Mohon tunggu...
Aditya Permana Agung
Aditya Permana Agung Mohon Tunggu... Mahasiswa - Universitas Mercu Buana/ NIM: 43122010009/Fakultas Ekonomi dan Bisnis/Prodi Manajemen/Dosen Pengampu: Apollo, Prof. Dr, M.Si.Ak

Memiliki kepribadian yang perfeksionis dalam pekerjaan.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Etika Jawa Kuna Hubungan Dialektis Jagat Gumelar, Jagat Gumulung, dengan Sadulur Papat Lima Pancer

6 April 2023   22:01 Diperbarui: 7 April 2023   00:53 407
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ada sebuah filsafat hidup yang digunakan pada masyarakat Jawa pada masa lampau untuk menjadi pedoman dan pandangan dunia yaitu etika Jawa Kuna yang mencakup berbagai aspek kehidupan, termasuk hubungan antara manusia dengan alam semesta.

Di dalam etika Jawa Kuna, terdapat hubungan yang saling mempengaruhi dan menentukan antara dua hal yang berbeda namun saling berkaitan antara Jagat Gumelar dan Jagat Gumulung. Jagat Gumelar adalah Buwono Agung (Makrokosmos) yang berisi tentang alam semesta. Sementara itu, Jagat Gemulung adalah Buwono Alit (Mikrokosmos) yang berisi tentang manusia.

Tatanan Makrokosmos Jagat Gumelar berdasarkan dimensi ruang waktu

  • Pasaran Legi (Timur) bersimbol udara melambangkan fleksibilitas
  • Pasaran Pon (Barat) bersimbol air melambangkan  kasih sayang
  • Pahing (Selatan) bersimbol api melambangkan semangat
  • Wage (Utara) bersimbol tanah melambangkan kokoh dan;
  • Kliwon (Tengah/Pusat).

Apollo. (2022). Modul 08 Kajian Filsafat Mental Jawa Kuna. Jakarta: Universitas Mercu Buana
Apollo. (2022). Modul 08 Kajian Filsafat Mental Jawa Kuna. Jakarta: Universitas Mercu Buana

Tatanan Makrokosmos Jagat Gumelar berdasarkan metafora jiwa

  • Timur: Menjadi warna putih yang menggambarkan suka kekayaan, materi, properti dan kepemilikan, suka wanita, lupa asal usul, egoisme.
  • Barat: Menjadi warna kuning yang menggambarkan suka metafisika, benda pusaka, makhluk gaib.
  • Selatan: Menjadi warna merah melambangkan suka mencari ribut, bersifat antagonis, tidak harmonis.
  • Utara: Menjadi warna hitam melambangkan suka makan, megkritik dan mencari kesalahan orang lain.

Tatanan Mikrokosmos Jagat Gemulung berdasarkan Metafora Jiwa: Tubuh, Jiwa, dan Simbol

  • Lobang Hidung (Timur); menjadi warna putih; sukma purba, dihuni oleh Batara Bayu; atau teks SundaWiwitan Sang Hyang Wening_Wisnu
  • Telinga (Barat), warna kuning: dihuni batara Sambu atau teks Sunda Wiwian Sang Hyang Wenang_ Brahma
  • Bibir dan Mulut (Selatan), sukma wasesa, berwarna merah suka rebut berantam dan konflik dihuni oleh Batara Brahma atauteks Sunda Wiwitan Sang Hyang Guring Tunggal_Sang Hyang Guru Siwa:
  • Mata (Utara).warna hitam, sukmanya langgeng, dihuni oleh Batara Sriten, atau teks Sunda Wiwitan Sang Hyang Tunggal_Mandala Agung:

Dengan 4 pancer ini memungkinkan dipahami menjadi Kenyataan jika dibantu oleh unsur ke 5 yakni "Sang Hyang Batara Kala" atau"Waktu"

Konsep Sadulur Papat Lima Pancer juga terkait erat dengan Etika Jawa Kuna. Sadulur Papat Lima Pancer adalah konsep kekerabatan yang dianut oleh masyarakat Jawa Kuno, terdiri dari lima hal sebagai berikut.

