Dengan mulut yang mengeluarkan aroma 'Cap Tikus"(arak khas Minahasa) Eman bicara blak-blakan.
Intinya ia protes kebijakan managemen dan akan akan menuntut keadilan melalui Depnaker.Namun yang mengawatrikan ialah ,Eman mengancam akan menganiaya saya dan audit yang membongkar masalahnya.
Apakah saya panik dan emosi saat itu? Tidak.
Sembari  melepas senyum saya  mengatakan , "Ok Eman.Saya sudah mendengarkan dan menyimak semua ucapan kamu..Nah,sekarang tiba giliran saya menjelaskan duduk masalahnya.Ok..?", tanya saya sambil melepas senyum.
Ok Pak Pet",jawab Eman dengan aroma wajah yang bermusuhan.
"Begini Saudara Eman.Dua hari sebelum tim audit tiba di Manado,Saya dan kepala Gudang melakukan udit terhadap semu nota penjualan salesman.Apakah ada diantara nota-nota itu berstatus  fiktif . Paham Pak  Eman?".Tanya saya.
"Ya, Saya paham Pak",jawab Eman singkat."Kalau begitu saya lanjutkan. Boleh?", tanya saya ingin tahu. "Ok Pak teruskan",jawab Eman.
"Ternyata semua nota penjualan kamu di Kota Manado benar.Tidak ada satupun yang fiktif' dari 25 nota yang kami audit", ungkap saya.
"Pak Eman, saya dan Pak Andi adalah manusia.Dan menurut manusia Pak Eman salesman yang bersih.Sekali lagi menurut manusia Pak Eman salesman yang bersih", jelas saya ingin mayakinkan Eman.
"Jadi Pak,Mengapa sampai ada nota fiktif saya",Eman tiba-tiba memotong pembicaraan.Ingin segera tahu penjelasan saya.
"Menurut Pak Eman, yang memberitahu saya dan audit dosa Pak Eman pada toko itu Tuhan atau manusia ?", tanya saya dengan nada membantah. "Jelas Tuhan, jawab saya. Karena menurut manusia (saya dan Pak Andi) mengatakan "Nota-nota penjualan Pak Eman bersih.tak ada yang  fiktif. Sampai di sini kesadaran Pak Eman tersentuh.