Bagaimana tidak, misalnya saja ketika ada seseorang menyatakan "gue suka banget sama buah apel", lalu ada saja orang lain yang membalasnya dengan, " berarti lu gak suka mangga, dong?".Â
Di keseharian kita, mungkin saja sering terjadi kesalahan interpretasi seperti ini. Namun, permasalahan tersebut biasanya selesai beberapa saat kemudian. Bayangkan jika hal tersebut terjadi di dunia maya, kesalahan itu menyebar cepat ke orang-orang yang tidak kita kenal, dan viral.
Banyak kejadian, suatu kebodohan yang viral, kadang setelah ditelusuri merupakan kebodohan yang menyebarkannya. Itu terjadi karena dia tidak mengkonfirmasi dan langsung menyebarkan pandangan dia sebagai fakta. Ya, fakta yang tidak lengkap. Dan akhirnya muncul kebodohan-kebodohan lainnya.
Kita bisa bayangkan apa dampaknya jika itu merupakan sebuah isu yang dimainkan elit politik.
Ketimpangan ekonomi, minimnya literasi, kebodohan masyarakat, bejatnya para politisi, ketidakpastian hukum, adalah permasalahan serius dalam memasuki era digital. Dampaknya akan sangat buruk pada tatanan sosial di negeri ini. Masyarakat akan sangat rentan terhadap isu dan mudah tersulut emosi sehingga mudah terjadi konflik. Konflik yang awalnya hanya terjadi di dunia maya, pada akhirnya terbawa ke kehidupan nyata.
Keluguan masyarakat dalam menghadapi era digital ini, ditambah permainan elit, tanpa masyarakat sadari, telah mengakibatkan masyarakat menjadi terkotak-kotak berdasarkan kesamaan identitas. Entah itu pribumi atau non-pribumi. Entah itu islam atau non-islam, entah itu ormas A atau ormas B, dan lain sebagainya.Â
Ketika masyarakat sudah terkotak-kotak, konflik pun semakin mudah disulut oleh elit politik. Sudah seperti sengaja dirancang, dengan menjalankan strategi tersebut, maka akan lebih mudah memihak pada kelompok yang mana nantinya. Dan konflik itu sendiri juga membuat masyarakat lupa untuk mengawal jalannya pemerintah terpilih.
Susah jika kita mengharapkan perubahan dari para politisi. Yang memungkinkan, masing-masing dari kita lah yang merubahnya. Dengan memulai untuk lebih bijak lagi dalam menggunakan media sosial dengan selalu melihat dari berbagai sudut pandang mengenai suatu isu. Atau setidaknya, berhenti untuk ikut-ikutan berkomentar dan menyebarkan kembali suatu isu yang kiranya dapat memperkeruh suasana. Juga berusaha untuk melihat lebih dalam suatu isu, apakah itu hanya merupakan permainan para elit politik semata atau bukan.
Selain itu, bisa dengan mencari kesibukan lain dalam menghabiskan waktu luang, seperti perbanyak berolah raga, membaca buku, atau menjalankan hobinya masing-masing. Bukan berarti untuk bersikap apatis terhadap pemerintahan, namun agar kita tidak mudah dipermainkan isu-isu yang dimainkan elit politik.
Arsip: permadisatya.wordpress.com
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H