  • Kakang kawah yang berarti air ketuban yang menyelemuti kita saat proses lahirnya kita ke dunia. Masyarakat kejawen menyebutnya dengan kakang kawah atau saudara lebih tua sebab keluar terlebih dahulu;
  • Adi ari-ari atau ari-ari yang berarti plasenta yang keluar bersamaan dengan bayi sesudah lahir;
  • Getih atau darah yang berarti darah sebagai komponen esensial yang ada pada tubuh bayi. Dan bayi juga diselimuti saat dalam kandungan;
  • Puser atau pusar yang berarti tali plasenta yang menghubungkan antara ibu dengan anak. Bayi mendapat nutrisi dari ibunya melalui tali plasenta ini;
  • Pancer adalah tubuh kita sebagai pusat kehidupan.

Setelah lahirnya bayi ke dunia atas kehendak Allah SWT, biasanya masyarakat kejawen mendoakan semua unsur-unsur pejaga yang tidak nampak ini (kakang kawah, adi ari-ari, getih dan puser).

Konsep ini mengacu pada lima kelompok kekerabatan yang saling terkait dan saling membutuhkan, yaitu Pancer, Tumenggung, Wedana, Wirasaba, dan Waranggana.

Pancer, Tumenggung, Wedana, Wirasaba, dan Waranggana adalah gelar yang digunakan pada masa kerajaan Jawa. Pancer adalah gelar yang diberikan kepada pejabat yang bertugas sebagai kepala desa atau kepala dusun. Tumenggung adalah gelar yang diberikan kepada pejabat yang bertugas sebagai kepala keamanan. Wedana adalah gelar yang diberikan kepada pejabat yang bertugas sebagai kepala wilayah. Wirasaba adalah gelar yang diberikan kepada pejabat yang bertugas sebagai kepala militer. Waranggana adalah gelar yang diberikan kepada pejabat yang bertugas sebagai kepala keuangan.

Setiap kelompok memiliki peran dan tanggung jawabnya masing-masing dalam menjaga keharmonisan masyarakat. Misalnya, kelompok Pancer bertanggung jawab atas keamanan dan pertahanan masyarakat, sedangkan kelompok Wirasaba bertanggung jawab atas kesehatan masyarakat.

Dalam konsep Sadulur Papat Lima Pancer, pentingnya hubungan sosial dan kebersamaan dianggap sebagai salah satu kunci utama dalam menciptakan kehidupan yang harmonis dan sejahtera. Oleh karena itu, etika Jawa Kuna dan konsep Sadulur Papat Lima Pancer saling melengkapi dan saling mendukung dalam menciptakan kehidupan yang seimbang dan harmonis.

Dalam menjalankan etika Jawa Kuna dan konsep Sadulur Papat Lima Pancer, diperlukan kesadaran dan kepekaan manusia terhadap lingkungan sekitarnya. Manusia perlu memahami bahwa kehidupan yang harmonis tidak hanya ditentukan oleh tindakan individu, namun juga dipengaruhi oleh tindakan kolektif dari seluruh masyarakat.

Dalam konteks yang lebih luas, Etika Jawa Kuna dan konsep Sadulur Papat Lima Pancer mengajarkan pentingnya menjaga keseimbangan dan keharmonisan dalam kehidupan manusia. Dalam era modern yang serba cepat dan serba kompleks, nilai-nilai ini tetap relevan dan penting untuk dipegang dan diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.

Sumber:

Apollo. (2022). Modul 08 Kajian Filsafat Mental Jawa Kuna. Jakarta: Universitas Mercu Buana.

Wijaya, K. (2016). Sedulur Papat Limo Pancer -- Siapakah Kakang Kawah Adi Ari Ari. URL: https://kibaguswijaya.com/sedulur-papat-limo-pancer.html

https://www.youtube.com/watch?v=v1vgBhQKOvw&ab_channel=SuryaKKS

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun