Mohon tunggu...
Allida Amitaf
Allida Amitaf Mohon Tunggu... wiraswasta -

A big fan of Paulo Coelho books

Selanjutnya

Tutup

Travel Story

Secuil surga Queenstown, New Zealand

11 Juni 2014   01:36 Diperbarui: 20 Juni 2015   04:19 262
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption id="attachment_328306" align="alignleft" width="538" caption="Pusat kota Queenstown & Danau Wakatipu dilihat dari Skyline (dok.pribadi)"][/caption]


Sekitar 15 menit sebelum mendarat di Queenstown, saya dan keluarga sudah dibuat terkesima dengan sambutan pemandangan dari jendela pesawat. Panjangnya pegunungan nan hijau berlekuk-lekuk yang begitu baru di mata kami, dengan cerahnya warna biru laut dan danau yang terhampar menghiasi kota tersebut menjatuhkan rahang saya berkali-kali. Dengan sadar dan tidak, semuanya kompak menyuarakan "Waahh..."


Begitu pula selama 3 hari - 2 malam kedepan, tidak henti-hentinya Queenstown memberikan kejutan dari setiap sudut kotanya.


[caption id="attachment_328342" align="alignleft" width="554" caption="Selain peternakan, danau dan pegunungan adalah pemandangan yang sangat mudah didapatkan di area pinggiran Queenstown. (dok.pribadi)"]

14023957361646987045
14023957361646987045
[/caption]


Queenstown dikenal sebagai kota peristirahatan sekaligus adventure yang banyak dikunjungi oleh wisatawan dari seluruh dunia. Untuk menikmati keindahan Queenstown dari berbagai sudut dan sensasi yang berbeda, kota ini memiliki atraksi terlengkap, dari Parasailing, Bungy, Diving, Cruise, Helicopter scenic flight, Kayak, Canoe, Luge, Gondola dan yang paling terkenal adalah Ski pada musim salju. Tidak hanya itu, masih ada ratusan kegiatan lainnya yang bisa dilakukan, termasuk diantaranya, Queenstown Cemetery masuk kedalam peringkat atraksi terpopuler, yap betul, kuburan!!

Hari pertama kami habiskan dengan mengunjungi puncak salah satu bukit menggunakan gondola yang cukup panjang. Sepanjang perjalanan menuju keatas, ada pemandangan yang cukup berbeda disamping panorama kota dan Danau Wakatipu, yaitu  ada kambing-kambing gunung yang juga ikut mendaki di sepanjang bukit, terlihat dari jendela gondola yang kami naiki.

Sesampainya diatas, dengan semangat kami menaiki Luge, Sled yang bergerak dengan gaya gravitasi menuruni track yang berkelok-kelok menuruni bukit.


[caption id="attachment_328359" align="alignleft" width="560" caption="Track Luge (Photo courtesy by Wildeyeview.com)"]

14023972801612046135
14023972801612046135
[/caption]

Di hari kedua kami mengunjungi Walterpeak Farm, sebuah peternakan di seberang danau yang kami tempuh menggunakan kapal tua. Setidaknya buat saya pribadi, keindahan yang dilihat dari waktu ke waktu, Subhanallah semakin indah saja, seperti mimpi di dunia dongeng.


Di Walterpeak Farm, tentu saja ada banyak binatang ternak dari Domba, Llama, Sapi, Kerbau yang hidup di rerumputan yang sangat luas. Rasanya ikut bahagia melihat binatang-binatang ini hidup di tempat yang sesuai dengan habitat aslinya. Bahkan lebih indah dari tempat tinggal kebanyakan manusia, hehehhe


[caption id="attachment_328361" align="alignleft" width="609" caption="Walterpeak Farm (dok. pribadi)"]

14023980091227138836
14023980091227138836
[/caption]


Saya rasa orang Indonesia manapun yang senang travelling atau pernah mengunjungi negara lain tidak akan luput dari pikiran yang terus menerus muncul dan bertanya "Kapan ya Indonesia bisa kaya begini?". Menurut saya, letak perbedaan alam Indonesia dan negara lain bukan pada kekayaan atau variasi alamiahnya. Tentu saja, kita semua sering mendengar bahwa Indonesia adalah negara yang kaya dan indah, tapi kenyataannya keindahan tersebut tidak mudah dinikmati. Perbedaannya ada pada: akses menuju lokasi, pemeliharaan setiap titik tempat wisata, kontrol pembangunan dan estetika segala macam bentuk yang didirikan.


Tempat-tempat yang cukup populer didatangi turis mancanegara  seperti Labuan Bajo, Karimun Jawa, Bunaken, Derawan sangat sulit diakses. Diantaranya transportasi yang terbatas dan kurang nyaman, sedikitnya penginapan yang proper, jarangnya ada jasa yang menyediakan fasilitas atau atraksi yang menarik, dan lemahnya tingkat keamanan hanya sebagian alasan yang membuat turis lokal enggan untuk berlibur di dalam negeri. Ironisnya, biaya yang diperlukan untuk berlibur di dalam negeri seringkali lebih mahal daripada berlibur ke luar.


Meskipun demikian, nampaknya sedikit demi sedikit arah perbaikan di sektor pariwisata lokal sudah cukup maju. Jika hal-hal yang bersifat pembangunan, lebih banyak kita gantungkan pada pemerintah, maka hal terkecil yang bisa kita lakukan adalah dengan tidak merusak apalagi mengeksploitasi alam yang kita miliki. Sama dengan keindahan Queenstown yang baru saja saya shared, tidak terlepas dari partisipasi setiap individu penduduknya untuk bahkan tidak sekalipun membuang sampah sembarangan. Cliche, but that's a fact.


Cheers


FA

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun