkan dermaga. Saya pun melambaikan tangan  yang  dibalas lambaian para bule yang umumnya berpakaian renang tersebut.

Anak-anak yang bermain di Pantai Arborek Raja Ampat/Dokumentasi Pribadi
Anak-anak yang bermain di Pantai Arborek Raja Ampat/Dokumentasi Pribadi
Di sebelah timur terdapat satu dermaga kosong. Modelnya sama. Tetapi kelihatannya baru. Rupanya dibangun untuk mengantisipasi lonjakan kunjungan wisatawan ke kampung itu.

Kami pun segera turun. Dari atas dermaga kami melihat menyaksikan sebuah pemandangan yang luar biasa. "Wow.. keren sekali om," teriak Pater Dio yang baru kali itu datang ke Arborek.

Dokumentasi Pribadi
Dokumentasi Pribadi
Gerombolan ikan dengan berbagai corak warna berenang kesana kemari di laut yang dangkal dibawa dermaga.

"Mana mie?" teriak Paul lelaki kecil.

"Ini Nak," jawabku sambil mengambil beberapa bungkus mie dari tas yang saya bawa.

Untungnya sebelum berangkat dari Wiasai-Ibukota Kabupaten Raja Ampat kami membeli beberapa bungkus mie dan biskuit. Hal ini kami lakukan mengingat kegiatan memberi makan ikan merupakan salah kegiatan wisata yang sering dijumpai di kampung-kampung di Raja Ampat. Ikan-ikan di samudera Raja Ampat  memang sangat jinak, dan hampir dijumpai disemua di dermaga-dermaga perkampungan penduduk.

Homestay di Arborek/Dokumentasi Pribadi
Homestay di Arborek/Dokumentasi Pribadi
Masyarakat Raja Ampat memiliki folosifis hidup yang tinggi terhadap alam. Ada motto yang berkembang dalam masyarakat Raja Ampat, "Dari Laut Aku Hidup, Laut Masa Depan Masyarakat Raja Ampat."

Itulah yang membuat mereka sangat menjaga keharmonisan hidup antara manusia dan sumber daya laut. Masyarakat Raja Ampat percaya bahwa laut dan isinya merupakan anugerah dan rahmat dari Tuhan untuk diolah dan jaga dengan baik, tidak saja untuk saat ini tetapi juga untuk generasi yang akan datang.

Tak heran jika ikan-ikan yang berenang di laut bebas Raja Ampat sangat jinak. Masyarakat Raja Ampat melarang membuang jaring atau memancing di dermaga karena itu menganggu ikan-ikan datang dan berenang di dermaga penduduk.

Masyarakat Arborek juga memiliki kebiasaan itu. Mereka melarang membuang jaring atau menangkap ikan di dermaga. Bahkan mereka menjaga dan memelihara ikan-ikan tersebut dan melemparkan makan.

DOkumentasi Pribadi
DOkumentasi Pribadi
Sesudah mie disiapkan,  Kami pun turun ke jeti yang memang disiapkan sebagai tempat duduk saat memberi makan ikan.

Saat kami melempatkan mie, ratusan ekor ikan dengan berbagai corak warna, bentuk dan ukuran datang merebut mie yang kami berikan. Bahkan, Paul lelaki kecil saya menurunkan tanggannya yang penuh dengan mie kepemukaan laut dan beberapa ekor ikan melahap mie dari jari-jarinya.

"Sungguh luar biasa. Ikan di laut luas bisa sejinak itu?" ujar Pater Dio.

Bagaimana tak kaget. Ikan-ikan itu seperti hewan-hewan piaraan. Saya membayankan seorang peternak ayam yang memberikan sejumlah beras kepada ayamnya. Tak takut. Bahkan makan dari tangan tuannya.

Usai memberi makan ikan, kami pun jalan-jalan menuju kampung. Di pertengahan dermaga terdapat dua honay/tempat teduh. Disitu ada ada kotak tertulis, "Kota Sumbangan"/Donation Box. Lalu kami memasukkan selembar uang ke box donasi tersebut.  Di Arborek memang tidak ada retribusi masuk. Mereka hanya menjual jasa seperti kelapa muda,  kerajinan tangan/anyaman khas arborek dan diharapkan wisatawan bisa belanja di Kampung tersbut.

Karena tidak memiliki waktu yang cukup akhirnya kami hanya berjalan-jalan disisi Timur dari kampung dikelilingi laut dan berpasir putih nan indah tersebut.

Dokpri
Dokpri
Yang menariknya di semua tempat di kampung itu ditemukan tulisan agar membuang sampah pada tempatnya. Rupa kesadaran masyarakat Arborek sangat tinggi untuk menjaga kebersihan dan keindahan. Mereka sadar bahwa pariwisata itu soal kebersihan dan keindahan.

Kampung Arborek merupakan salah satu kampung di Raja Ampat yang ditepatkan pemda Raja Ampat sebagai kampung Wisata. Penetapan kampung wisata ini bertujuan untuk menggerak seluruh potensi termasuk program dalam kampung tersebut berbasis wisata. Karena itu, saat ini di kampung terdapat homestay yang dikelola oleh masyarakat setempat.

Saat kami keliling. Kami melihat sejumlah wisatawan asing yang tinggal di homestay tersebut. Bahkan mereka bergaul dan hidup tengah-tengah masyarakat Kampung Arborek. Sejumlah anak-anak pelajar SMP yang kami jumpai bisa bercakap-cakap dalam bahasa Inggris walaupun tidak fasih.

Setelah keliling sebentar kami pun kembali ke dermaga. Jernihnya laut Kampung Arborek membuat kami tak tahan untuk segera menceburkan diri. Indah dan anak-anak lainnya sudah lebih dahulu bermain-bermain dengan ombak Arborek yang memukul pelan. Saya pun tak sabar menceburkan diri. Sementara Pater Dio asyik belajar berenang sambil menggunakan peralatan snorkling.

dokumentasi pribadi
dokumentasi pribadi
Matahari beranjak keperaduannya. Saat itu, jarum jam di tanganku menunjukkan pukul 16.00 Wit. Kami pun bergegas pulang ke Waisai-Ibukota Kabupaten Raja Ampat.  Sore itu, kami tak sempat singgah di Pasir Timur, karena samudera Raja Ampat menunjukan ke titik pasang.

Pengalaman berwisata ke Piaynemo dan Kampung Wisata Arborek Raja Ampat bukan merupakan pengalaman pertama bagiku. Tetapi keindahan dan pesonanya membuatku selalu rindu untuk kembali dan kembali.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun