Saat itu garnisun kota Batavia diserang penuh selama sebulan penuh, selama Agustus, menyebabkan komando Mataram percaya dapat merebut Batavia. Serangan melalui Redoute Hollandia (sebuah bangunan pertahanan kecil yang memiliki bentuk seperti menara) yang dihuni oleh Sersan Madelijn bersama dengan 24 serdadunya beserta dua artileri tempur penuh, berupaya menahan gempuran dari pasukan Mataram.Â
Puncaknya malam 21 dan 22 September,gempuran dari Mataram begitu massif sehingga pihak VOC kehabisan amunisi untuk menahan gempuran tersebut. Kemudian terceletuk ide gila dari Sersan Madelijn, Ia menginstruksikan kepada anak buahnya supaya pergi ke ruang serdadu untuk membawa beberapa karung yang diisi penuh oleh tahi. Merasa sudah putus asa, karena pasukan dari kubu Mataram dapat mendekati benteng pertahanan, akhirnya pasukan Madelijn melemparkan karung berisi tahi kepada pasukan Mataram yang merangkap mendekati benteng pertahanan.Â
Ide dari Sersan Madelijn sepertinya berhasil diterapkan yang menyebabkan pasukan dari Sultan lari dari tembok pertahanan dengan ucapan "O, Seytang orang Hollanda de Bakkalay samma tay". Jika diterjemahkan menjadi Setan orang Belanda berperang menggunakan tahi. Pasukan kubu Sultan Agung kemudian mundur hingga daerah pedalam Batavia, sehingga penyerangan terhadap VOC di Batavia mengalami kegagalan.Â
Melalui jalannya peperangan yang begitu aneh, pasukan Mataram memberikan istilah terhadap Redoute Hollandia sebagai "Kota Tahi". Periode kedepannya, orang Jawa memiliki istilah khusus untuk menggambarkan Batavia yang terbagi menjadi dua kota, yakni kota Intan dan kota Tahi. Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H