Pada awal operasionalnya, Stephen dan Jusmini diharuskan bekerja lebih keras. Mengingat mereka berdua harus membagi fokus pikirannya untuk menjalankan dua unit usahanya. Mulai dari mendatangkan kopi, meracik, hingga mencuci gelas-gelas kopi harus dilakukannya.
Resep dan racikan kopi yang dibuat oleh Stephen ternyata begitu diminati oleh masyarakat di Tanjungpinang. Dari tahun ke tahun jumlah pelanggan mengalami peningkatan dan Stephen mampu mempekerjakan karyawan yang berasal dari warga sekitar. Stephen kemudian mengajarkan cara meracik kopi kepada karyawan yang ikut bekerja dengannya.
Hal ini bisa dilihat ketika karyawannya yang bernama Tri, Hendrik, dan Yana mengolah kopi sebelum disajikan kepada para pelanggan. Ketiga orang ini merupakan salah satu contoh karyawan yang setia mengikuti Stephen dan Jusmini dari sekian banyak karyawan yang dipekerjakan.
Belasan tahun lamanya Tri, Hendrik dan Yana ikut membantu dalam meracik kopi dan melayani pelanggan. Ada pula karyawan yang juga telah mampu membuka usaha kedai kopinya sendiri setelah keluar dari Kedai Kopi Aman.
Melihat hal ini, Stephen tidak kecewa namun justru ia senang karena dengan membuka usaha sendiri, maka mantan pekerjanya itu bisa membantu pemerintah untuk mengurangi jumlah pengangguran.
Hingga kini jumlah pelanggan setia semakin bertambah banyak. Dari pukul 07.00 WIB sampai 23.00 WIB orang-orang berlalu lalang dan keluar masuk kedai kopi sehingga jam kerja karyawan pun juga dibagi menjadi dua shift. Bahkan pada hari sabtu dan minggu kepadatan penikmat kopi di Kedai Kopi Aman bisa melebihi antrian girik sembako bersubsidi.
Dengan secangkir kopi bercita rasa khas Hainan atau jenis minuman lainnya, ternyata para pengunjung tidak akan mengeluarkan "kocek" lebih dari Rp. 10.000,-. Tidak heran jika kedai kopi ini selalu dipadati pengunjung, karena selain nikmat harganya pun sangat ramah di kantong.
Kedai Kopi Aman sebagai Sarana Interaksi dan Integrasi Sosial Masyarakat
Heteroginitas di dalam masyarakat akan berlangsung dengan baik apabila pembauran pada masyarakat itu sendiri bisa berjalan dengan lancar.
Kedai kopi menjadi salah satu sarana efektif untuk menciptkan hal tersebut. Mengingat kedai kopi menjadi tempat bagi berlangsungnya interaksi sosial dan perputaran berbagai arus informasi. Setiap orang yang datang ke Kedai Kopi Aman bebas membicarakan berbagai hal.
Apapun itu dapat dibahas tanpa pretensi, tanpa sekat, tanpa pembatasan. Sambil menikmati kopi dan makanan, para pengunjung bisa "berborak-borak" (berbual-bual) ria membahas masalah politik, ekonomi, hukum, bahkan menggosipkan teman atau tetangga sekitar.
Tidak heran jika pada saat duduk di kedai kopi ini, obrolan dari jumlah seribu rupiah hingga bermilyar rupiah menjadi perbincangan umum yang bisa diperdengarkan antara satu sama lain.