Mohon tunggu...
Petrruk Ganteng
Petrruk Ganteng Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Suka menulis dan membaca

Saya seorang blogger yang suka menulis dan konten kreator yang suka mengulik media sosial

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Asal Usul Bangso Batak yang Mencengangkan

2 Juni 2024   16:11 Diperbarui: 2 Juni 2024   16:47 362
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Horas! Salam khas dari batak ini sering terdengar oleh kita bukan? Ok, Sekarang mari kita coba telusuri asal usul Suku Batak, salah satu suku yang paling dikenal di Indonesia, khususnya di wilayah Sumatera Utara. Asal usul Bangso Batak cukup rumit untuk ditelusuri karena minimnya catatan sejarah dan situs peninggalan. Namun, beberapa legenda dan prasasti memberikan gambaran yang cukup menarik.

Asal Usul Suku Batak dan Sejarahnya

Menurut legenda, Suku Batak berasal dari Pusuk Buhit di daerah Sianjur Mula Mula, sebelah barat Pangururan di tepi Danau Toba. Versi sejarah lainnya menyebutkan bahwa Si Raja Batak, nenek moyang Suku Batak, dan rombongannya berasal dari Thailand ataupun melayu kuno. Mereka menyeberang ke Sumatera melalui Semenanjung Malaysia sebelum akhirnya menetap di Sianjur Mula Mula.

Prasasti Portibi

Sebuah prasasti yang ditemukan di Portibi dan bertanggal tahun 1208, dibaca oleh seorang Profesor dari India, menyebutkan bahwa pada tahun 1024, Kerajaan Cola dari India menyerang Sriwijaya dan menguasai daerah Barus. Kemungkinan besar, Si Raja Batak adalah seorang pejabat atau pejuang Kerajaan Sriwijaya yang melarikan diri dari serangan ini dan menetap di daerah sekitar Danau Toba.

Si Raja Batak dan Generasinya

Si Raja Batak diperkirakan hidup pada awal abad ke-13. Raja Sisingamangaraja XII, yang dianggap sebagai keturunan generasi ke-19 dari Si Raja Batak, wafat pada tahun 1907. Ini menunjukkan bahwa garis keturunan Si Raja Batak sangat panjang dan dihormati oleh masyarakat Batak.

Marga dan Struktur Sosial Batak

Suku Batak memiliki sistem marga yang diwariskan secara turun-temurun melalui garis keturunan laki-laki. Ada sekitar 232 marga dalam masyarakat Batak. Dalam buku "Tarombo Borbor Marsada" disebutkan bahwa Si Raja Batak memiliki tiga anak yaitu Guru Tatea Bulan, Raja Isombaon, dan Toga Laut. Anak-anak inilah yang melanjutkan garis keturunan Si Raja Batak dan menjadi asal mula berbagai marga dalam suku Batak.

Sub Suku Batak

Suku Batak terdiri dari beberapa sub suku yang berbeda, yaitu:

1. Karo

2. Mandailing

3. Simalungun

4. Toba

5. Pakpak

6. Angkola

7. Batak Sibolga (Pesisir)

Walaupun ada kontroversi mengenai penyebutan nama Batak pada beberapa sub suku ini, pada sensus penduduk tahun 2000, pemerintah Indonesia mengklasifikasikan semuanya sebagai bagian dari Suku Batak. Terutama ketika bersatunya pemuda suku batak pada tahun 1928 dengan jong sumateranya di hari sumpah pemuda.

Penyerangan Kerajaan Majapahit

Pada akhir abad ke-12, sekitar tahun 1275, Kerajaan Majapahit menyerang Kerajaan Sriwijaya hingga ke daerah Pane, Haru, Padang Lawas, dan sekitarnya. Serangan ini diperkirakan memaksa Si Raja Batak dan pengikutnya pindah ke pedalaman di sebelah barat Pangururan di tepi Danau Toba, menetap di Sianjur Mula Mula.

Penghormatan Terhadap Leluhur

Suku Batak sangat menghormati leluhur mereka. Hampir semua leluhur marga-marga Batak diberi gelar Raja sebagai bentuk penghormatan. Makam-makam leluhur sering dibangun dengan megah dan didirikan tugu sebagai pengingat silsilah mereka, yang sering kali menghabiskan biaya besar.

 Sistem Marga pada Suku Batak

Suku Batak di Sumatera Utara dikenal dengan sistem marga yang kuat, yang membentuk identitas dan kekerabatan mereka. Ada enam sub-suku Batak, masing-masing dengan marganya sendiri. Sistem marga ini membantu mengidentifikasi hubungan kekeluargaan antar anggota suku yang berasal dari sub-suku yang sama.

Patrilineal dan Tarombo

Orang Batak menganut sistem patrilineal, di mana garis keturunan mengikuti marga sang ayah. Dengan hampir 500 marga yang ada, mengetahui asal-usul seseorang dalam suku Batak menjadi sangat penting. Untuk melacak silsilah, mereka menggunakan Tarombo, yang mencatat garis keturunan hingga ke Si Raja Batak, leluhur pertama mereka.

Bahasa dan Agama Suku Batak

Bahasa Batak terdiri dari berbagai logat sesuai dengan sub-sukunya:

  • Logat Karo biasanya digunakan oleh Batak Karo
  • Pakpak mengggunakan logat Batak Pakpak
  • Sementara batak Simalungun mempunyai logat Simalungun
  • Dan Logat Toba Digunakan oleh Batak Toba, Mandailing dan Angkola

Agama yang dianut oleh Suku Batak bervariasi, tetapi mayoritas menganut agama Kristen Protestan, Katolik, dan Batak Islam. Sebagian kecil masih memegang kepercayaan tradisional Parmalim, meski jumlahnya semakin berkurang seiring perkembangan zaman.

Pentingnya Marga dan Budaya Batak

Mengetahui marga sangat penting bagi orang Batak, karena itu mencerminkan identitas dan asal-usul mereka. Sistem marga dan penggunaan Tarombo membantu menjaga tradisi dan ikatan kekeluargaan yang erat dalam masyarakat Batak. Dengan demikian, mereka tetap terhubung dengan leluhur dan mempertahankan budaya khas bataknya.

Tradisi Suku Batak

Suku Batak dari Sumatera Utara memiliki berbagai tradisi dan budaya yang unik serta kaya makna. Mari kita telusuri beberapa tradisi tersebut dengan lebih mendalam.

1. Mangulosi atau Pemberian Ulos

Mangulosi adalah tradisi memberikan kain ulos, kain tenun khas Batak, oleh hula-hula (orang yang dituakan). Ulos dipercaya memberikan perlindungan dari berbagai kondisi atau semacam doa dan harapan, sehingga diharapkan penerima kain ini mendapatkan perlindungan tersebut.

 2. Tari Tor-tor  

Tari Tor-tor adalah tarian tradisional Batak yang biasa dipentaskan pada upacara adat pernikahan batak, penyambutan tamu dan acara penting lainnya. Tarian ini diiringi alat musik gamelan khas Batak yang disebut Lima Taganing, menciptakan suasana yang penuh semangat dan keakraban.

 3. Merantau atau Mangaranto

Seperti Suku Minangkabau, Suku Batak juga memiliki tradisi merantau. Anak laki-laki yang telah dewasa diharuskan merantau untuk belajar mandiri. Di masa lalu, mereka tidak diperbolehkan kembali sebelum sukses atau mengumpulkan banyak harta.

 4. Syukur atas Hasil Panen (Kenduri)

Kenduri Laut adalah upacara adat yang diadakan oleh Suku Batak di Tapanuli Tengah sebagai ungkapan rasa syukur atas hasil panen setahun. Dilaksanakan di tepi laut pada bulan Oktober, upacara ini berlangsung dari malam hingga siang hari.

 5. Martarombo untuk Menguatkan Tali Persaudaraan

Untuk menjaga tali persaudaraan, orang Batak yang merantau akan melakukan tradisi Martarombo, yaitu mencari dan berkumpul dengan sesama Batak. Mereka biasanya tinggal berdekatan untuk tetap terhubung dan menjaga solidaritas.

Kesimpulan

Tradisi dan kebudayaan Suku Batak mencerminkan nilai-nilai kebersamaan, penghormatan, dan kemandirian. Dengan mengenal tradisi budaya yang dimiliki Suku Batak ini kita lebih memahami kekayaan budaya di indonesia. Setiap tradisi ini tidak hanya mengandung nilai historis tetapi juga memperkuat identitas dan solidaritas komunitas Batak di mana pun mereka berada.

Dengan begitu banyaknya kekayaan budaya ini, tidak heran jika Suku Batak terus menarik perhatian dan rasa hormat dari masyarakat luas. Horas!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun