Mohon tunggu...
Petrus Rabu
Petrus Rabu Mohon Tunggu... Buruh - Buruh

Harapan adalah mimpi dari seorang terjaga _Aristoteles

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

"Raksasa" Terlupakan di Ufuk Timur Bumi Congkasae

17 Desember 2017   01:16 Diperbarui: 17 Desember 2017   19:30 3035
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kondisi jalan menuju Elar-Manggarai Timur saat musim hujan sumber: http://www.floreseditorial.com

Bicara ufuk timur selalu identik dengan fajar harapan. Cahaya kehidupan. Pembawa terang. Tempat matahari terbit. Benarkah? Bagaimana di "Bumi Congkasae di Flores- Nusa Tenggara Timur/NTT.

Bumi congkasae merupakan julukan bagi tanah Manggarai. Sebuah kabupaten di ujung barat Pulau Flores-Provinsi Nusa Tenggara Timur.

Dulu Bumi Congkasae ini hanya satu wilayah pemerintahan tingkat II yakni Kabupaten Manggarai. Tetapi seiring dengan perkembangan pemerintahan maka bumi congkasae atau Kabupaten Manggarai dimekarkan menjadi tiga daerah otonom baru, yakni Kabupaten Manggarai, Kabupaten Manggarai Barat dan Kabupaten Manggarai Timur.

Irama perkembangan ketiga kabupaten ini tentu berbeda.  Hal ini bisa disaksikan dengan situasi real di lapangan. Kabupaten Manggarai selaku kabupaten induk tentunya jauh beda dengan manggarai Timur dan Manggarai Barat. Perbedaaan itu sebagai dampak dari tantangan demografis dan geografis yang berbeda.

Dan sebagaimana kita ketahui bersama nadi atau nafas pokok pemekaran itu adalah untuk mendekatkan pelayanan pemerintahan dan pembangunan kepada masyarakat. Pemekaran adalah media atau jembatan agar pemerintah hadir bagi masyarakat. 

Tapi sayangnya nadi pemekaran itu tidak berdenyut secara merata di seluruh wilayah. Apakah memang demikian? Atau ini dampak dari Pemilukada? Menjadi rahasia umum dan terjadi dimana-mana, daerah-daerah basis suara menjadi prioritas, sedang di wilayah bukan basis minim perhatian, alias dianaktirikan.

Di Kecamatan Elar dan Elar Selatan- Kabupaten Manggarai Timur misalnya, hadirnya pemekaran itu masih perlu ditingkatkan.  Dua kecamatan yang berbatasan dengan Kabupaten Ngada ini dikenal sebagai tempat terbit sang fajar  bagi bumi congkasae. Namun wilayah-wilayah ini minim perhatian. Contohnya  transportasi atau akses jalan yang masih susah. Padahal aksesibilitas itu sangat penting dan urgent dalam mendukung percepatan pembangunan daerah. 

Sejatinya Kecamatan Elar dan Elar Selatan memiliki potensi yang luar biasa dibidang pertanian dan perkebunan. Saya sendiri menyaksikan hamparan padang yang luas. Hijau dan rindangnya tanaman-tanaman pertanian petani. Juga terdapat sejumlah daerah aliran sungai yang jika diolah akan menjadi sumber pengairan bagi sawah-sawah petani. Dan sejak dulu Manggarai Timur terkenal sebagai daerah penghasil kopi didaratan Flores. Jika potensi ini didukung sarana dan prasarana yang memadai maka bukan tak mungkin dua kecamatan ini menjadi penopang ekonomi daerah.

Sayangnya "Raksasa" yang terlelap ini tidak ditopang dengan sarana dan prasarana penunjang seperti jalan. Raksasa itu terlupakan dan dibiarkan terlelap.

Keluhan akan infrastruktur jalan sudah didengungkan oleh masyarakat disana. Masalah jalan ini menjadi tema pokok pembicaraan sehari-hari. Baik di rumah, dijalan atau saat rapat-rapat penting. Bahkan mereka sendiri sudah lelah. Jenuh dan Pasrah.

sumber: http://voxntt.com
sumber: http://voxntt.com
Keluhan ini sudah sejak zaman dulu, dan terus berlangsung hingga kini disaat Mangggrai Timur menjadi daerah otonom. Seakan ini adalah litani panjang kisah pilu masyarakat Kecamatan Elar dan Elar Selatan.

Pasalnya masyarakat dan tokoh masyarakat sudah sekian tahun keluhkan minimnya perhatian pemda setempat untuk membangun akses jalan dari dan ke kedua kecamatan itu.

sumber foto: Facebook Ferdi Rondong
sumber foto: Facebook Ferdi Rondong
Beberapa waktu yang lalu, media lokal dan nasional menyoroti parahnya jalan dari dan menuju Kecamatan Elar dan Elar Selatan. Namun sorotan itu seperti sorotan kosong. Tanpa makna. Tak ada reaksi apapun dari pihak-pihak terkait. Bahkan kisah buruknya transportasi di Manggrai Timur tersebar di berbagai media cetak dan elektronik. Ibarat "Anjing mengongong kafilah berlalu". Mungkin pemdanya seperti itu.

Berdasarkan data yang saya peroleh akses jalan menuju Elar dan Elar Selatan ini tidak saja tanggungjawab pemda Manggarai Timur tetapi juga ada ruas jalan yang menjadi tanggungjawab provinsi.

Juga beberapa hari terakhir, sejumlah tokoh masyarakat, tokoh agama dan akademisi menuliskan surat terbuka buat Presiden Republik Indonesia, Joko Widodo yang intinya meminta Bapak Presiden turun tangan untuk menangani masalah jalan dan pembangunan infrastruktur lainnya di Kecamatan Elar dan Elar Selatan.  Surat terbuka tersebut menjadi viral di media sosial.

sumber foto: Facebook Ferdi Rondong
sumber foto: Facebook Ferdi Rondong
Tapi apakah persoalan seperti ini harus diselesaikan Presiden? Bukankah itu ranahnya pemerintah setempat? Bukankah ada pemerintah kabupaten dan provinsi? Tapi saya percaya surat terbuka itu sebagai reaksi dan ungkapan isi hati masyarakat Manggarai Timur atas sikap apatis pemerintah daerah, baik kabupaten maupun provinsi.

Medio Oktober 2017, saya sempat pergi ke salah satu kampung di Kecamatan Elar Selatan. Saya benar-benar sulit untuk menentukan jalur mana yang saya pilih. Ada beberapa akses jalan menuju kesana. Ada jalur borong atau masyarakat disana katakan "Jalur Tengah." Ada juga "Jalur Utara" melalui kecamatan Elar dan "Jalur Soa"- Kabupaten Ngada.

Setelah berkoordinasi dengan keluarga di sana, mereka merekomendasikan saya untuk memilih "Jalur Soa" Kabupaten Ngada. Awalnya saya berpikir kok melalui "Jalur Soa?" Tapi mereka menyakinkan bahwa itu adalah jalur terbaik.

Sebenarnya "Jalur Soa" cukup sulit. Selain karena kita harus ke arah timur tetapi juga tidak semua ruas jalannya beraspal. Jalan beraspal itu hanya sampai diperbatasan.

Diperbatasan ada sungai yang besar. Sungai Wae Mapar. Sayangnya disini belum ada jembatan. Entah menjadi tanggungjawab siapa. Hanya saja saat musim hujan airnya meluap sangat besar sehingga praktis jalur ini tidak dilalui. 

Untung saat saya lewat musim kemarau. Menurut Johni warga Elar Selatan yang jemput saya di Soa mengatakan jika musim hujan maka tidak bisa disebrangi. 

Saat menyeberangi sungai itu saya pun turun dari kendaraan.  Sementara Johni  mendorong kendaraanya dan berjibaku dengan derasnya sungai Wae Mappar. Beberapa kendaraan yang bersamaan denga kami dari Soa dan dari arah Wukir melakukan hal serupa.

