Kami bangsa Indonesia dengan ini menjatakan kemerdekaan Indonesia.
Hal-hal jang mengenai pemindahan kekoeasaan d.l.l., diselenggarakan dengan tjara seksama dan dalam tempo jang sesingkat-singkatnja.
Djakarta, hari 17 boelan 8 tahoen 1945 Atas nama bangsa Indonesia. Soekarno/Hatta
******
Selepasnya: sorak jingkrak pecah mengudara. Tangis jerit juga lirih: haru akan kepulangan sang ibu bumi-- Indonesia.
Indonesia yang memutus deritanya sendiri: disokong anak-anak yang haus belai kasih juga lindung gagah sebuah negeri.
Selamat kembali pulang, Indonesia; negeri kami. Negeri kita. Negeriku. Jangan pernah kembali pergi lagi. Bahwa sebenar-benarnya, kami: yang saat itu--tanggal 17 bulan yang sama Agustus ke delapan tahun seribu sembilan ratus lebih sudah lama-- masih bahkan belum serupa kecebong, mencintaimu sama besar sama serupa dengan tetua kami yang lebih dulu gelisah malam itu. Menanti kepulangan dari kepergian lama: sebuah Indonesia yang jangan pernah lagi sakit-sakitan.
Kini engkau makin renta usia, inilah doa kami anak-anakmu yang disatukan denyut kecintaan bumi Indonesia:
Semoga Indonesia, tidak pikunlah ingatanmu akan kejayaanmu masa dulu: engkau begitu gagah jaya, begitu ranum menggairahkan, begitu menawan membanggakan.
Semoga Indonesia, tetaplah kokoh kakimu memijak bumi, menegaskan kejayaan dan kekuasaan. Semakin eloklah bumi tempat bertinggal negeri.
Semoga Indonesia, hadirlah selalu dalam denyut juga alir darah setiap anak negeri: agar mereka mengetahui, mereka teramat dicintai dengan hadiah semesta berupa alam seindah ini: dirimu.