Mohon tunggu...
Petrus Rabu
Petrus Rabu Mohon Tunggu... Buruh - Buruh

Harapan adalah mimpi dari seorang terjaga _Aristoteles

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

"Raksasa" Terlupakan di Ufuk Timur Bumi Congkasae

17 Desember 2017   01:16 Diperbarui: 17 Desember 2017   19:30 3035
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kondisi jalan menuju Elar-Manggarai Timur saat musim hujan sumber: http://www.floreseditorial.com

Pasalnya masyarakat dan tokoh masyarakat sudah sekian tahun keluhkan minimnya perhatian pemda setempat untuk membangun akses jalan dari dan ke kedua kecamatan itu.

sumber foto: Facebook Ferdi Rondong
sumber foto: Facebook Ferdi Rondong
Beberapa waktu yang lalu, media lokal dan nasional menyoroti parahnya jalan dari dan menuju Kecamatan Elar dan Elar Selatan. Namun sorotan itu seperti sorotan kosong. Tanpa makna. Tak ada reaksi apapun dari pihak-pihak terkait. Bahkan kisah buruknya transportasi di Manggrai Timur tersebar di berbagai media cetak dan elektronik. Ibarat "Anjing mengongong kafilah berlalu". Mungkin pemdanya seperti itu.

Berdasarkan data yang saya peroleh akses jalan menuju Elar dan Elar Selatan ini tidak saja tanggungjawab pemda Manggarai Timur tetapi juga ada ruas jalan yang menjadi tanggungjawab provinsi.

Juga beberapa hari terakhir, sejumlah tokoh masyarakat, tokoh agama dan akademisi menuliskan surat terbuka buat Presiden Republik Indonesia, Joko Widodo yang intinya meminta Bapak Presiden turun tangan untuk menangani masalah jalan dan pembangunan infrastruktur lainnya di Kecamatan Elar dan Elar Selatan.  Surat terbuka tersebut menjadi viral di media sosial.

sumber foto: Facebook Ferdi Rondong
sumber foto: Facebook Ferdi Rondong
Tapi apakah persoalan seperti ini harus diselesaikan Presiden? Bukankah itu ranahnya pemerintah setempat? Bukankah ada pemerintah kabupaten dan provinsi? Tapi saya percaya surat terbuka itu sebagai reaksi dan ungkapan isi hati masyarakat Manggarai Timur atas sikap apatis pemerintah daerah, baik kabupaten maupun provinsi.

Medio Oktober 2017, saya sempat pergi ke salah satu kampung di Kecamatan Elar Selatan. Saya benar-benar sulit untuk menentukan jalur mana yang saya pilih. Ada beberapa akses jalan menuju kesana. Ada jalur borong atau masyarakat disana katakan "Jalur Tengah." Ada juga "Jalur Utara" melalui kecamatan Elar dan "Jalur Soa"- Kabupaten Ngada.

Setelah berkoordinasi dengan keluarga di sana, mereka merekomendasikan saya untuk memilih "Jalur Soa" Kabupaten Ngada. Awalnya saya berpikir kok melalui "Jalur Soa?" Tapi mereka menyakinkan bahwa itu adalah jalur terbaik.

Sebenarnya "Jalur Soa" cukup sulit. Selain karena kita harus ke arah timur tetapi juga tidak semua ruas jalannya beraspal. Jalan beraspal itu hanya sampai diperbatasan.

Diperbatasan ada sungai yang besar. Sungai Wae Mapar. Sayangnya disini belum ada jembatan. Entah menjadi tanggungjawab siapa. Hanya saja saat musim hujan airnya meluap sangat besar sehingga praktis jalur ini tidak dilalui. 

Untung saat saya lewat musim kemarau. Menurut Johni warga Elar Selatan yang jemput saya di Soa mengatakan jika musim hujan maka tidak bisa disebrangi. 

Saat menyeberangi sungai itu saya pun turun dari kendaraan.  Sementara Johni  mendorong kendaraanya dan berjibaku dengan derasnya sungai Wae Mappar. Beberapa kendaraan yang bersamaan denga kami dari Soa dan dari arah Wukir melakukan hal serupa.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun