Mohon tunggu...
Petra Sembilan
Petra Sembilan Mohon Tunggu... -

terus menulis :\r\nhttp://seputarankotajakarta.blogspot.com

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Dasar Bangsa "Nyontek" Bisa Hebat

20 Agustus 2015   10:38 Diperbarui: 20 Agustus 2015   10:38 273
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Nyontek dalam pengertian yang dilakukan Jepang, Korea, Taiwan dan China adalah nyontek yang membangun bangsa. Semua benda yang berguna dicontek, dicari tahu cara membuatnya, dan dipraktekkan. Meski kualitasnya rendah dan harganya murah tetapi satu hal paling penting adalah "Bangsa Kami Bisa Membuatnya".

Karena kesulitan paling besar adalah "MEMBUAT BARANGNYA" sedangkan berpindah dari kualitas "Rendah" ke "Bagus" hanyalah soal pemilihan atau teknologi bahan. Soal metalurgi saja.

Kembali lagi sedikit kisah, sewaktu mengunjungi sebuah perusahaan BUMN China pembuat alat berat, rombongan kami ditunjukkan dengan sebuah "mesin metal pressing" yang gede banget, menurut Kepala Pabrik yg memandu kami, itu salah satu mesin "oil press" terbesar di dunia, yg dapat menyaingi hanya ada di Jerman. Dan memang di dekat situ ada sebuah "mesin bubut" yang sedang "mengukir" sebuah GIR RAKSASA, dengan diameter kira-kira hampir 10 meter. Saya tanya ke salah seorang insinyur disana, berapa lama membubut sebuah gir itu? Dijawabnya "6 bulan". Membuat sebuah "gir dia 10 meter" yang utuh mestinya memang membutuhkan "mesin kempa/press" luar biasa besar. Di tempat itu ada juga mesin bubut yang sedang membuat as roda atau "moving parts" dari mesin-mesin besar, dimana diameter dari as tersebut bisa mencapai 1 meter, terdiri dari logam utuh. Tenaga sebesar apa digunakan untuk membuat "batang baja" yang kemudian dibubut itu? Mestinya tenaga gede banget. Ya itu menjelaskan mengenai kekuatan "mesin kempa" besar itu.

Dengan bermodalkan semua mesin itu, maka barang mesin atau kendaraan apa yang "tidak dapat dicontek" di China? Nggak ada. Bahkan ketika masuk ke pabrik "pembuat pabrik semen" saya diberitahu oleh insinyur di pabrik itu "Ini komponen utama di pabrik semen, yaitu penghalus/grind semen. Terus terang pabrik semen di CHina sendiri masih memakai mesin grinding dari Jerman. Tapi, kami telah berhasil membuatnya, dan hanya masalah waktu sampai kami bisa meningkatkan kualitasnya sehingga pabrik-pabrik semen mau memakainya. 

Dan kata kawan konsultan kami, memang teknologi pabrik semen China untuk part-part utama masih ketinggalan 50 (lima puluh) tahun di belakang Jerman, tapi secara "total pabrik semen utuh" proporsi mesin komponen (bukan komponen mesin) buatan China yang sudah dipakai mulai meningkat signifikan di pabrik-pabrik semen di seluruh dunia.  

***


Jika China ketinggalan 50 tahun di belakang Jerman untuk mesin utama pabrik tertentu, maka Indonesia ketinggalan 500 tahun. Lho kok bisa? Iya, karena 500 tahun lalu baik di Jerman maupun di Indonesia belum ada mesin industri.

Uraian ini bukan membandingkan antar negara sebenarnya, tetapi sekali lagi soal "nyontek". Jika sejak Indonesia merdeka, kita telah mulai "nyontek" sepeda motor, maka mestinya semua motor di Indonesia buatan Madiun. Jika saat PKI berontak dulu, kita sudah nyontek buat mobil, maka bisa jadi Karawang adalah pusat industri otomotif nasional. Jika kita telah nyontek buat mesin pembangkit listrik, bisa jadi daerah-daerah terpencil punya mesin pembangkit tenaga air buatan Makasar. 

Memang benar saat ini motor dan mobil buatan Bekasi, tetapi itu "100 PERSEN PINDAHAN LOKASI SAJA DARI JEPANG KE BEKASI". sEMENTARA iNDONESIA "tidak pernah nyontek apapun". Yang terjadi dengan "mobil SMK atau mobil listrik Dahlan" keduanya sama-sama "BUKAN NYONTEK" tetapi hanya merakit BARANG CONTEKAN CHINA.

Sebagai anak bangsa saya memimpikan anak-anak kita menjadi "penyontek-penyontek" teknologi yang berhasil membuat sendiri alat-alat yang dibutuhkan.   Pesan kami "HAI ANAK-ANAK JADILAH PENYONTEK YANG BAIK, TIRULAH BARANG BUATAN BANGSA LAIN, DAN BISALAH KAU BUAT SENDIRI ITU. oKE?

Mimpi tinggi kan nggak apa-apa, nggak bayar bro.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun