Diklat Wawasan Kebhinekaan Global yang kami ikuti menjadi pengalaman berharga dan penuh warna dalam memperluas pandangan kami tentang keberagaman dan harmoni. Diklat ini dilaksanakan di gedung A21 Universitas Negeri Malang pada tanggal 30 Desember 2024 dan dibina oleh Bapak Ibu Dosen Dr. Iriaji, M.Pd. dan Dra. E.W. Suprihatin Dyah Pratamawati, M.Pd., yang kami panggil dengan sebutan "Kakak" selama kegiatan berlangsung. Kesepakatan ini, yang ditentukan di awal diklat, menciptakan suasana santai dan menyenangkan. Namun, ada konsekuensi unik bagi kami yang lupa memanggil mereka "Kakak". Jika terjadi, sanksinya adalah bernyanyi dan berjoget di depan teman-teman. Sanksi ini bukan hanya untuk menghukum, tetapi juga menciptakan tawa dan keakraban di antara kami.
Pre-Test
Kegiatan dimulai dengan pre-test untuk mengukur pemahaman awal kami tentang wawasan kebhinekaan global. Suasana sedikit tegang, tetapi antusiasme kami tetap tinggi. Bapak Ibu dosen menjelaskan tujuan dari diklat ini dengan penuh semangat, memotivasi kami untuk terbuka terhadap pengalaman baru.
Materi 1: Dunia yang Berwarna
Materi pertama membawa kami pada sebuah perjalanan visual yang memukau. Kami menyaksikan video "Wonderland Indonesia" karya Alffy Rev. Video ini memperlihatkan keindahan dan keberagaman Indonesia melalui musik dan visual yang memukau. Kami diajak merenungkan betapa kayanya budaya dan alam Indonesia, sekaligus menyadari bahwa keberagaman ini adalah kekuatan yang harus dijaga.
Materi 2: Indonesia yang Harmoni
Pada sesi ini, kami melakukan aktivitas interaktif yang menyenangkan. Setiap mahasiswa diberi sticky note berwarna yang harus ditempel sesuai ciri fisik masing-masing, seperti warna kulit, jenis rambut, atau bentuk hidung. Aktivitas ini mengajarkan kami untuk menghargai perbedaan yang ada di antara kita dan melihat keberagaman sebagai sesuatu yang indah.
Materi 3: Damai Dimulai dari Diri
Dalam sesi ini, kami diajak merefleksikan diri. Kami diminta untuk menerima kekurangan yang ada dalam diri kami dan belajar bersyukur atas kelebihan yang dimiliki. Ibu dosen dengan lembut memandu kami melalui proses ini, mengingatkan bahwa perdamaian dunia dimulai dari individu yang damai dengan dirinya sendiri.
Materi 4: Sekolahku Bhineka
Sesi ini adalah salah satu yang paling seru. Kami dibagi menjadi tiga kelompok dan diminta untuk memerankan drama tentang perbedaan dan toleransi. Setiap kelompok dengan kreatif memvisualisasikan cerita tentang pentingnya menghormati perbedaan. Gelak tawa dan tepuk tangan sering terdengar, tetapi di balik keriangan itu, pesan moral tentang toleransi begitu kuat disampaikan.
Materi 5: Sekolahku yang Damai
Pada sesi terakhir, kami bermain game papan risiko. Dalam permainan ini, ada tiga jenis kartu: kartu ancaman (merah), kartu kerentanan (kuning), dan kartu kapasitas (hijau). Kami belajar menghitung risiko dengan rumus sederhana: Risiko = Ancaman x Kerentanan : Kapasitas. Permainan ini mengajarkan kami untuk memahami bagaimana ancaman dan kerentanan dapat dikelola dengan meningkatkan kapasitas individu maupun kelompok untuk menciptakan lingkungan yang damai.
Penutup: Post-Test dan Refleksi
Diklat ditutup dengan post-test untuk mengukur peningkatan pemahaman kami setelah mengikuti rangkaian kegiatan. Bapak dosen kemudian memimpin sesi refleksi, di mana kami berbagi pengalaman dan wawasan yang kami dapatkan. Kami merasa lebih kaya secara pengetahuan dan lebih siap menjadi agen toleransi di lingkungan kami masing-masing. Kegiatan diakhiri dengan foto bersama.
Diklat ini bukan hanya sebuah pelatihan, tetapi juga sebuah perjalanan mendalam untuk mengenali dan merayakan keberagaman. Kami belajar bahwa kebhinekaan bukan hanya tentang menerima perbedaan, tetapi juga tentang merangkul dan merawatnya dengan cinta dan pengertian.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H