Setelah menyeberangi Sungai Wae Mapar tak secuilpun saya temui jalan beraspal. Yang ada hanya jalan berbatu, berlubang, berlumpur kadang seperti kubangan kerbau, mendaki, menurun terjal. Bahkan melewati areal persawahan petani.

Johni sangat hati-hati mengendarai kendaraannya. "Motor yang kami beli disini paling bertahan hanya dua tahun setelah itu rusak parah. Lihat saja jalan model gini. Bagaimana motor tidak cepat rusak," kisah Johni.

sumber: facebook Ferdi Rondong
sumber: facebook Ferdi Rondong
Saya harus berkali-kali turun dari kendaraan untuk menghindari kecelakaan karena jalannya yang rusak dan terjal serta berbatu. Melalui perjuangan yang berat akhirnya kami tiba.

Penyambutan dan keramahan masyarakat Elar Selatan membuat saya melupakan semua perjuangan  berat dalam perjalanan.

Tiga hari saya berada disana. Ada bersama masyarakat Elar Selatan khususnya di Naga Mese merupakan suatu hal yang mengesankan. Dari mereka saya belajar banyak soal makna kehidupan. Bahwa hidup adalah perjuangan. Hidup dan ada itu lahir karena kerja keras dan tak perlu pasrah pada keadaan.

Saya juga banyak mendengar kisah-kisah mereka. Menurut mereka buruknya akses jalan ke Borong sebagai ibukota kabupaten membuat sebagian intraksi ekonomi dan kesehatan mereka dilakukan di Bajawa-Kabupaten Ngada.

"Kalau sakit parah kami bawa pasien berobat ke Bajawa (Ibukota Kabupaten Ngada), terus kami tandu pasien dari sini sampai ke perbatasan Ngada, dan disana kami menunggu kendaraan dari Kota Bajawa," terang Lasarus salah satu Warga Elar Selatan di Kampung Ndangi.

"Istri saya kemarin saat lahir anak kedua dioperasikan di Ngada," tambah Demus.

Tidak saja soal kesehatan, transaksi ekonomi pun dilakukan di Kabupaten Ngada. Hampir sebagian hasil pertanian masyarakat Elar Selatan dipasarkan di Bajawa-Ibukota Kabupaten Ngada. Kebutuhan sehari-hari beli di Bajawa. Yah akses ke Bajawa jauh lebih muda dan lancar dibandingkan ke Borong, Ibukota Kabupaten Manggarai Timur.

Selain masalah transportasi, telekomunikasi juga menjadi masalah yang perlu perhatian serius dari pihak-pihak terkait. Kita tahu bahwa peran telekomunikasi di era kemajuan iptek saat penting dalam mendukung pembangunan daerah. Selama tiga hari disana, handphone yang saya bawa hanya sebagai hiasan semata, tak ada gunanya.

Berdasarkan data yang saya himpun, tidak semua kampung yang sudah terjangkau sinyal telephon, masih ada kampung-kampung yang tak terjangkau jaringan telekomunikasi. Untuk komunikasi keluar mereka terkadang mencari sinyal hingga tempat yang jauh, bukit dan gunung.

Elar dan Elar Selatan merupakan dua kecamatan yang sangat potensial di Manggarai Timur. Tidak saja disektor pertanian dan perkebunan tetapi juga potensi besar dibidang peternakan. Wilayah ini ibarat "Raksasa" sumber daya alam terbesar di Manggarai Timur.

Kondisi jalan ke Elar Manggarai Timur(sumber: Facebook Ferdi Rondong
Kondisi jalan ke Elar Manggarai Timur(sumber: Facebook Ferdi Rondong
Semoga ke depan akses transporasti dari dan ke ufuk timur bumi congkasae ini semakin maju berkat dengan dukungan semua pihak, baik pemerintah, masyarakat maupun swasta sebagai tiga pilar pembangunan daerah. Dengan demikian dari ufuk timur bumi congkasae ini akan memancarkan terang harapan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun