"Sore, Dok, maaf mengganggu, saya Rani. Saya ingin telekonsultasi, Dok."
"Baik, Bu Rani, ada yang bisa saya bantu ?"
"Saya dan suami mau konsultasi sebentar tentang anak kami, Dokter ada waktu ?"
"Baik, silakan."
"Izin, Dok, saya bercerita tentang Tom, anak tertua kami. Saya dan suami saya Andrew, kewalahan menghadapi Tom yang sekarang berusia 10 tahun."Â
"Masalahnya apa, Ibu dan Bapak ?"
"Tom kok tiba-tiba berubah seratus delapan puluh derajat, Dok ? Anak kecil manis kami seketika menjadi remaja yang bahkan jadi asing bagi kami. Tom yang sebelumnya begitu sopan sekarang malah suka gangguin anak-anak perempuan, teman sekelasnya. Bahkan ada anak yang sampe nangis digodain. Yang bikin juengkel, Dok, tiap sebentar datang laporan dari sekolah, 'Tom buat tingkah lagi'. Entah mau diapain ni anak. Huh!"
"Waduh, Bu Rani, jangan diapa-apain, ha ha ha. Bersyukur dulu, Bu....."
"Bersyukur, Dok ? Dokter serius ? Bersyukur karena Tom jadi nakal ?"
"Tentu bukan karena Tom jadi nakal, Bu Rani dan Pak Andrew, tetapi karena orientasi seksual Tom normal. Kebayang nggak, Bapak dan Ibu, kalo nyang digoda itu sesama remaja pria. Apa nggak 'ruru', rumit 'n runyam ?"
"Benar juga ya, Dok. But.... so how gitu loh ?"
"Nah, gitu dong, Bu. So how-nya itu nyang important! Justru itu yang sangat perlu kita diskusikan."
"Pak Andrew dan Bu Rani, saya mengajak Anda berdua sebagai ortu muda, membayangkan bahwa pada saat anak-anak memasuki masa remaja atau pubertas, mereka mengalami perubahan fisik dan berbagai aspek dalam perjalanan menuju dewasa. Jadi masa remaja adalah 'jembatan emas' menuju kedewasaan. Namun menapaki jembatan emas itu, tidak mudah, bahkan ibarat 'menaiki roller coaster', serba tak terduga ! Tentu ada rasa tegang tapi juga asyik, sarat tanjakan dan penurunan curam, banyak tikungan dan belokan tajam, putar balik secepat kilat."
"But, kami 'kan pernah juga 'naik roller coaster' itu, Dok. Kok nggak gini-gini amat ? Ha ha ha."
"The answer is simple, Mr. Andrew. Tentu saja setiap orang tua pasti pernah menaiki roller coaster masa remaja. Namun masalahnya, pengalaman dan perasaan di saat menaiki roller coaster itu tidaklah sama. Dan bukan hanya itu, interpretasi tentang semua yang dialami juga nggak mungkin sama."
"Benar juga ya."
"Nah, setelah kita mencapai kesepakatan tentang ini, saya mengajak Anda berdua mencermati sejumlah fakta ilmiah tentang 'pengalaman, perasaan serta interpretasi' menaiki roller coaster itu, khususnya terkait isu seksualitas yang kini dihadapi Tom."
"Sejatinya perkembangan seksualitas seorang manusia dimulai sejak awal keberadaannya di dalam rahim ibu, bahkan sejak sel sperma membuahi sel telur. Perkembangan ini terus berlanjut hingga masa bayi, masa kanak-kanak, masa remaja dalam bentuk pubertas, masa dewasa hingga masa tua dan terhenti saat seseorang meninggal."
"Nah, saya ingin menanggapi pernyataan Bu Rani tadi, 'Tom kok tiba-tiba berubah seratus delapan puluh derajat ?' The answer is, because sejak masa janin hingga bayi, manusia tidak memiliki kesadaran tentang jender. Barulah sejak usia 3 tahun, seorang anak menyadari bahwa 'saya anak laki-laki dan kamu perempuan'. Sejak usia 3 tahun itu seorang anak mulai sadar tentang seksualitas dalam bentuk identitas dan peran jender."
"Dan perkembangan seksualitas itu 'menanjak' tajam saat remaja, Dok?"
"Tepat, Pak Andrew. Masa remaja adalah fase transisi di mana perkembangan utama seksualitas terjadi. Bisa dikatakan juga, masa remaja merupakan tonggak utama perkembangan seksualitas !"
"Dan..... Tom sedang mulai menapaki masa ini, mulai menaiki roller coasternya......!"
"Yes, Madam ! Tugas Anda berdua adalah mendampingi dengan upaya sebaik mungkin."
"Dalam kebingungan, Dok, ha ha ha."
"Saat ini saya ingin tertawa terbahak-bahak, Bu, tapi entah menertawakan siapa. Yang pasti, tidak etis kalau saya menertawakan Anda berdua karena....... banyak pasangan juga pernah bingung kayak Bapak dan ibu, bahkan saya dan istri, ha ha ha." Â
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI