Balon yang dikejar Reyna itu, terbang di tepi jalan. Tapi di Ikatan Cinta, balon dibuat terbang jauh dari jalan raya, kemudian Reyna yang digambarkan berusia 5 tahun mengejarnya hingga merayap di pipa yang tinggi dan membahayakan.
Normalkah?
Penulis pernah punya anak juga seusia Reyna. Ketika suatu ketika mainannya terbang tidak nekad mengejar. Dia hanya menangis meminta bantuan.
Sementara Reyna, digambarkan menaiki pipa irigasi itu tanpa rasa takut.
Padahal karakter Reyna selama ini digambatkan penakut, mudah menangis.
Sepertinya, kesan dan emosi penonton akan tergugah jika Reyna dipertemukan dengan Aldebaran dan Andin ketika mereka ada dala scene bersama, di masjid.
Yang lebih tidak kena, setelah di rumah, Aldebaran dan Andin, seucap pun tidak memberikan edukasi kepada publik lewat “ceramah” ke Reyna, bahwa, misalnya, jika berpisah dengan orang tua, jangan berpindah dari tempat terakhir, jangan menaiki mobil orang, dan segera mendatangi satpam, polisi atau tempat informasi.
Ini tidak dilakukan Aldebaran dan Andin. Padahal, apa yang dilakukan Reyna itu salah, keliru!
Hasilnya, ya kita, publik tidak mendapatkan apa-apa dari alur Reyna hilang berhari-hari tersebut.
Padahal, menurut “hukum” sebuah karya, karya seperti drama atau sinetron itu harus menyenangkan dan berguna –jika ingin disebut baik. ***
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H