Mohon tunggu...
Yudha Adi Putra
Yudha Adi Putra Mohon Tunggu... Penulis - Penulis Tidak Pernah Mati

Penulis

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Alasan Pendoa

23 Juli 2023   13:25 Diperbarui: 23 Juli 2023   13:29 150
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

***

Di lain tempat, ada malaikat yang menyamar menjadi hewan. Ada yang memilih menjadi burung, kucing, dan serangga. Pertama, pendoa melihat mereka dengan gembira. Seolah, ada hewan turut berdoa berarti menjadikan suasana berdoa semakin nyaman.

"Itu ada burung. Kicauannya merdu sekali. Bagaimana kalau kita menangkapnya," ujar pendoa paling muda.

"Boleh. Aku akan mengambil sangkar di rumah. Jadi, nanti taman doa kita akan ditemani burung dalam sangkar," ujar pendoa yang senang berdoa dengan bertele-tela.

Burung yang menjadi jelmaan malaikat itu ditangkap. Kucing tak diberi makan. Hanya dibiarkan berkeliaran di taman doa. Lalu, serangga dibasmi dengan kejam. Tidak ada tempat untuk hidup berdampingan.

"Ternyata pendoa itu kejam juga. Bagaimana mungkin mereka tidak merawat hewan?" ujar malaikat yang melihat semua kejadian itu.

Malaikat memperoleh pandangan baru. Tidak semua pendoa sesuai dengan apa yang didoakan, mereka ingin damai sejahtera. Tapi, perilakunya mengeksploitasi. Hanya dalam doa saja, kata dan tindakan tidak sesuai.

***

Kini tiba saatnya para malaikat berkumpul. Mereka melaporkan masing-masing pengamatannya.

"Bukan hanya korupsi, tindakan pendoa lebih berbahaya karena mereka tak peduli. Seolah, lebih cepat menuju ke surga saja. Padahal, mereka masih dipercaya Tuhan untuk hidup di bumi," ujar malaikat yang kesal dengan tingkah manusia pendoa.

"Tidak hanya itu, mereka membiarkan hewan kelaparan dan tumbuhan mati kering. Tapi, masih asyik dengan kata-kata dalam doa," lanjut malaikat yang lain.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun