Mohon tunggu...
Muhamad Adib
Muhamad Adib Mohon Tunggu... Buruh - Wong Alas

Jadikan masyarakat desa hutan,nafas Pembangunan Indonesia

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Waktuku Menyala dan Redup

2 Februari 2021   14:45 Diperbarui: 2 Februari 2021   14:53 160
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Waktuku menyala. 

Aku selalu berusaha menjadi surya, 

yang sinarnya memberi kehidupan bagi makhluk Tuhan tanpa pilih warna. 

Aku mendatangimu yang tak berani datang kepadaku, 

aku menyapamu yang tak berani menatap mukaku, 

aku tetap menjadi diriku yang tak terikat dengan pangkat dan kedudukanku. 

Meskipun aku lebih berumur, 

aku tetap sahabat dan saudara tuamu.

Waktu ku redup. 

Aku tetap berusaha menjadi surya 

yang membuat senja menjadi panorama. 

Meskipun keindahan itu hanya sebentar saja.. 

Dan ketika aku mendatangimu, 

aku tak hendak meminta apapun darimu. 

Aku hanya ingin kembali menyapamu, 

aku rindu kepadamu sebagai sahabat dan saudaraku yang masih muda dan menyala, 

karena bagiku bertemu dan melihatmu seperti dulu membuatku menjadi tahu 

bahwa aku yang sudah tua ini masih hidup. 

Percayalah.... aku tak akan meminta apapun darimu.

Waktuku memang sudah meredup. 

Dan sebelum malam menjemput, 

aku ingin menemanimu menghabiskan secangkir teh hangat setengah manis itu 

sambil bercerita tentang mata air yang  ahir- ahir ini sudah tidak mengalir lagi. 

Aku masih cukup kuat untuk menemanimu menanam, 

dan aku hanya ingin tanaman yang kutanam itu dapat engkau jaga dan pelihara 

agar kelak cucu-cucuku bisa melihat air jernih yang mengalir dari mata air 

dan engkau ceritakan kepada cucu-cucuku 

bahwa aku yang sudah sangat tua yang telah menanam pohon pohon di sekeliling mata air itu 

bersamamu.....

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun