Trotoar  adalah ruang relasi sosial itu sendiri. Di trotoar lah si A menyapa tetangganya karena papasan di trotoar.
Trotoar pada akhirnya sekali lagi mencerminkan budaya egaliter suatu bangsa. Karena di trotoar seorang pedagang asongan dan seoarng direktur utama perusahaan raksasa lebih dekat tanpa perbedaan status, mereka dekat sebab sama-sama jalan kaki.
Kesimpulannya, Trotoar bukan hanya soal pembamgunan, trotoar kota anda menceritakan diri anda. Jenis manusia dengan pandangan manakah anda dan pemerintah kota anda.
Kota Depok yang minim trotoar, mencerminkan kota Depok kurang memfasilitasi hak asasi warganya.
Semua kota minim Trotoar, saya ingatkan pemerintah kotanya, bahwa anda bukan pemerintah yang baik, karena anda telah mengkebiri banyak hak asasi warga anda terutama  hak asasi, hak aman, hak berada, hak nyaman dan lebih terutama lagi hak anak-anak.
Jangan minimkan trotoar, karena semakin anda meminimkan trotoar, anda meminimkan dignity anda sebagai manusia dengan persamaan hak, alias anda menjadi manusia diskriminatif yang nggak peduli pada hak-hak sipil warganya.
Siapkan trotoar selebar-lebarnya dan sepanjang-panjangnya untuk warga  kota anda. Melihat trotoar kota anda mencerminkan siapa diri anda.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H