"Mungkin hanya tahun ini, rencana tahun depan akan dibuat perumahan juga," ujar Yudha ketus.
Tak mempedulikan perkataan kakaknya, Bara tetap melangkah dengan mantap. Ia membuka layangannya, yang berwarna-warni dan menghiasi langit sore itu. Dengan hati yang gembira, Bara melepaskan tali layangannya, dan perlahan layangan itu terbang tinggi di angkasa. Bara melihat dengan kagum bagaimana layangannya seperti menari di udara, melawan hembusan angin dengan gemilang.
"Ekor layangan terlihat menari-nari. Kalau ditambah panjang pasti bagus itu!" ujar Yudha.
"Dulu waktu Mas Yudha kecil, siapa yang mengajak bermain layangan?"
Belum sempat menjawab, Yudha sudah menghindar. Bara menambah uluran tali layangannya. Harapnya supaya tambah panjang.
Sambil memandangi layangannya yang melayang-layang, Bara merasakan kedamaian yang mendalam. Suara riak-riak air di sawah dan suara burung yang berkicau menambah keindahan saat itu. Bara benar-benar merasa terhubung dengan alam di sekitarnya.
"Andai saja teman-temanku bisa datang ke sini juga. Tapi, itu tidak mungkin. Kalau temanmu pada kemana?" tanya Yudha.
"Entahlah, tapi itu lihat di sana!"
Tak lama kemudian, teman-teman Bara yang juga pecinta layangan datang bergabung. Mereka membawa layangan masing-masing dan dengan semangat bergandengan tangan. Bersama-sama, mereka menerbangkan layangannya di langit senja yang indah.
Sambil menikmati momen tersebut, mereka saling berlomba dalam menerbangkan layangan di angkasa. Melihat layangan mereka saling berkejaran dan meliuk-liuk di antara awan, mereka merasa seperti melihat burung yang bebas terbang di langit luas.
"Kalau ada pesawat bagaimana? Nanti bisa kena layangan kita!" ujar Doni, salah satu kawan Bara.