Malam Panjang Sunaryo
Cerpen Yudha Adi Putra
Pertigaan jalan mulai ramai penuh dengan kendaraan. Lampu jalan otomatis menyala. Menandakan malam segera tiba. Suara klakson semacam bersahutan. Pengendara tidak mau melewatkan waktu sebentar untuk membiarkan pengendara lain. Jalanan macet. Nampak langit mulai menjadi gelap. Tak ada lagi senja jingga yang menemani kemacetan jalanan. Sesekali, jalanan itu menjadi sepi karena ada orang menghentikan dengan paksa. Deru peluit dan beberapa orang berseragam yang mengatur jalan. Meski tidak muda lagi, seorang lelaki tua tetap bersemangat mengatur jalanan. Menarik napas lebih panjang supaya peluit bisa tertiup dengan keras. Tak ada ketergesaan baginya, meski jalanan macet. Tetap saja, sorot matanya teduh.
"Jalanan kali ini macet sekali ya, Kang!" ujar Kang Haryo pada Kang Sunaryo. Mereka berdua lalu saling menatap.
"Sudah mudah punya motor sekarang. Tidak seperti dulu," sahut Kang Sunaryo.
"Berarti itu tandanya kita semakin kaya dan berkembang ya, Kang? Buktinya sekarang sudah mudah membeli motor. Bahkan, dengan modal foto KTP saja bisa mendapatkan motor sesuai yang kita impikan,"
"Mimpimu saja itu yang mudah. Lha nanti ngangsurnya bagaimana? Kalau tidak ada uang yang digunakan," sahut Kang Hartanto.
"Tapi, benar lho. Lihat saja jalanan sore menjelang malam ini. Ramai sekali, seperti ada perpindahan daerah. Mereka itu semua butuh makan dan tempat tinggal semua," sahut Kang Haryo.
"Memang. Mereka bisa saja lapar semua. Di jalan saja terburu-buru. Waktunya istirahat mungkin. Wajar saja, semua mau cepat dan ingin pulang. Tidak mau melewatkan waktu banyak di jalanan seperti kita ini," lanjut Kang Sunaryo.
Percakapan mereka itu menambah indahnya sore menjelang malan. Saat banyak orang menuju rumah masing-masing. Menikmati teh hangat dan senyuman keluarga. Justru mereka mulai bekerja. Menata jalanan dengan kemacetannya. Menikmati debu-debu jalanan yang berdampingan dengan malam. Tidak ada kesempatan untuk bertemu keluarga di malam hari.
"Tidak apa tidak di rumah dulu. Ini lebih baik dibandingkan hanya bertemu tapi terus saja berkelahi. Malam itu penuh dengan keinginan yang kadang tidak tercapai ketika masa kecil," ujar Kang Sunaryo.