Rokok Petani Cabai
Cerpen Yudha Adi Putra
Ryanta menyerah hari ini. Tak ada hal spesial yang bisa dilakukannya. Mendambakan malam tetap saja menjadi rintih penuh harapan. Sedangkan beberapa harapan tetap tertunda untuk diwujudkan. Perjalanan hidup sebagai seorang penjual jeruk terus mengalami penderitaan. Datang dari mana saja, Ryanta tak peduli apa yang menghalangi. Cobaan demi cobaan dihadapi. Hanya satu hal yang membuatnya bertahan. Itu bernama kesempatan.
"Ryanta. Belum pernah kamu coba hal lain selain menjual jeruk? Mungkin ilmu perkuliahanmu bisa dimanfaatkan di situ. Bisa bersama pemuda pada umumnya. Memiliki kesempatan untuk tetap hidup dan berjuang. Pengalaman tetap diperlukan," ujar Haryanto, kawan penjual jeruk yang kini sudah membuka toko.
"Tak perlu. Aku mau menekuni satu jalan. Jalan ini menjadi sunyi sekalipun. Kita akan tetap merasakan kesepian. Pilihan hidup akan menjadi harapan di masa mendatang. Tidak peduli menjadi apa, tapi untuk apa kita bertahan," sahut Ryanta.
Menjadi penjual jeruk memang bukan pilihan. Banyak tindakan diupayakan, tapi hanya itu yang menuai keberhasilan. Senja tiba. Tak ada yang salah untuk mendoakan malam. Memulai kisah baru dalam perjalanan hidup. Itu yang diperjuangkan beberapa pemuda.
"Kalau bisa hidup lebih layak, tentu akan dicoba. Tidak salah, setiap kepentingan itu memerlukan kekuasaan. Ia bisa berdampak dalam hidup. Menciptakan waktu untuk tetap bisa bersama. Belajar menikmati setiap tatap dan harapan," ujar Ryanta kala ada pembeli.
Pembeli mulai risih dengan kebijaksanaan yang seolah tak diminta. Memberikan nasihat jika tidak diminta itu memang menjemukan. Bisa jadi, setiap perkataan menjadi tidak bermanfaat.
"Sudah menemukan pilihan untuk dilakukan hari ini?"
Pertanyaan itu selalu menghantui Ryanta. Tak ada yang salah dalam hidup. Selalu muncul kata dan tindakan yang tidak sesuai. Ryanta tahu betul, mencoba hal baru berarti bermain risiko. Memperjuangkan apa yang kamu percaya, nanti akan menuntut pertanggungjawaban atas apa yang dipercaya itu sendiri.
"Ini tentang apa?"
Ryanta tak bergeming. Baginya, setiap hari adalah pengulangan. Bentuk harapan bisa saja berdampak dalam hidup. Memulai hari dengan wawancara kerja, Ryanta mencoba cara baru dalam menikmati hidup. Rambut panjangnya dikucir. Kesempatan diberi kesempatan.
"Perlahan saja. Setiap apa yang dicoba bisa menemukan warna yang baru. Orang bisa saja datang dan pergi, tapi kesempatan bisa menjadi pertemuan berharga dalam hidup. Tatapan demi tatapan menimbulkan kesan. Tidak masalah, semua bisa menjadi nilai dalam hidup."
Kemana saja Ryanta pergi, ada pertanyaan menghantui. Pertanyaan tentang hidup dan pilihan yang dihidupi. Perjalanan demi perjalanan ditempuh. Ada doa dipanjatkan. Setiap harapan akan muncul sebagai sebuah kenyataan.
"Pagi ini aku akan bertemu beberapa teman pemuda. Mencari kata di antara banyak tindakan. Menuliskan beberapa catatan berharga sebagai sebuah cerita. Tidak masalah, setiap hari menemukan hal baru dan dicatat," ujar Ryanta dalam semangat paginya.
Sebagai pemuda, bertemu hal baru amat disenangi. Namun, Ryanta juga tidak menyadari tentang pentingnya relasi kuasa. Ada pendukung yang terselubung dalam setiap tindakan. Pilihan kata dan tindakan perlu diseleksi.
"Malamnya, bertemu bersama beberapa orang dalam doa akan menjadi penguatan. Memberikan dampak nyata untuk hidup. Setiap hari, ada saja nilai yang dikelola. Berbicara dengan kopi dan rokok memang dapat membunuh waktu. Perlu kepedulian memang," ujar Jarwo.
"Tapi, setiap generasi memiliki persoalannya sendiri. Pembicaraan bisa dimulai dengan apa saja. Entah itu topik cabai sampai permainan harga di sayuran. Tidak semua mengerti, tapi semua membutuhkan semuanya itu," ujar Ryanta.
Perlahan, setiap malam akan muncul percakapan tentang apa saja. Sayuran memang bisa saja jatuh harga. Tapi, kenangan akan tetap menjadi harapan. Malam dinikmati dengan percakapan apa saja. Baik atau sial, semua menjadi cerita indah kala malam.
"Kita akan menyiapkan dua gelas kopi. Mungkin juga akan berutang pada malam tentang perpisahan. Tak ada yang lebih spesial dibandingkan percakapan yang memulihkan," ujar Ryanta.
"Tak mudah memang, mendapatkan rokok petani cabai. Itu sudah sama dengan mendapatkan empatinya. Berjalan dengan kepercayaan, menikmati setiap kopi dengan janji serta mimpi. Tidak semua akan terwujud, tapi semua layak dinikmati," ujar Jarwo.
Sahutan malam akan tiba dengan segera. Tiap sapaan akan menjadi biasa saja. Tapi, senyuman bisa saja memulihkan. Apalagi, ada kopi dan rokok petani cabai. Itu lebih dari cukup untuk menjadi puisi.
Godean, 04 Agustus 2023
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H