Mohon tunggu...
Muhamad Adib
Muhamad Adib Mohon Tunggu... Buruh - Wong Alas

Jadikan masyarakat desa hutan,nafas Pembangunan Indonesia

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Cerita Terbuka untuk "Pak Dhe"

6 Februari 2018   10:36 Diperbarui: 6 Februari 2018   12:31 712
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pak Dhe....

Baru satu tahun sekolah berjalan, asrama yang kami sewa untuk tempat tidur anak laki-laki ambruk Pak Dhe... terpaksa anak-anak tinggal di gudang. Hamper setahun lamanya. Beruntung pada ahir tahun 2012, PGRI Jawa Tengah memberikan Apresiasi  PGRI Award dan bantuan sebesar Rp. 30 juta.Terima kasih Pak Widadi dan PGRI... Uang tersebut kami gunakan untuk perbaikan asrama

Pak Dhe...

Baru 3 (tiga) bulan anak laki-laki nyaman tidur di asrama, cobaan datang lagi. Kali ini asrama anak-anak perempuan juga AMBRUK berantakan. Terpaksa Aula terbuka yang biasa di pakai untuk belajar di jadikan tempat tidur. 4 (empat) bulan kemudian kami beruntung bisa memperbaiki asrama dengan dana bantuan sebesar Rp. 25 juta dari CSR BRI. Terima kasih Pak Muhamad Ali (saat itu Beliau Kadiv SKP) dan Pak Eko Prasetyo (Manager CSR BRI). Tapi ternyata kebahagiaan itu tak berlangsung lama Pak Dhe...

Pada ahir tahun ke empat kami harus pindah tempat. Kami menyewa 3 (tiga) buah rumah di sebuah desa. Satu rumah untuk tempat tinggal anak laki-laki. Satu rumah untuk tinggal anak-anak perempuan dan satu rumah untuk tempat Guru dan kantor. Kegiatan pembelajaran kami laksanakan di GARASI sebelah kantor dan sempar mendapatkan kunjungan dari Gubernur Jawa Tengah Bapak Ganjar Pranowo.

Pak Dhe...

Seperti gunung yang tampak sangat indah jika di pandang dari kejauhan, tetapi banyak jurang, duri dan semak saat kita datang, kebanyakan orang tidak pernah mau tahu apa yang sesungguhnya ada dan terjadi. Kami hanya bertahan satu tahun di tempat yang baru. Rumah yang kami sewa ternyata tidak bisa di lanjut karena di pakai sama pemiliknya. Kami bingung Pak Dhe... tapi Alhamdulillah, Tuhan memberi kami pertolongan. Melalui kebaikan Pak Eko (manager CSR BRI) kami di fasilitasi pelatihan budidaya dan usaha ikan Sidat.

Kami  bersama 40 peserta didik Sekolah Kader Desa Brilian berlatih di Solo. Kami menyewa lahan seluas 1500 meter di desa Singasari Karanglewas Banyumas untuk usaha budidaya ikan sidat. Kami membuat 12 kolam dan gubug kecil yang akhirnya di pakai sebagai tempat tinggal anak-anak laki-laki. Hanya sebuah gubug kecil pak Dhe... dan kemudian kami beruntung di dekat kolam sidat kurang lebih berjarak 500 meter ada sebuah rumah kosong yang kemudian kami sewa untuk tempat tinggal anak-anak perempuan.

Pak Dhe...

Hamper 2,5 tahun sudah sekolah kader desa Brilian ber "Kampus" di tempat usaha budidaya sidat yang kemudian di kenal masyarakat sebagai "KAMPUNG SIDAT". Alhamdulillah pak Dhe, meski sering tidurnya terbangun karena kehujanan, semangat anak-anak untuk tetap dan terus belajar luarrr biasa. Di pinggir -- pinggir kolam, abak-anak menanam sayur sayuran. Hasilnya buat di makan dan sebagian di jual.

Kesulitan menjual hasil budidaya sidat malah menjadi berkah. Sidat kami olah untuk kuliner Pak Dhe.... Ternyata banyak konsumen yang datang. Bahkan mereka ada yang datang dari luar kota. Banyak juga para pejabat pemerintahan yang menjadi pelanggan kulliner sidat kami.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun