Mohon tunggu...
Muhamad Adib
Muhamad Adib Mohon Tunggu... Buruh - Wong Alas

Jadikan masyarakat desa hutan,nafas Pembangunan Indonesia

Selanjutnya

Tutup

Travel Story

Asa Baru di Jembatan "Asa"

16 Februari 2020   16:12 Diperbarui: 16 Februari 2020   16:27 280
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Empat tahun yang lalu, tepatnya pada 3  april 2016, 80 kepala keluarga di dua  kampong terpencil merasakan kebahagiaan yang tak terkira saat 2 (dua) buah Jembatan yang menghubunkan kampong Kubangan Desa Sokawera dan kampong Rinjing Desa Gununglurah Kecamatan Cilongok Kabupaten Banyumas Jawa Tengah, di resmikan oleh Bupati Banyumas Ir. Achmad Husein. 1 (satu) jembatan panjang 7 meter melintasi kali kecil dan 1 lagi sepanjang 15 meter melintasi sungai mengaji.  Kedua jembatan itu di beri nama Jembatan ASA yang di bangun oleh para relawan dengan dana dari pemirsa SCTV.

dokpri
dokpri
Adanya dua jembatan tersebut, memberikan kemudahan bagi warga kampong Rinjing desa Gununglurah yang semula harus berjalan kaki ketika hendak ke desa, sekarang sudah bisa menggunakan sepeda dan atau sepeda motor. Yang dulu tidak berani keluar kampong ketika  sungai banjir, kini dengan nyaman tetap bisa bepergian meskipun hujan lebat turun dari langit. Demikian pula dengan warga kampong Kubangan Desa Sokawera yang menjadi dimudahkan ketika mengambil rumput dan memanen kapulaga di hutan.

Kebahagiaan warga kampong sepertinya akan segera  hadir kembali dengan hadirnya asa baru di jembatan Asa. Sekelompok warga desa dari komunitas forum silaturrahmi (FORSA) Desa Sokawera Kecamatan Cilongok sedang menginisiasi menjadikan kawasan jembatan Asa menjadi salah satu destinasi wisata baru di lereng Gunung Slamet dengan nama LEMBAH ASA atau Lembah Harapan. Komunitas Forsa dengan slogan "For Better Life" yang di pimpin oleh mas Khafid dan mas Heri bersama puluhan anggotanya dengan semangat kerelewanan dan gotong royong mulai memberikan sentuhan kreatif dan inovatif.

Di atas sungai Mengaji di bangun  sebuah gubug berukuran 5 x 7 meter dengan nama "Gubug Silaturrahmi" yang memiliki banyak fungsi antara lain :

dokpri
dokpri
Tempat  warga berkumpul dan berdiskusi untuk mengembangkan potensi diri, masyarakat dan lingkungan untuk  merubah hidup lebih baik
  • Tempat untuk belajar dan menemukan solusi mengatasi berbagai permasalahan yang di hadapi
  • Tempat untuk bertemu, membangun hubungan baik antar warga, antara warga dengan Pemerintah melalui forum "Juguran Manfaat" setiap hari Jumat Kliwon sore.
  • Bagi anak-anak muda dan atau komunitas (Pelajar, Pramuka, Mahasiswa) gubug silaturrahmi sangat cocok menjadi tempat untuk kegiatan juga  tempat buat nge camp
  • Untuk keluarga yang ingin santai dan menikmati kebersamaan, bisa masak bareng dengan cara tradisional menggunakan tungku batu dan kayu bakar
  • Tempat untuk mengobati kerinduan dengan menikmati nikmatnya makanan yang paling tidak nikmat di masa lalu. Ada menu kulliner namanya "Sega Santri" yaitu nasi yang di masak dengan menggunakan periuk ditambah daun singkong dan gesek (ikan asin) yang dimasak bersamaan di tambah dengan sambel cabe garam plus rempeyek.

Sentuhan kedua adalah membuat pancuran alami dari batang-batang bambu sebagai tempat untuk mandi dan bermain air atau dalam istilah kampong di sebut "Padus dusan". Bermain air di tempat ini di jamin kebersihannya. Karena air yang di pakai adalah air alam yang masih sangat bersih  dan jernih karena terletak di hulu sungai. Bahkan airnya sangat aman dan sehat  untuk di minum.

dokpri
dokpri
Selain kedua sentuhan tersebut, Komunitas Forsa bersama warga setempat sedang berproses   mencipatakan sentuhan-sentuhan indah berikutnya yang di pastikan akan menjadikan Lembah Asa di Jembatan Asa tempat terindah untuk menciptakan kenangan kenangan terindah bagimpara pengunjung.

Lembah Asa kedepan juga akan menjadi tempat  bagi warga untuk mengembangkan berbagai kegiatan ekonomi produktif kewirausahaan social seperti, Kelompok Usaha Perhutanan Sosial (KUPS), Kelompok Ternak Madu Klanceng,Kelompok Ternak Marmut, Kelompok pembudidaya ikan, kelompok Pembudidaya Lalat Tentara Hitam, juga kelompok sadar wisata (Pokdarwis).

dokpri
dokpri
Hal lain yang tak kalah menarik adalah di Lembah Asa ada sebuah tempat yang di sebut "Pangelingan" yakni tempat duduk di batu -- batu besar yang tertata alami dan biasa di gunakan sebagai tempat untuk mendekatkan diri kepada Sang Maha Pencipta. Konon kalau orang berkunjung di Lembah Asa kemudian melakukan ritual mandi di seluruh Pancuran yang ada lalu bersuci dengan mandi besar dan wudhu, kemudian munajat kepada Sang Pencipta di "Pangelingan" Insya Allah dalam hidupnya akan mendapatkan ketenangan lahir bathin, dilancarkan rizkinya dan di jauhkan dari mara bahaya.

dokpri
dokpri
Menuju Lembah Asa

1. Dari arah AJibarang menuju Purwokerto di pertigaan masjid besar Pernasidi ambil arah kiri melalui desa Panembangan, Desa Rancamaya lalu masuk desa Gunung lurah. Dari desa Gununglurah menuju lokasi Lembah Asa jaraknya sekitar 2 km.

2. Dari arah Purwokerto menuju Ajibarang di pertigaan Ketapang ambil kanan masuk desa Jipang, Babakan, Sunyalangu, Sokawera lalu Gununglurah.

Jarak Lembah Asa dari Stasiun Purwokerto hanya 11 km dapat menggunakan mobil pribadi tetapi lebih asyiik menggunakan sepeda atau sepeda motor.

Bagi yang ingin berkunjung dapat menghubungi Mas Khafid (08232281xxxx) Mas Heri (08574104xxxx)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun